"Bagaimana bisa kalian lalai hah!!"
"Maaf Tuan."
Asher ingin meledak rasanya, ia sengaja pulang cepat untuk bisa bersama adiknya tapi yang dia dapat adalah keadaan adiknya yang akan dibawa ambulan menuju ke rumah sakit.
Sekarang ia hanya bisa menunggu dengan cemas Azello yang masih ditangani oleh dokter dan suster di IGD.
Johnson mengatakan tidak menemukan tuan mudanya dimanapun, setelah dideteksi didapat titik Azello ada di sebuah tempat yang tak seharusnya, yaitu di lubang ventilasi.
Secara logika jelas Azello tak mungkin masuk kesana tanpa alasan, apalagi posisi pintu masuknya malah terkunci. Jelas ada yang tidak beresa.
"Periksa semua CCTV jangan sampai ada yang terlewat."
"Maaf Tuan tapi CCTV di ruangan itu sudah terhapus."
"Apa kalian lupa jika ada CCTV rahasia, hah?!"
"B-baik Tuan."
Johnson sekarang hanya bisa mengiyakan, karena CCTV yang itu hanya bisa diakses oleh Gillion, Asher dan Dariel saja. Oh jangan lupakan Barack, jadi Johnson harus meminta tolong pada Barack untuk memberikannya akses.
Asher mengacak rambutnya frustasi setelah Johnson pergi.
Pria itu duduk di kursi tunggu, menatap pintu IGD kalau-kalau dokter keluar.
Tak berapa lama kemudian, dokter keluar.
"Bagaimana adik saya?"
"Karena Azello cukup lama terkurung di ruang sempit dan kotor, hal itu membuat asmanya semakin parah. Namun syukurlah, Azello berhasil melalui masa kritisnya. Setelah ini Azello akan dipindahkan segera ke ruang rawat."
Asher sudah bisa sedikit bernapas lega sekarang.
"Bagaimana keadaan Azello?"
Gillion datang denga tergesa. Pria paruh baya itu bahkan baru saja dari bandara dan langsung kemari. Ini juga salahnya yang lebih memilih pekerjaan dibanding anaknya. Lagi-lagi Gillion merasa gagal.
"Tadi Azello sempat kritis, tapi saat ini udah membaik, tinggal menunggunya untuk sadar."
Pria itu menggengam tangan kecil anaknya. Berharap agar cepat sadar.
"Maafkan Papa Prince."
Satu jam kemudian barulah Azello sadar. Tepat saat Dariel membuka pintu ruang rawat sang adik, ia kembali setelah melakukan operasi yang memakan banyak waktu. Saat selesai operasi tadi dia panik mendapat kabar bahwa Azello masuk rumah sakit. Dariel berlari dengan kalut kemari.
Dariel memeluk adiknya.
"Prince, maafkan Kakak."
Asher dan Gillion menatap tajam Dariel yang dengan seenaknya mendahului mereka yang sudah menunggu sejak tadi.
"Bagaimana keadaanmu? Masih sesak? Ada yang sakit?"
Azello hanya menggeleng.
Dariel melepas pelukannya, dia memakai stetoskopnya dan memeriksa keadaan Azello.
"Semuanya baik."
Azello menatap satu persatu keluarganya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi ucapannya tertelan karena kedatangan Keegan.
"Adek, Adek nggak papa?"
"Nggak papa."
Keegan memindai Azello, semua utuh tak ada yang kurang.
"Adek mau apa? Biar Abang beliin."
"Keegan." Dariel memperingati. Pasti Azello akan meminta yang aneh-aneh jika sudah ditawari begitu.

KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLO [END]
Novela Juvenil"Woy, Kuning!" Duagh "Manggil gitu lagi, gue galiin kubur lo!" Pemuda bar-bar bernama Azello itu sungguh tak bisa diajak bercanda. Senggol sedikit langsung bacok. Tapi itu candaan yang menyebalkan, enak saja rambutnya ini blonde you know! Bukan kuni...