AZ || TUJUH BELAS

51K 3.8K 101
                                        

"Liat anak haram itu, harusnya dia nggak usah ada. Kasian ibunya harus susah payah banting tulang."

"Kalau aja dia nggak ada mungkin ibunya nggak akan sesusah itu."

"Anak haram, minggir jangan deket-deket."

"Eh ayahmu mana? Nggak punya ya? Kasian banget."

Azello membuka matanya, suara-suara itu seakan menghantuinya. Dimana ini? Napasnya masih terasa tak beraturan, tapi karena dia menggunakan masker oksigen maka lambat laun nafasnya kembali normal.

"Kamu sudah sadar, Prince?"

Gillion datang, dia mendekati ranjang Azello.

"Princess? Saya bukan Princess."

Pria paruh baya itu tertawa, sepertinya anaknya salah dengar.

"Prince Boy, not Princess. Mulai sekarang Papa akan memanggilmu dengan sebutan itu."

For your information, Gillion merupakan keturunan kerajaan walaupun sekarang hanya tinggal gelar. Kakeknya adalah keturunan terakhir yang merasakan tahta. Lalu dia berpesan di akhir hidupnya pada umurnya yang ke 90 tahun. Saat itu Dariel dan Asher berumur 9 tahun, sedangkan Keegan berumur 1 tahun. Pesan itu adalah jika Gillion atau Giorgio mempunyai putra lagi, sematkan nama Prince pada awal namanya. Mungkin itu adalah firasat kakeknya yang akan memiliki cicit lagi.

Gillion dan Giorgio adalah saudara kembar identik. Fisik mereka turun pada Keegan dan Azello. Sama-sama bermata biru dan berambut blonde terang.

Sedangkan Asher dan Dariel berambut blonde sedikit gelap sama seperti ibu mereka yang keturunan Amerika, warna mata hijau Asher juga dari ibunya sedangkan Dariel bermata biru sama seperti Gillion. Mereka juga bisa dibedakan dari struktur wajah  serta sifat mereka juga jelas berbeda.

Maka dari itu Keegan mengira jika Azello adalah adiknya karena langsung teringat dirinya di masa kecil. Saat itu juga Keegan bertanya pada maminya, Joanne apakah merasa familiar sengan Azello atau tidak dan Joanne juga berpendapat sama. Azello mirip dirinya waktu kecil.

"Bagaimana perasaanmu?"

"I don't know, campur aduk."

Azello mengalihkan pandang dari Gillion.

"Kamu demam dan tidak sadarkan diri beberapa jam."

"Papa tahu ini semua begitu tiba-tiba. Kamu bukan anak haram. Kamu berharga. Kamu putra bungsu Papa."

Gillion mengelus rambut Azello untuk pertama kalinya, sangat halus sekali. Ia sangat merasa bersalah dengan anaknya ini. Apalagi saat mendengar Azello mengingau, aku bukan anak haram. Rasanya jantungnya diremas-remas. Sesulit dan semenderita apa Azello selama ini?

Apalagi tadi dokter berkata jika ada trauma di diri Azello karena apa yang dialaminya di masa lampau. Yang tak lain dan tak bukan karena statusnya yang tak memiliki ayah. Sengaja Dariel meminta bantuan teman sejawatnya tentang masalah Azello, apalagi dengan tingkah Azello tadi membuat Dariel curiga ada yang salah dengan psikis adiknya.

"Kamu hebat Prince, bisa mengalami semua ini. Papa janji kamu tidak akan mengalami semua hal itu lagi."

Mulai sekarang Gillion bertekat untuk melindungi Azello dengan sepenuh hati. Dia akan membayar waktu yang terbuang sia-sia selama 13 tahun.

"Bunda..."

Azello teringat dengan Lola, pasti bundanya itu mencarinya.

"Tenang saja, Papa sudah berpesan pada Keegan untuk menyampaikan pesan pada bundamu."

AZELLO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang