Look like angel

5K 486 103
                                        

Sebetulnya ini update-an untuk hari Senin. Tapi gapapa aku posting sekarang aja buat nemenin weekend para jomlo. Jhahahahah. Maaf, Mblo ih bercanda ini🥰

••••

"Mau kamu yang jelasin ini ke aku, atau aku yang cari tahu sendiri?" Kembali Shani bicara karena Gracia sudah membuang waktunya delapan menit dan kesayangannya itu masih enggan membuka suara.

Hatinya mendadak nyeri saat air mata itu lolos di ujung mata Gracia. Dan perasaan bersalah kembali menyapa hati murahannya.

"Kasih aku waktu untuk ini, Ci? Aku masih butuh kamu di dekat aku seperti ini paling engga sampai kangen aku ke kamu beberapa hari belakangan ini sedikit berkurang." pinta Gracia dengan suara bergetar menahan perasaan antah berantah di dalam sana. Sakit, rindu, khawatir, takut, Gracia benar-benar seperti telah terbelenggu perasaannya sendiri. Karena ia tidak tahu Shani masih akan menerimanya seperti ini setelah ia menjelaskan semuanya atau malah benci dan enggan bertemu dengan dirinya lagi.

Shani mengambil napas dalam, membuangnya perlahan. Membenarkan posisi tidur Gracia, membawa kepala itu kedalam dekapannya. Dan Gracia cepat merespon, mencari posisi nyaman di dalam pelukan kesayangan seperti biasanya. "Hati-hati itu infusannya," kata Shani mengingatkan.

"Tinggal minta benerin perawat," timpal Gracia tak acuh. Aroma tubuh Shani benar-benar telah mengalihkan segalanya.

Sementara sudut bibir perempuan lain terangkat begitu saja. Demi apapun Shani tak kalah rindu dengan Gracia mode clingy seperti ini lagi. Menghujani puncak kepala kesayangannya itu berkali-kali. Lupa kalau tak seharusnya ia besikap manis seperti ini lagi. Lupa akan fakta soal Gracia yang telah membuat kacau perasaannya sedari malam tadi. Faktanya memang Shani selalu kalah, tidak pernah tidak setuju, tidak pernah bisa menolak apapun yang Gracia minta. That's all. "Tapi bikin tangan kamu sakit nanti."

"Engga, Ci," sahut Gracia lembut sekali. Ia menenggelamkan wajahnya diantara ceruk leher dan bahu Shani. Menciumi kecil area favoritenya itu. Menyalurkan rindu yang sudah menumpuk sedari beberpa hari lalu.

Shani memejamkan matanya saat Gracia semakin intens menciumi area bahu dan lehernya. Sekujur badannya  memanas selagi Gracia memperhalus ciumannya. "Ge? Jangan lebih dari itu," Shani memberi alarm sementara mata itu belum sanggup ia buka. Setelahnya ia lega. Urat-urat tegangnya seketika mengendur ketika mendapati anggukan Gracia di bahunya.

Gracia menengadahkan wajahnya untuk melihat wajah Shani, disusul perempuan menawan itu  menunduk dan kedua pasang mata Shani dan Gracia  intens bertemu. Tak ada kata lain dari bahasa kedua pasang mata itu selain rindu. Shani memberi senyum terbaiknya, dibalas Gracia dengan hal yang sama. "Aku pikir hati aku ini udah paling mahal dan ngga akan ada satu orangpun berani masuk begitu aja dengan mudah. Just by invitation only. Tapi kamu berkali kali mematahkan itu." Pengakuan itu lagi lagi berasal dari Shani.

"Kalau kamu itu laki-laki, maka aku adalah perempuan paling murahan yang berulang kali luluh hanya dengan melihat kamu tersenyum seperti ini. Ngga perduli meski seberapa banyak sakit yang udah kamu beri untuk aku." Tambah perempuan itu lagi sementara degub jantung Gracia berdenyut mulai tak sesuai ritme. Kacau sekali rasanya di dalam sana. Sebilah hatinya menghangat, sebilah yang lain nyeri. Dan perasaan bersalah kembali menyapanya saat Shani mengakhiri kalimatnya. Betul, rasanya sudah tak terhitung berapa jumlah sakit yang sudah ia beri untuk kesayangannya itu.

Demi apapun mata Gracia mulai panas kali ini.

"It's all my fault," ucap perempuan itu setengah berbisik karena tenggorokannya kering sekali rasanya. "Aku bahkan udah ngga layak mengucap kata maaf untuk kamu, Ci." Sambungnya lagi mulai tercekat kali ini. Kedua mata itu mulai basah oleh bulir-bulir pesakitan.

Lil'sistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang