Thanks for being here.

3K 241 4
                                        



"Masa sih?" Shani gimik bercermin di kaca spion. "Engga ah, masih cantik banget gini kok?" Lanjut perempuan itu lagi berusaha meyakinkan Gracia bahawa dia benaran fine kalau Gracia memang harus pulang saat ini juga. Meski kenyataannya, ia belum sepenuhnya rela jujur saja.

"Buka kuncinya, Ci," pinta Gracia selagi membuka seatbelt milik dirinya.

Shani yang juga masih sibuk dengan seatbeltnya, kontan menoleh ke arah Gracia. "Gimana?"

"Nganter Enzo ke tempat tidurnya itu alasan pertama. Yang kedua kayaknya aku ada ketinggalan sesuatu. Dan alasan lainnya adalah ... sepertinya ada yang belum rela deh aku rasa."

"Alasan pertama, itu jelas-jelas tanggung jawab aku. Yang  kedua, kayaknya kamu mengada-ada deh. Dan yang ketiga, mohon maaf itu maksudnya gimana, ya, Bund?" Posisi Shani sekarang benar-benar penuh menghadap ke arah Gracia.

"If you know you know," gumam Gracia, sementara senyum meledek terbit dibibir lucunya.

"Ge?"

"Ya, masih di sini, Ci."

"Jujur, betul aku masih kangen. Mana sebanding sih lima tahun ditebus dua hari? Tapi gapapa, sebagai mana aku, kamu juga punya kehidupan dan halhal lain di luar aku. Kalo kamu mau pulang, silakan. Aku ga ada hak apapun buat ngekang kamu."

"Udah diajakin bercanda pun! Masih aja serius."

"Ya jadinya kamu pulang atau gimana?!" Shani mulai geram akan sikap santai Gracia.

"Pulang," sahut perempuan itu enteng.

"Serahlah, Ge. Semerdeka kamu aja udah!" Shani naik pitam merasa dipermainkan. Sedangkan Gracia sendiri tidak pernah merasa seperti itu samasekali. Sedikit aja si.

"Lho kok emosi?"

"Iseng kamunya," intonasi Shani kembali normal lagi, lembut seperti biasanya.

Keduanya saling tatap, tanpa aba kompakan menahan tawa. Sama-sama  tidak mau mengganggu tidur bocah dipangkuan Gracia.

"Ge sumpah ini aku serius. Sekali lagi aku tanya, kamu beneran mau pulang? Kalo iya, ga usah turun gapapa. Paling aku minta waktu kamu sebentar buat nunggu aku nurunin Enzo sama barang-barang belanjaan aku. Setelahnya silakan."

"Iya aku pulang, setelah bantu kamu nurunin Enzo sama barang-barang kamu."

"Ga usah, kamu keliatannya capek banget itu. Pucet juga aku liat-liat." Wait, Shani bahkan baru ngeh, "Ge kamu ga enak badan?" lanjut perempuan itu lagi.

Gantian Gracia yang gimick bercermin di kaca spion. "Bareface aku emang kayak gini ga sih, Ci? Pias kayak orang sakit?"

Shani bukan orang yang akan puas jika bukan dia sendiri yang membuktikan. Disentuhnya lengan adik kesayangannya itu untuk memastikan. Dingin. Oke, artinya Gracianya memang baik-baik saja.

Gracia bernafas lega, "Ga percayaan!" Cibir perempuan lucu itu pura-pura.

"Ngga gitu. Khawatir."

••••

"Di sofa aja, Ge," cegah Shani saat langkah Gracia menuju kamar tidur.

"Hah?"

"Mumpung baru jam segini lebih baik dibangunin aja buat bersih-bersih. Keringet melulu gitu suka ga tenang dia tidurnya."

"Siap, Mammy!" sahut Gracia menirukan suara Kenzo. Lalu adik kesayangan Shani itu mendudukan dirinya di sofa dengan bocah kecil di pelukannya.
Shani tersenyum gemas sebelum kemudian menghilangkan diri.

Lil'sistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang