chapter 45

4.7K 481 77
                                    

"Akutuh kalo marah bukan ke ekspresi, tapi lebih ke cara ngomong gitu loh. Ngga terlalu banyak tapi yang pentingmah nusuk aja." ~Shani at The Slap Show

Tidak bermaksud membuat kalian senang karena updatenya ngepot. Emang karena pengen segera selesai aja ceritanya.

Tapi kalo kalian senang ya gpp, aku ikut senang. Aseque!

Selamat membaca by the way

Shani hendak pamit beranjak sesaat setelah ia melihat jam di pergelangan tangannya pukul 05:53 wib. "Aku ada kerjaan hari ini." pamit Shani sembari ia menarik lengan dirinya di bawah tengkuk Gracia.

"Kamu marah, Ci?" tanya perempuan itu takut-takut. Mendengar suara datar Shani, melihat wajah dingin kesayangannya itu jujur saja Gracia khawatir.

"Ngga tau Ge aku pusing." Shani menjawab tanpa melihat ke arah Gracia. Kali ini ia  lebih memilih sibuk dengan sepatunya.

Sementara Gracia seolah sudah tidak lagi memiliki kata-kata. Ia takut kalau malah akan semakin membuat kacau susana hati kesayangannya.

"Aku pamit, ya? Kamu makan yang banyak biar cepet fresh badannya." Hanya disahuti anggukan saja oleh Gracia.

"Mau aku bangunin, Mpen?" kata Shani lagi.

"Ngga usah. Kamu hati-hati, Ci."

"Iya."

Baru dua langkah kaki itu Shani ayun, "HP aku itu, Ci."

Kontan Shani menoleh lalu mengangkat handphone itu dengan ekspresi tanpa beban di wajahnya. "Siapa yang bilang punya aku?" selorohnya.

"Aku ngasih tau," timpal Gracia polos.

Jujur Shani ingin ketawa, tapi enggan. Dia masih kecewa. "Terus?"

"Terus mau kamu bawa?"

"Iya, sementara HP kamu biar aku pegang dulu. Lagi ngga ada keperluan apa-apa kan di HP ini? Kalau kamu bosan, pake HP aku aja itu." Shani menunjuk HP dirinya yang sudah sengaja ia tinggal lebih dulu. Disaat Kevin bahkan tak berani menyentuhnya, Gracia malah dapat mengakses handphone itu sesukanya. Selalu ada hak istimewa untuk adik kesayangannya. Entah Shani sadar atau tidak akan perlakuannya.

Untuk pertama kalinya Shani berlaku seenaknya tanpa meminta persetujuan samasekali. Dan kali pertama juga untuk Gracia terpaksa manut tanpa mendebat drama seperti biasanya lagi.

=====•••=====

Kegiatan Shani terhenti saat suara handle pintu dibuka. Adalah Kevin dengan setelah kemeja khasnya. Kedua mata itu bersirobok cukup lama. Shani dengan tatapan benci, sementara Kevin dengan tatapan teduh seperti biasanya. Membuat Shani semakin muak melihatnya. Entah kenapa padahal ia sudah berencana untuk bersikap biasa saja sebelumnya.

"Packing?" tanya laki-laki itu melihat Shani sibuk dengan koper berukuran besar dan pakaian yang sudah separuh masuk ke dalamnya.

Shani membuang muka alih-alih menanggapi suaminya. Kembali fokus pada koper di hadapannya.

Langkah Kevin mendekat selagi ia mengendurkan dasi di lehernya membuka dua kancing teratas kemudian menggulung lengan kemeja itu hingga siku.

Laki-laki itu membuang napas sesaat setelah dirinya duduk di sisi tempat tidur persis di sebelah koper milik Shani. Sepersekian detik  memperhatikan dengan seksama perempuan yang masih sibuk dengan kopernya seolah tak perduli akan keberadaan dirinya. "Kamu kenapa?"

"Kenapa? Apanya kenapa? Emang keliatan seperti orang kenapa-napa?" sahut Shani ketus tak sengaja. Entah kenapa melihat wajah Kevin rasanya seperti ia sedang melihat penderitaan Gracia beberapa tahun ini. Semua penuturan Gracia tadi pagi seperti benang kusut yang tak henti berputar ulang di kepalanya.

Lil'sistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang