Hallo haii...
Sebelumnya mohon maaf sudah bikin kalian menunggu lama. Sowrry😚Enjoy the story, semoga setelah drama perpindahan tiktok ke wattpad ini feelnya masih tetap kalian suka. Btw ini hanya fiksi, jangan pernah sekalipun mengkaitkan ini dengan kehidupan pribadi pihak manapun, baik itu main character, atau siapapun. Tapi kalau seandainya mau dikaitkan dengan cerita kalian pribadi karena memang merasa relate, silakan. Terima kasih.
Ge, hari ini ada kegiatan ngga?Kenapa, Ci?
Enzo demam dari semalem ngga turun-turun
Wait aku otw sekarang
Mendengar suara mobil mendekat, Shani beranjak menyambut. Saat turun dari mobil, hati Gracia tiba-tiba berdentum lebih cepat dari biasanya demi melihat senyum tulus bidadari menyapa dirinya. Perempuan menawan itu tampak cantik sekali meski hanya dress batik selutut membalut tubuh jenjangnya. "Ngebut banget ya, Ge?" Selidik perempuan itu mendapati kedatangan Gracia lebih cepat dari yang ia kira.
"Engga, kan emang deket, kita." Shani mengangguk ragu menanggapi. Menurut perkiraannya jarak antara tempat Gracia dengan dirinya mungkin butuh 45 menit atau setidaknya paling cepat adalah 30 menit. Dan Gracia hanya butuh waktu 15 menit untuk memangkas jarak tersebut. ngga mungkin sekilat ini kan? Shani membatin dalam hati.
"Btw makasih banyak, Ge. Beneran free kan hari ini?" Shani masih belum cukup puas, ia kembali memastikan sembari membuntuti kesayangannya dari belakang.
"Iyaa beneran," jawab Gracia selagi berjalan ke arah pintu. Padahal ia ada jadwal pemotretan pagi ini.
Senyum Shani mengembang lagi saat melihat punggung itu membelakanginya berjalan satu langkah didepan dirinya. Punggung mungil, yang sampai detik ini masih menjadi kesayangannya.
Shani membuang pandangannya saat pemilik punggung itu berbalik ke arah dirinya, menyembunyikan senyum itu dari Gracia. "Ci, ini kok aku duluan sih? Kan kamu tuan rumahnya."
"My home, its your home. Itu ngga akan pernah berubah, Ge. Masuk aja gapapa."
"Ngga lah ga sopan. Lagian ini istanamu bersama pria lain. Asek." Gracia berpura-pura menggoda, aslinya memang ada yang mencelos di dalam sana. Tidak apa, ini kebahagiaan Cicinya yang secara otomatis menjadi bahagia dirinya juga.
"Silakan masuk Tuan Puteri." Shani mempersilakan Gracia ala-ala puteri kerajaan. Keduanya tertawa memasuki apartement elite yang masih sangat asing sekali untuk Gracia. Pertama dan terakhir kali adalah saat ia mengantarkan Shani setelah menikah lima tahun lalu.
Pertama masuk, Hati Gracia menghangat saat melihat ternyata masih ada foto dirinya bersama Shani. Foto di atas nakas-di ruang televisi. Foto pada saat ia menjadi pembicara di pernikahan Shani. Foto berdua dengan sejuta luka dan kebahagiaan.
Langkah Gracia menuju Shani, berpura tak perduli pada apa yang barusan ia lihat. Mengabaikan memori yang mengingatkan dirinya pada kesedihan paling nyata saat melepas sahabat paling ia sayang pada lelaki pilihannya.
Kontan matanya berbinar, namun bibirnya mengerucut. Sedih saat melihat bocah aktif itu kini terkulai lemas di atas tempat tidur.
"Enzo, ini aunty, Sayang," bisisk Gracia lembut sembari menciumi tangan mungil digenggamannya. Sesekali menyeka keringat kecil di peilipis bocah kesayangannya itu. Rasa cemas Shani sedari malam menular ke dirinya saat mendapati suhu cukup tinggi di badan anak kesayangan Shani itu.
"Mau dibangunin aja?"
Gracia menoleh ke arah suara, "mending Cici siap-siap aja dulu selagi nunggu Enzo bangun. Kasian kalo diganggu tidurnya." Dan Shani mengangguk setuju.
•••
Gracia sedang asik berbincang dengan Kenzo saat Shani selesai dengan siap-siapnya."Jagoan aunty ndak boleh takit, hm?" Sementara Kenzo mengangguk antusias menanggapi. Wajah yang sedari malam layu, kini mendadak tampak segar kembali.
Hati Shani menghangat saat melihat dua bayi kesayangannya tampak saling terikat satu sama lain. Ia mendekat, mengambil tempat di sisi kiri Gracia. Mengecek beberapa bagian di tubuh mungil yang sudah mulai kelihatan membaik.
"Kangen aku doang ini mah, Ci." seloroh Gracia dengan pedenya. Dan Shani setuju mendapati panas di tubuh anak laki-laki yang menginjak usia empat tahun itu berangsur turun."Cici enggak?" lagi, Gracia nyeletuk dengan senyum jahil di wajah lucunya.
"Apatuh?" Shani berpura polos menanggapi.
"Itu... anaknya kangen aku, mungkin Mammynya juga?" Gracia menaik turunkan alis, menggoda cici kesayangannya.
"Apasih, Ge kayak abang-abang ganjen kamu!" Dua Perempuan itu sontak tertawa, ada binar bahagian di mata keduanya. Lupa kalau ada Kenzo diantara mereka berdua.
Jujur saja Shani bingung akan keberadaa Gracia diantara dia dan anaknya. Kadang ia merasa berdosa seolah menggunakan Kenzo agar Gracia tetap berada didekatnya. Namun hanya itu upaya yang ia bisa. Shani sadar, setelah pernikahan dirinya, mereka tidak akan sedekat dulu tanpa melibatkan Kenzo di dalamnya. Keduanya menjadi asing tak sengaja setelah pernikahan itu. Gracia seolah membangun tembok tinggi diantara dia dan Shani. Vibes hangat pada adik kesayangannya seketika berbalik drastis menjadi sangat dingin sekali. Dan baru-baru ini anak laki-laki lucu berhasil membongkar tembok itu, juga mencairkan es yang dipaksa beku. Pertemuan tak sengaja ketiganya dua bulan lalu perlahan membawa hubungan persahabatan itu berangsur membaik. Kembali ke tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil'sist
General FictionBersama Shani, adalah jenis hubungan paling Gracia suka. Menemukan sosok saudara perempuan yang tidak ia miliki di rumah rasanya seperti ini adalah berkat dari betapa baiknya Tuhan kepada dirinya. Begitu juga sebaliknya. Memiliki Gracia di hidupnya...