Warning 15+
Translate ada di paling bawah______
Dariel terkekeh mendengarnya.
Asher malah memberikan kertas pada Azello seperti halnya yang dilakukan Keegan tadi.
"Bacain," kata Azello karena dia masih belum bisa mencerna apa yang terjadi saat ini.
"Kami adalah kakakmu, lebih tepatnya saudara satu ayah, ini adalah hasil tes DNAmu dengan papa," kata Dariel.
Azello terdiam, om-om seperti mereka adalah kakaknya?!
"Kalian umur berapa?"
"Dua kali umurmu."
"Tua banget," balas Azello reflek.
Tidak, dia tidak boleh percaya begitu saja.
"Cepet bacain apa isinya."
Namun belum sempat, sebuah suara mengalihkan perhatian mereka. Seorang pria paruh baya datang dan mendekati Azello.
"Azello, hier ist Papa, komm her, boy¹."
"Gue nggak punya Papa, nggak usah ngaku-ngaku!"
Tentu saja Azello langsung menjauh dari pria ini. Tiba-tiba datang, langsung mengaku-ngaku pula.
"Perkenalkan saya Gillion, di kertas itu tertulis bahwa saya dan kamu terbukti adalah ayah dan anak."
"Enak banget situ dateng-dateng main ngaku-ngaku."
Azello merebut kertas dari genggaman Asher. Dia baca dengan teliti hasilnya. Terduga ayah adalah Gillion dan dia sebagai terduga anak.
The alleged father cannot be excluded as the biological father of the tested child. Based on testing result obtained from analyses of the DNA loci listed, the probability of paternity is 99,99%²
"Nggak bisa basa enggres. Udah ah gue nggak percaya. Gue mau pergi, bye!"
Azello cepat-cepat pergi dari sana. Bohong kalau Azello tidak bisa Bahasa Inggris bahkan dia pernah menjuarai English Speech Contest tingkat kota waktu di SMP. Dia hanya tak bisa menerima semua ini yang terlalu datang tiba-tiba. Walaupun sejak dulu dia selalu menunggu saat ayahnya pulang, selalu merindukan sosok ayah walaupun dia belum pernah sama sekali seumur hidupnya merasakan kasih sayang seorang ayah. Dulu dia selalu berandai-andai bagaimana rasanya dipeluk ayah, apakah hangat?
Namun semua keinginan itu sirna semenjak dia sadar jika ayahnya tidak ada, tidak pernah ada. Entah ayahnya tidak menginginkan dirinya atau memang sudah benar-benar tiada dari dunia ini karena dia benar-benar clueless.
Tapi intinya Azello tahu jika ayahnya menorehkan luka dan kenangan buruk bagi bundanya. Karena setiap dia bertanya tentang keberadaan sang ayah, bundanya pasti menangis diam-diam setelah itu.
Bisa dibilang Azello benci dengan ayahnya yang membuat bundanya, orang yang paling dia sayangi dan kasihi, satu-satunya keluarga yang dia miliki bersedih.
Tanpa sadar Azello sudah meneteskan air matanya.
Namun dia kalah cepat karena pintu besar itu sudah tertutup dari luar.
"Biarkan Papa menjelaskan semuanya padamu, Boy."
"Kalau gitu, kemana saja anda selama ini?! Kenapa nggak pernah muncul terus tiba-tiba datang dan ngaku-ngaku?! Kalaupun benar anda papa saya, saya nggak mau ketemu anda lagi!"
"Papa akan jelaskan, kamu tenang dulu. Setelah ini silahkan terserah kamu akan bagaimana."
Azello menghela nafas, lalu menyentak tangan pria paruh baya itu yang menahan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZELLO [END]
Teen Fiction"Woy, Kuning!" Duagh "Manggil gitu lagi, gue galiin kubur lo!" Pemuda bar-bar bernama Azello itu sungguh tak bisa diajak bercanda. Senggol sedikit langsung bacok. Tapi itu candaan yang menyebalkan, enak saja rambutnya ini blonde you know! Bukan kuni...