Part ini lumayan lebih panjang dari biasanya, jangan borring ya wkwkw.
Happy reading!
"Ci?!" seru Feni setengah berbisik. Shock melihat perempuan itu tumben-tumbenan mau duduk di luar. Biasanya dia tidak pernah tahan untuk tidak buru-buru menemui Gracia.
Shani menoleh santai, memalingkan wajahnya dari layar gawai lalu tersenyum manis kepada Feni. "Haii!" Perempuan itu menyapa.
"Cici dari kapan? Kenapa ngga masuk?"
Kesayangangan Gracia itu melihat jam di pergelangan jenjangnya, "Satu jam yang lalu kayanya," jawabnya santai.
Sementara jantung Feni berdegub kencang. Apakah akan ada kekacauan lagi setelah ini? Sekilas Feni memanjangkan lehernya mengintip dari kaca pintu ke arah bed Gracia yang tirainya sengaja tadi ia buka. Feni semakin Frustasi melihat wajah wajah cerah dari kedua perempuan yang berada di dalam sana. Bukan dia tidak suka melihat pemandangan menyenangkan itu, tapi respon Shani? Ah, sudah lah.
Mengabaikan degubnya, Feni merapat duduk di sebelah Shani.
"M-masuk aja, Ci," titah Feni takut takut. Rasanya seperti dia sedang mempertaruhkan kemungkinan-kemungkinan rumit yang akan terjadi.
"Udah selesai emang makannya? Lagi makan kan?" tanya Shani lembut. Tapi kali ini ia bicara tidak melihat ke arah lawan bicaranya, melainkan pada handphone di tangannya.
"Udah, makanya ini giliran aku yang mau cari makan. Cici mau ikut aku ke kantin apa mau aku temenin masuk?" Jujur, Feni rasanya seperti sedang berada di bawah tekananan sekarang. berusaha tenang ditengah degub yang semakin kacau di dalam sana tidak semudah itu ternyata.
"Aku juga laper sih. Ke kantin aja dulu kayanya. Apa mau makan di luar kita?" tawar Shani selagi ia masih sibuk dengan handphonenya. Ah, ralat, handphone Gracia maksudnya.
"Gracia, Ci? Om sama Tante lagi izin pulang dulu soalnya. Takut kelamaan ninggalin dia kalo kita makan di luar."
"Kan udah ada Anin? Ngga lama emang dia?"
FRRRL
Wajah Feni tiba-tiba panas mendengar nama itu keluar dari bibir Shani. Perasaan takut menjalari setiap urat nadinya. Sejujurnya dia masih trauma akan pertengkaran Shani dan Gracia beberapa waktu lalu. Takut membuat buruk keadan Gracia lagi seperti kejadian waktu itu.
Setelah diskusi aga panjang, akhirnya keduanya sepakat untuk makan di kantin saja. Padahal sebetulnya Feni sudah gumoh hari-hari makan dengan menu yang sama. Karena menu yang cocok untuk dia di kantin itu hanya beberapa saja. Atau paling banter dia akan gofood. Feni kangen seafood platter favoritenya itu padahal.
Sementara alasan Shani lebih memilih ke kantin daripada menemui Gracia lebih dulu adalah untuk memberi waktu lebih banyak untuk Anin dan Gracia. Ia tidak ingin buru-buru mengganggu keduanya. Sepasang sahabat yang sudah ia buat berjarak cukup lama karena kecemburuan dirinya.
=====•••=====
Wajah Gracia mendadak tegang melihat siapa yang berjalan anggun di sebelah Feni itu. Shani menyambut Gracia dengan senyum menenangkan saat kedua pasang mata mereka bertemu. Gracia ragu-ragu ingin membalas karena takut itu hanya senyum palsu yang sengaja Shani buat untuk menyindir dirinya sebab keberadaan Anin. Setelah kejadian malam itu jujur saja Gracia menjadi ngeri berada di situasi seperti ini lagi. Di mana ada Anin, Shani dan dirinya di tempat dan situasi yang sama. Dan satu-satunya hal yang membuat dia sedikit tenang adalah keberadaan Feni di tengah situasi mencekam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil'sist
Narrativa generaleBersama Shani, adalah jenis hubungan paling Gracia suka. Menemukan sosok saudara perempuan yang tidak ia miliki di rumah rasanya seperti ini adalah berkat dari betapa baiknya Tuhan kepada dirinya. Begitu juga sebaliknya. Memiliki Gracia di hidupnya...