Sea n You

6.1K 755 94
                                    

Hello haii

Selamat membaca!



Tidak seperti makan biasanya yang penuh kehangatan karena biasanya perhatian Shani lebih banyak ke Gracia dan berujung menelantarkan makanannya hanya untuk sekadar menatap intens perempuan favoritnya itu, kini Shani lebih banyak menunduk dan diam. Seolah banyak sekali pertimbagan di kepalanya apakah harus menyuap makanan di piringnya itu atau cukup diabaikan?

Sementara Gracia sudah berkali-kali melihat ke arah Shani dan mengulum senyum. Sejujurnya ia gemas ingin mencium kesayangannya itu. Apa-apaan melihat nasi sudah seperti melihat musuh begitu?

Mengambil potongan wortel dari acar, Gracia melempar pelan ke piring Shani. Mengundang perempuan itu turut megangkat kepala melihat ke arah dirinya dengan tatapan tidak suka.

"Ngga sopan!"

"Ngga bersyukur!" timpal Gracia. Dan Shani kembali menjatuhkan wajahnya ke piring lagi.

"Kalau kamu bete sama aku, marahnya ke aku aja, ya? Ngga papa aku sadar memang aku salah. Makanan itu rezeki yang  ngga seharusnya kamu tatap seperti musuh begitu, Ci. Aku minta maaf sudah merusak mood kamu pagi-pagi begini." kata Gracia lembut.

"Lagian kamu kapan sih akan berhenti bahas Kevin? Muak aku tuh, Ge." keluh Shani dan masih enggan melihat ke Gracia. Sejujurnya apa yang Gracia katakan tidak ada salahnya sama sekali. Dengan kesadaran penuh Shani setuju, tapi entah kenapa untuk kali ini saja ia ingin egois, ia ingin  tutup mata. Berpura buta akan fakta mana benar, dan mana yang tidak seharusnya.

"Apa yang aku bilang itu emang salah ya, Ci?"

"Kamu kayanya belum puas ya menjadikan aku ini seperti boneka mainan kalian beruda?"

Hati Gracia kontan berdenyut nyeri. Suara Shani pelan, tapi dingin sekali. Bahkan lebih dingin dari tumpukan salju di Everest.

Kedua matanya langsung memanas dengan kaca-kaca yang siap pecah di detik ini juga. "Ci, tidak pernah sekalipun aku bermaksud seperti itu. Aku minta maaf." Dan bulir di mata merangsek jatuh tidak bisa lagi Gracia tahan.

"Lima belas tahun itu lama banget, Ge. Sementara kita melaluinya dengan jalan sangat terjal dimana banyak sekali kerikil dan duri di sana. Bahkan di setiap goresannya selalu berakhir menjadi luka yang susah sekali mengeringnya. Beberapa di antaranya masih ada yang belum sembuh kalau kamu mau tahu. Sekarang, aku mau sekali saja egois untuk tidak berada di jalan itu lagi memang ngga boleh? Aku tahu jalan indah beraspal ini salah, tapi aku sudah capek, Ge dipkasa untuk terus mengikuti jalan pesakitan itu. Kita udah terlalu lama menderita karena ini." ungkap Shani semakin terbuka akan perasaannya. Hal-hal yang sudah sejauh ini mati-matian ia kontrol semampu yang ia bisa, kini harus terpaksa kalah juga pada akhirnya.

"Maafin aku, Ci." gumam Gracia. nasi yang baru ia suap tadi, hanya sampai di kerongkongan. Ia sudah tidak sanggup lagi menelan. Di dalam sana sudah terasa penuh sekali rasanya.

Demi Tuhan Gracia mencintai Shani dalam setiap hela napas dan untaian doa paling rahasia. Meski tidak banyak yang terucap, namun segala bentuk harap senantiasa tersemat dalam bahasa yang mungkin sulit dipahami. Tersembunyi dari bait paling rumit yang hanya dia dan Tuhan yang mengerti.

Tapi apa tidak egois ketika ia membiarkan Shani tersesat terlalu jauh, sementara dia sendiri tidak tahu akan sampai mana bisa terus berada di samping kesayangannya? Gracia tidak akan sampai hati membiarkan Shani tersesat seorang diri.

Shani meletakan sendok dan garpu di piring berbarengan. Lalu meninggalkan meja makan. Tak perduli meski dalam sekelebat matanya ia melihat air mata Gracia semakin deras berjatuhan.

Lil'sistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang