Shani terkulai frustasi. Memijat pelipis yang tiba-tiba terasa pening kali ini, kemudian ekor matanya belari ke arah kamar mandi. Dimana ada sosok yang selalu saja berhasil membuatnya khawatir. Khawatir akan segala kemungkinan yang sudah pernah terjadi dan tidak ingin terulang lagi.Adalah Gracia, 'adik kesayangan' Shani itu selesai dengan ritual mandinya. Wajah naturalnya tampak cantik sekali, memakai dress tidur selutut dengan cepolan handuk di kepalanya. Sepertinya gadis itu keramas untuk memadamkan api di kepalanya yang tiba-tiba tersulut tanpa tahu sebab.
Sementara di sisi lain Shani masih setia dengan raut khawatirnya mendapati Gracia tiba-tiba menjadi dingin. Yang dia sendiri tidak tahu alasannya apa.
Sesaat Shani dibuat lega ketika melihat adik kesayangannya itu memakai pakaian yang dia beri tadi. Setidaknya anak itu setuju pada permintaanya untuk menginap kali ini.
Langkah gontainya menuju meja rias, melewati Shani tanpa meliriknya sedikitpun. Iya, Shania Gracia ini memang nakutin sekali kalau lagi mode silent seperti ini.
"Ciii mau iniii ... lotion," ucap Gracia selagi tangannya mengangkat benda berwarna kuning tersebut. Dada Shani yang sedari tadi seperti terhimpit beton, rasanya sedikit lega mendengar nada manja itu lagi.
Disusul Shani beranjak dari duduknya, merapat ke Gracia. "Itu udah habis, Ge. Ini aja ni," kata perempuan itu sambil menyerahkan lotion barunya ke Gracia.
"Wiii pinkeu pinkeu lutuuu," celoteh Gracia lucu. Tingkah randomnya berhasil membuat bibir bidadari disebelahnya itu terangkat sempurna, 'adaaa aja tingkahnya," batin Shani. ingin sekali rasanya memprotes tingkah kekanakan sahabatnya itu tapi kontan diurungkan. Takut emosinya kambuh lagi pikir Shani.
Selagi memakai lotion, Gracia kembali berceloteh seperti anak kecil. Menyanyikan slogan salah satu iklan televisi, "Bersih bersinar, sanl ..."
"Weit! No no no. no iklan-iklan club." Shani menyelak.
"Orang ngga lagi live." Gracia kembali bersuara.
"Ruls is ruls!" kata Shani lagi tidak mau dibantah.
Gracia melengos seolah tak acuh. Fokusnya kembali ke lotion yang belum selesai ia pakai. Baru beberapa detik berlalu ia kembali berceloteh lagi. Memang benar-benar persis balita sekali anak ini.
"Bersih bersinar, san ..."
"Geee!"
"Dengerin dulu jangan protes dulu," beberapa detik Shani dibuat menunggu.
"Bersih bersinar ... Shani! Gitu maksudnya."
"HELEHH!!" seloroh Shani kemudian buru-buru berlalu ke kamar mandi entah sambil menahan mual atau menahan ngakak mendapati adiknya itu membelokkan nama merk menjadi nama dirinya.
======•••======Gracia kontan tersenyum melihat wajah tanpa make up Shani keluar dari kamar mandi dengan rambut yang belum sepenuhnya kering alias masih basah. Sepersekian detik, Gracia menyesali aroma sabun yang menguar dari tubuh Shani dan demi apapun sekilat itu berhasil membuyarkan fokus dirinya. Bahkan ia baru sadar ternyata sudah ada Shani duduk di sebelahnya. Fokusnya kembali dibuat kacau saat Shani membuka gulungan handuk di kepalanya, mengeringkannya manual. Takut-takut ganggu anak kesayangannya kalau ia memakai mesin pengering itu. Pusing di kepala Gracia bertambah dua kali lipat mencium aroma shampoo pada rambut Perempuan yang sekarang persis duduk di sebelah dirinya.
'ini shampoo sama sabun yang aku pake tadi kan ya? Kenapa aromanya bisa beda banget gini? Lebih strong dari yang aku pake tadi' batin Gracia selagi tak sadar mengurut pelipis yang entah kenapa mendadak pening itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lil'sist
Художественная прозаBersama Shani, adalah jenis hubungan paling Gracia suka. Menemukan sosok saudara perempuan yang tidak ia miliki di rumah rasanya seperti ini adalah berkat dari betapa baiknya Tuhan kepada dirinya. Begitu juga sebaliknya. Memiliki Gracia di hidupnya...