Lil'sist

3.2K 261 10
                                    



"Nggak ngga ngga stop! Stop it! Stop di situ Shania Gracia!" Belum apa-apa Shani berteriak histeris membayangkan keadaan dapur kalau-kalau peperangan itu benar terjadi. Mengundang senyum licik pada bibir lucu Gracia.

Gracia semakin mendekat, hingga tinggal beberapa inci, Shani kembali berteriak semakin histeris, "No! Ge! DIEM!"

"Apaan sih, Ci?" Gracia sudah tidak sanggup lagi menahan ngakak melihat Cici kesayangannya itu segitu histerisnya menghitung jarak antara dia dan dirinya. "Emang boleh sehisteris itu? Udah kayak yang mau diapa-apain aja deh!" kata Gracia lagi ditengah tawanya, ibu jarinya menyeka air di ujung matanya.

"Kamu kan suka random. Kali yang ini juga," timpal Shani dengan ekspresi serupa. Membuat Gracia semakin tak bisa berhenti mentertawakannya.

"Takut aku apain emang?" Gracia menaik turunkan alis. Gadis lucu itu semakin menikmati permainan, menggoda Cici kesayangan yang entah kenapa bisa segini menggemaskan. Langkahnya kembali ia ayun bersamaan langkah mundur Shani menghindari dirinya. Hingga langkah perempuan itu mentok di sisi meja kitchen, Gracia memangkas jarak diantara keduanya. Ia dapat merasakan hembusan napas Shani hangat menyapu wajah dirinya, "can i hug you?" pinta Gracia setengah berbisik tepat di wajah Shani.

"Sumpah ya Ge ini ada pisau di tangan aku." Shani mencoba memperingatkan, selagi matanya memindai gerak gerik perempuan yang sedari tadi tidak juga mau berhenti menggodanya.

"See? Kamu mau bunuh aku gitu ceritanya?" kata Gracia lagi, ia menaikan alis sebelah kanannya, menantang Cici kesayangan.

"Kita ngga tau. Apapun bisa aja terjadi di situasi kayak gini." balas Shani polos.

"Bahkan aku rela mati jika itu di tangan kamu, Ci."

"Aku yang ngga rela kehilangan kamu. Ngga bisa aku ngga mau ngga boleh," jawab Shani cepat. Itu benar-benar jawaban spontan yang terdengar sangat tulus masuk ke telinga Gracia. Hati perempuan itu menghangat, disusul senyum tipis di bibir ranumnya. "Buang pisaunya." titah Gracia.

Seperti berada pada pengaruh hipnotis, Shani menurut cepat. Ia membuang pisau itu ke arah di mana wastafel berada. "Can i hug you?" Gracia mengulang.

Shani memberi izin dengan isyarat anggukan disertai senyum tulus menyambut pelukan dari Gracia. Shani tenggelam, menikmati aroma pada tubuh yang sudah lama sekali ia rindukan. "Aku kangen kamu, Ge," tutur Shani, air mata menganak sungai di pipinya.

Lima menit, sepuluh menit. Shani masih enggan melepas pelukannya. "Udah belum?" Gracia memastikan. Ia tersenyum saat merasakan gelengan Shani pada bahunya.

Butuh waktu lima belas menit untuk Shani melepas Gracianya dari pelukkan. Itupun setengah tidak ikhlas ia lepaskan. "Kalo belum puas mah jangan di lepas, Ci," goda Gracia melihat raut tidak rela pada wajah cantik Cici kesayangannya.

"Kamu kelaperan. Kasian," sahut Shani mengerucutkan bibirnya persis Gracia setiap kali merayu dirinya.

••••

Mie beserta acar favorit Gracia sudah rampung Shani buat. Dengan telaten ibu anak satu itu menatanya di meja, disambut senyum sumringah adik kesayangannya. "Waaa ratatouille ratatouille ada tikus ada tikus cebelapa imut ci akuuu!!!" celoteh gracia selagi mengangkat kedua jari telunjuknya persis balita menyambut antusias mie acar buatan cici kesayangan. Sementara di sisi lain, Shani tidak bisa menahan gemas pada tingkah bayik gede di sebelah kanan dirinya. Ia menepuk setengah mendorong gemas bahu anak itu selagi tawa berderai dianatara keduanya. Demi tuhan Shani ingin sekali menghentikan waktu detik ini juga. Waktu dimana hanya ada dia dan Gracia.

Lil'sistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang