"Mana hadiah?"
"Nanti di rumah."
Asher menarik Azello duduk di pangkuannya karena sejak tadi anak itu tak bisa diam, bahkan nyaris saja terantuk jendela karena menolak menggunakan sabuk pengaman.
Azello keluar dari mobil mendahului yang lain, dia sangat penasaran apa hadiah yang akan diberikan padanya.
Benar saja, terparkir sebuah mobil sport keluaran terbaru di halaman depan mansion.
"Ini punya siapa?"
"Milikmu, kado dari Kakak," kata Dariel. Dariel tak memberikan hadiah mahal pada Azello karena dia pikir adiknya tak suka yang terlalu mahal. Mungkin jika ditawari sebuah jam tangan branded merk terkenal dengan jam biasa tapi terlihat lucu, pasti Azello akan memilih yang kedua.
"Beneran?! Berarti aku bisa nyetir dong?"
"Hm bisa."
Asher menatap Dariel protes, Dariel balas menepum pundak adik kembarnya.
"Kita masuk dulu."
Mereka masuk ke dalam, lalu duduk di sofa yang berada di ruang keluarga.
"Ini dari Papa."
Gillion memberikan sebuah kertas sertifikat simbolis.
"Apa ini?"
"Buka saja," kata Gillion.
Azello membaca satu persatu tulisan disana.
"Saham?"
"Iya, 15% saham AE corp menjadi milikmu."
Walaupun Azello tidak paham, dia tetap berterimakasih.
Gillion terkekeh, jika Azello tahu nilai dari saham itu mungkin bungsunya ini akan terkejut.
AE Corp adalah salah satu perusahaan milik Gillion yang bergerak di bidang teknologi. Perusahaan ini sudah melakukan ekspansi ke hampir seluruh Asia dan Eropa. Jadi sekarang Azello adalah pemilik saham terbesar kedua setelah Gillion. Mungkin besok jika Azello memiliki ketertarikan terhadap dunia bisnis dan teknologi Gillion akan memberikan yang satu itu pada Azello.
"Dari Kak Asher mana?" Tangan Azello menengadah.
"Kamu ingin apa?"
"Hm apa ya? Kayaknya nggak ada soalnya Aze udah punya semua, usah cukup."
"Pesawat sudah punya?" Asher menaikkan alisnya.
"Belum lah, lagian buat apa juga."
"Baiklah kalau begitu, ini saja."
Asher memberikan tabletnya pada Azello.
Video tentang sebuah profil pulau yang sangat cantik dan indah.
"Bagus banget." Azello membayangkan jika dia menginap disana, mungkin yang ada ia tak akan mau pulang. Pasir pantainya yang berwarna putih, pantainya seperti memiliki gradasi warna biru muda, hijau dan merah muda. Pepohonan yang rimbun, banyak spot indah disana dan juga beberapa cottage yang ada disana, terlihat sangat alami dan tenang.
"Indah bukan?" tanya Asher.
"Bagus... cocok banget buat healing."
"Sekarang pulau itu resmi menjadi milikmu."
"Hah?"
Azello tak bisa berkata-kata. "Kak Ash bercanda kan?"
"Tidak."
Azello bahkan tak sadar jika ada satu orang pria yang jarang dia lihat, tapi ia tau jika pria itu adalah sekretaris Asher. Pria itu memberikan sebuah dokumen dan meletakkan itu di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLO [END]
Teen Fiction"Woy, Kuning!" Duagh "Manggil gitu lagi, gue galiin kubur lo!" Pemuda bar-bar bernama Azello itu sungguh tak bisa diajak bercanda. Senggol sedikit langsung bacok. Tapi itu candaan yang menyebalkan, enak saja rambutnya ini blonde you know! Bukan kuni...