Yang belum follow, kuylah follow dhiladinia ❤
Jangan lupa pencet bintangnya ✨
~~~
"Salah siapa mereka ngajak gelut, tau rasa kan sekarang."
Azello berjalan sesekali tertawa karena membayangkan bagaimana ekspresi mereka tadi saat mencuci. Puas sekali bisa mengerjai mereka.
Siapa tahu besok akan muncul di headline berita 'Seorang CEO Perusaaan Besar X Terpergok Mencuci Piring di Warteg Karena Tidak Ada Uang untuk Membayar Makan.'
Untung saja jalanan ini sepi, jadi dia tak dianggap anak yang kabur dari rumah sakit jiwa karena terlihat kurang waras tertawa sendiri.
"Woi bocah edan!"
Tawa Azello terhenti seketika. Suara siapa itu tadi? Dia menoleh kesana kemari, tak ada tanda-tanda kehidupan disini.
Mana mengatainya gila pula?! Tentu saja ia tak terima.
"Mana lo? Sini kalau berani!"
"Di atas."
Lantas Azello mendongak, ada orang yang pernah dia temui nangkring di atas pohon. Siapa namanya? Dia lupa, yang dia ingat hanya pemuda itu agak tidak waras.
"Sekate-kate bilang gue edan, lo kali yang edan."
"Mau mangga nggak?" tanya Kairel.
"Mau." Azello yang tadinya ingin marah-marah langsung teralihkan melihat mangga berwarna hijau kekuningan yang terlihat sangat menggoda.
"Ye, langsung mau bocah. Tangkep."
Azello menangkap mangga-mangga itu. "Udah, tangan gue nggak cukup!"
Kemudian Kairel turun. Mereka lalu berpindah ke taman dekat sana. Bukan duduk di bangku taman, melainkan lesehan di bawah pohon.
"Terus gimana ngupasnya?"
Kairel tak menjawab, tapi dia merogoh sakunya. Mengeluarkan pisau lipat dari sana.
"Udah persiapan ternyata," balas Azello heran.
"Nih."
Kairel memberikan sepotong mangga pada Azello, lalu sisanya dia makan dengan langsung menggigitnya.
Azello tidak heran sih, toh dia bisa mengupas sendiri.
"Eh apatuh? Plester warna pink? Ahahahah dasar bocah, ternyata lo suka warna pink ya?" ejek Kairel.
Untung saja Azello ingat dia tengah memegang pisau, kalau tidak mungkin adegan berdarah akan terjadi.
"Kak Kai nggak usah ngejek!" Azello menggeplak lengan Kairel, tapi tidak kena karena sudah menghindar.
Azello memang memutuskan untuk merubah panggilannya karena kurang etis, lebih tepatnya lagi karena Kairel yang mengancam agar mengganti panggilan itu. Daripada telinga Azello sakit mendengar ocehan Kairel akhirnya dia menyerah dan memanggil Kairel dengan normal.
Mereka berdua mengobrol ngalor ngidul, misalnya obrolan tentang mengapa manusia tidak bisa terbang.
"Disini rupanya."
Suara seorang pria menghentikan kegiatan mereka memakan mangga. Azello yang tadinya merebahkan kepalanya di paha Kairel pun bangkit duduk tegap.
Azello yang merasa tak kenal dengan pria itu hanya bersikap biasa saja. Tetapi tidak dengan Kairel, dia bak melihat penampakan hantu di siang bolong.
"Hehe Kak Gaga, mau mangga?" Kairel menyodorkan mangganya, lebih tepatnya hanya tersisa bijinya saja karena dagingnya sudah raib.
"Pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLO [END]
Roman pour Adolescents"Woy, Kuning!" Duagh "Manggil gitu lagi, gue galiin kubur lo!" Pemuda bar-bar bernama Azello itu sungguh tak bisa diajak bercanda. Senggol sedikit langsung bacok. Tapi itu candaan yang menyebalkan, enak saja rambutnya ini blonde you know! Bukan kuni...