Gracia sedang menemani Kenzo memilih bockwurst kanzler, sosis yang akhir-akhir ini menjadi favorit anak laki-laki berusia emat tahun itu. Gracia menoleh ke arah Shani memastikan perempuan itu masih berada di posisi semula. kali ini, ibu anak satu itu lebih memilih menunggu daripada membuntuti dua baby yang sedang aktif-aktifnya itu. duduk disalah satu bangku yang berada sedikit jauh dari Gracia dan Kenzo. kakinya terasa lelah berjalan menemani dua manusia kesayangannya memutari supermarket. Bukan faktor u, si Shani Shani ini memang belakangan jadi rada mager aja makanya setiap kali gerak agak banyak langsung terserang capek."Cici yang ori?" tanya Gracia pada Shani dari kejauhan.
Shani menggeleng. dia tidak begitu suka sosis. kemudian matanya menyipit saat melihat apa yang sedang dimakan Gracia dan Kenzo. Perempuan kesayangan dua bayik itu kontan berdiri dari duduknya, berkacak pinggang lalu melayangkan kepalan tangannya ke udara. Meski tanpa suara, entah kenapa kata-kata Shani menggema jelas di telinga Gracia, "AYO MACEM-MACEM?!"
Gracia tertawa dari kejauhan selagi menjulurkan lidah meledek Cici kesayangannya.
Selang beberapa detik, smartphone milik gracia bergetar di saku celananya.
"Hallo dengan Shania Gracia di sini, ada yang bisa saya bantai?" Ledek gracia menaik turunkan kedua alisnya.
Sementara di seberang telephone sana, Shani mengerutkan hidung sebal bercampur gemas mendapati tingkah menyebalkan adik kesayangannya.
"Bantai bantai! Makan apa itu?"
"Marshmello heheh"
"GAK BOLEH SHANIA GRACIA! NGERTI GAK?! Pake segala kasih-kasih Enzo lagi! Udah buru sini!"
"Iyaa iyaaa yaampun"
"Sekarang!"
"Gamau nyamper Cici takut"
Shani sekuat tenaga menahan senyum gemasnya melihat ekspresi lucu Gracia di seberang sana.
"Takut apa?"
"Takut diamuk"
"HAHAHA apaan sih, Ge lucu banget?! Udah belum kalian? Buru ke sini kalo udah selesai."
Intonasi Shani secepat kilat melunak.
Seperti biasa, bidadari satu ini memang mudah sekali luluh kalo soal Gracia. Tidak tahu alasannya apa.
Mendapati Shani tertawa, Gracia kembali bernafas lega, hilang sudah ketakutannya.
"Iya ini mau jalan ke sana. Enzo juga udah dapet kayaknya. Cici beneran gamau?"
"Ga suka"
"Aneh!"
"Udah buru sini ah."
"Seriusan Cici ga marah?"
"Engga, ngamuk doang paling sedikit"
Keduanya tertawa saling memandang masing-masing dari kejauhan.
Gracia dan Enzo berlari kecil menghambur ke arah Shani, persis di depan kassa sementara pelukkan keduanya penuh akan snack masing-masing. 'Heran, ada terus tingkah randomnya' batin Shani melihat kelakuan dua manusia ajaib kesayangannya itu. "Kenapa ga ngambil troly lagi aja sih?" hardik Shani tak habis fikir.
"Nih bocil, mintanya sosis malah jadi seabrek gini." Garcia menodong Kenzo dengan dagunya. Sementara tangannya sibuk menata jajanannya di meja kasir, sudah barang tentu dibantu bidadari paling peka seantero dunia fana.
"Tadinya memang cuma mau sosis . Tapi lihat japota jadi mau juga. Ini snack favorit auntie 'kan? Terus itu auntie juga suka sekali es krim kata Mammy, yaudah sekalian ambil eskrimnya juga. This is for you aunty!" ceriwis sekali bocah kesayangan Shani itu membela diri dengan pelafalan huruf R yang tidak sempurna. Eh, bukan, dia tidak membela diri, ini memang untuk aunty Gege. Perempuan cantik kesayangannya setelah Mammy Shani.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lil'sist
Fiksi UmumBersama Shani, adalah jenis hubungan paling Gracia suka. Menemukan sosok saudara perempuan yang tidak ia miliki di rumah rasanya seperti ini adalah berkat dari betapa baiknya Tuhan kepada dirinya. Begitu juga sebaliknya. Memiliki Gracia di hidupnya...