Gapapa, aku ngerti

2.5K 196 2
                                        

"Ci, maaf,"

Shani menganguk lembut menatap intens mata Gracia selagi seulas senyum tulus itu kembali menyapa adik kesayangannya. Meluruhkan separuh sesak yang sedari tadi menghimpit ulu hati Gracia.

"Beberapa perasaan memang butuh divalidasi, Ge. Gapapa, aku ngerti." Mata Shani kembali turun ke kaki Gracia. Membalut luka itu dengan kain kasa.

"Tapi, beberapa perasaan yang lain pun butuh dihargai ketulusannya. Terkadang tulus yang terus diragukan juga sama sakitnya," sambungnya lagi masih fokus dengan kaki Gracia.

"Kamu pasti udah muak banget ya, Ci dengan sifat kekanakanku yang ga pernah mau berubah ini?" Tatapan haru Gracia semakin intens tertuju pada Shani yang telaten sekali dengan luka di kaki dirinya.

Shani menggeleng, "Ngga muak, sedih aja," jawab perempuan itu. Ia belum juga mau melihat ke arah Gracia karna dia tahu bahwa Gracianya sedang menatap intens ke arah dirinya. Ia selalu canggung setiap kali bertemu mata dengan Gracia. Shani gabisa, ga akan pernah bisa menangani tatapan dalam milik adik kesayangannya. Akan selalu dibuat kacau perasaannya. Ditambah lagi dengan insiden di luar kendalinya tadi malam.

"Maaf, ya, Cii?" pinta Gracia lagi masih belum selesai dengan tangis dan isakannya.

"Iyaa, udahan ah nangisnya." Cici kesayangan Gracia itu selesai dengan perban di kaki dirinya.

"Cepet sembuh ya kamu," ucap Shani pada luka Gracia lembut sekali seolah ia sedang berbicara dengan anak kecil selagi mengelus halus kaki itu.

"Ci?"

"Iyaa?"

"Lihat aku," pinta Gracia.

Hanya disahuti gelengan sambil ia berpura-pura sibuk dengan kotak obatnya.

"Artinya kamu masih marah kalo belum mau ngeliat aku. Ci?" Gracia menggoyang-goyangkan lengan Cici kesayangannya itu.

"Ge, plis deh?"

"Ya liat aku doang emang apa susahnya? Aku cuma mau mastiin muka kamu masih ketus apa engga?"

Shani menarik napas sebal, menyiapkan senyum terpaksanya like smiling ear to ear bahkan matanya ikut tersnyum juga lalu perempuan itu menoleh ke arah Gracia, "hemm? Mau apa lagi?" tantang Shani dengan mimik lucunya.

Mendapati itu, Gracia tertawa girang. Gemas akan senyum terpaksa yang dibuat-buat Shani.

Spontan ia menarik wajah itu agar lebih dekat ke dirinya. Menghujani perempuan itu dengan ciuman gemas berulang-ulang. Dari pipi ke hidung, lalu pada kedua mata itu, terakhir di pelipis juga kening.

"Geee!" Shani berontak berpura berusaha melepaskan diri.

"Enggak!" Gracia membawa Shani ke dalam pelukannya kali ini.

"Maafin aku, Cii?" bisik Gracia tepat di telinga Shani.

Shani mengangguk di bahu Gracia, "iya, udah dimaafin dari tadi. Udah yaa?"

Gracia melepaskan Shani dari pelukannya, menahan wajah itu agar menatap ke wajahnya. Sedetik, mata itu beradu. Secepat kilat Shani berpaling lanjut beranjak dari duduknya masih dengan sekotak obat-obatam di tangannya. "Aw!"

Mata keduanya kompakan melihat ke arah kaki Shani. "Cii?!" Gracia berseru shock melihat darah di kaki Shani.

Gracia menarik lengan Shani agar duduk kembali. Mengambil kotak obat juga perban di tangan perempuan itu.

Segera ia turun, berlutut di kaki Shani. Membersihan luka itu.

"Ini kamu ga kerasa apa emang pura-pura ngga dirasa, Ci?" Gracia kembali menangisi Shani lagi.

Lil'sistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang