Can you show me?

2.6K 180 0
                                        



Shani menoleh saat Gracia keluar dari kamar. Perhatian memasaknya terbagi melihat adik kesayangannya tumben sekali pagi-pagi sudah rapi.

"Ci, aku izin ke luar sebentar, ya?"

Tak langsung menjawab, Shani malah memindai perempuan di hadapannya itu dari ujung kepala hingga kaki. Kesayangannya itu tampak cantik sekali mengenakan dress floral ungu selutut, dipadu dengan sneakers favorit di kaki jenjangnya. Simpel, tapi ini terlalu cantik, Ge.

Demi apapun Shani tidak melihat angka 30-an pada adik kesayangannya itu. Dia terlalu lucu untuk disebut kepala tiga. Meski belum genap, tapi itu akan hanya dalam hitungan hari.

Like a big baby, Gracia sepertinya tidak akan pernah bertambah usia di mata Shani bahkan dalam hal apapun. Tetap akan menjadi adik kecil. Adik kecil kesayangannya.

"Ci? Aku mau kelarin urusan kontrak aku yang kemarin jadi berantakan itu. Boleh?" Gracia mengulang.

Perhatian Shani kembali. Perempuan itu mematikan kompor sementara jaga-jaga takut obrolan keduanya akan lama seperti biasanya.

"Duduk dulu," ajak Shani. Yang ia maksud adalah sofa favorit keduanya.

"Ih sukak lama nanti. Di sini aja. Aku buru-buru."

Shani setuju. Ia menyandarkan dirinya di meja kitcen selagi menyilangkan kedua tangannya di dada. Sementara Gracia duduk di meja makan yang hanya berjarak dua meter saja dari Shani.

"Bukannya itu udah final kemarin? Kamu ga lagi nyari alasan buat keluar aja kan? Bosan sama rumah ini? Apa bosan sama aku? Kenapa? Atau karena ada Feni?" cecar Shani yang entah kenapa pembawaannya menjadi tiba-tiba dingin kali ini.

"Gitu banget si ngomongnya. Aku izinnya baik-baik ini, Ci. Jujur aku emang lagi agak bete sama kamu. Tapi bukan itu alasannya."

"Harus banget pergi?" Suara Shani mulai ke setelannya lagi. Lembut seperti biasanya.

"Mereka udah sebijak itu ga kasih aku penalty. Aku gamau gitu aja lepas, kesannya kaya yang ga bertanggung jawab dan gatau terima kasih, Ci."

Sejak dua bulan lalu hingga beberapa bulan ke depan Gracia msih terikat kontrak dengan dua produk ternama dan beberapa pekerjaan lain, tapi semuanya harus terpaksa ia lepas karna alasan sakit yang dideritanya.

Oke, Shani ngerti.

"Sama siapa perginya?"

"Sama Indy."

Shani berjalan mendekat, "perginya jangan lama-lama, yaa? Setelah urusannya selesai, langsung pulang. Kamu ga boleh capek-capek. Jujur aja aku mulai ga bisa melepas kamu jauh dari pengawasan aku meskipun cuma sebntar, Ge."

Melihat gurat kekhawatiran yang teramat jelas di wajah Shani, kontan semua sebal yang Gracia punya mendadak sirna. Perempuan itu mengangguk manut mendongak ke arah Shani di atas dirinya.

"Hmm good girl." Shani mem-pat-pat kepala Gracia selagi mengelusnya lembut sekali seperti biasa.

Gracia beranjak berdiri yang sekaligus memangkas beberapa centi jarak antara dia dengan Shani. Menangkup wajah perempuan itu agar mendekat, kemudian ia berjinjit lucu mencium kening Cici kesayangannya.

Mendapati itu senyum Shani merekah begitu saja bahkan lebih lebar dari biasanya, "Segala pake jinjit lucu banget," katanya sambil tertawa.

"Hmmh!" Gracia mengerang melipat bibir selagi menautkan kedua alisnya sebal. Kembali wajah itu ia tarik mendekat, mencium gemas kedua pipi Cici kesayngannya.

Lil'sistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang