AZ || SEMBILAN BELAS

37.9K 3.1K 191
                                    

Azello melihat lagi ke belakang. Memastikan tak ada orang yang mengejarnya.

Akhirnya dia bisa keluar dari rumah gedong itu. Cukup menguji nyali karena entah sejak kapan ada banyak orang yang berjaga disana. Padahal sepertinya saat datang dengan Keegan kemarin tidak ada yang berjaga sebanyak itu, paling hanya ada satu atau dua satpam di pos depan.

"Duh capek gue."

Azello duduk di trotoar, tepat di bawah pohon.

Tentu saja jadilah dia bolos hari ini. Tadi saat keluar Azello baru sadar jika dia masih mengenakan piyama dan sandal rumah berbentuk kelinci, pantas saja banyak orang yang memperhatikannya.

Jika ditanya kenapa dia kabur, jelas saja jawabannya karena dia ingin pulang ke rumahnya. Bertemu dengan bundanya yang pasti menunggunya di rumah. Lagipula dia masih butuh waktu untuk menerima semua ini, yang sangat tiba-tiba sekali.

Kenapa juga semua ini terjadi padanya? Dia bingung dengan semuanya. Azello sebenarnya juga ingin memulai dari awal. Tapi itu sulit, apalagi dengan kenangan masa lalu yang bisa dibilang jauh dari kata baik. Semua kenangan buruk itu masih menghantuinya. Dan tiba-tiba saja mereka datang dan mengaku keluarganya, setelah selama ini? Lalu juga dengan mudahnya menyuruhnya tinggal bersama mereka tanpa mendiskusikannya.

Azello jadi berandai-andai, jika saja dia tak bertemu Keegan, atau lebih spesifiknya lagi jika dia tidak sekolah disana mungkin hidupnya masih tenang dan damai.

Bukannya tidak bersyukur atau apa, belum ada sehari penuh dia bersama mereka. Rasanya Azello sudah malas karena dia seperti ada di sangkar emas dan harus menuruti semua perintah mereka. Memang itu juga untuk kebaikannya, tapi ia merasa itu semua berlebihan.

Apa-apa tidak boleh. Contohnya saja tadi, dia ingin sekolah tapi dilarang karena katanya tubuhnya masih belum pulih total, padahal rasanya ia sudah baik-baik saja. Dia benar-benar diperlakukan bak anak kecil yang baru saja bisa berjalan. Kesimpulannya menurut Azello adalah mereka terlalu berlebihan dan dia belum siap dengan semua ini.

Mendadak Azello haus, lalu dia ingat jika tidak punya uang. Mana dia tidak tahu ini dimana dan tidak membawa ponselnya karena tidak bisa menemukannya. Jadilah dia berjalan tak tentu arah berdasarkan feeling-nya.

Di tengah perjalanan, Azello melewati seorang pengemis.

"Kasih uangnya sedikit aja, gue belum makan 1000 hari."

Azello berhenti, dia menatap pengemis yang tengah menunduk dengan topi menutupi wajahnya.

Ia lalu berjongkok, "waras bang?"

"Eh, sekate-kate lo kalau ngomong. Gue waraslah, mana bagi duit."

Pengemis itu menjulurkan tangannya pada Azello meminta uang.

"Gue juga nggak punya uang, lo ngemis apa malak?" tanya Azello. Dia merasa makhluk di depannya ini sangat minim akhlak sekali.

Pengemis itu ganti menatap Azello seakan menelitinya.

"Bener juga, kayaknya lo emang nggak punya uang. Gembel dari mana?"

Azello tak bisa berkata-kata.

"Daripada lo minta gue, mending gue yang minta lo uang."

Terdengar helaan napas dari pengemis itu. Azello ditarik duduk lesehan di sebelahnya.

"Gue ajarin. Asal lo tau, gue pengemis profesional."

Azello baru tahu ada pengemis sesongong ini. Bodohnya, dia malah mendengarkan penjelasan pengemis itu secara seksama. Tentang tutorial bagaimana cara mengemis yang benar.

AZELLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang