Pukul 22:36 WIB, Toyota Astra berwarna putih itu memasuki basment parkiran salah satu apartement elite di kawasan perkantoran pusat kota. Membuka seatbelt, lalu kedua perepuan berdarah Cina-Indonesia di dalam mobil tersebut saling mengunci mata satu sama lain. Si pengemudi dengan tatapan jahilnya, sementara perempuan lain di kursi penumpang memberi tatapan mengintimidasi mendapati rekan di sebelahnya itu ikut membuka sabuk pengamannya juga. Namun selang beberapa detik tatapan itu berubah teduh, "Seriusan mau mampir?" Kontan yang di tanya mengangguk antusias."Pengen banget?"
"Cuma peluk aja ngga apa kan?" pinta si pengemudi. Pemilik senyum paling lucu itu menurunkan tawarannya.
Gracia memasang puppy eyes-nya selagi menunggu persetujuan, sementara perempuan lain pemilik senyum meneduhkan itu malah asaik mengulur jawaban.
"Eum, boleh nggak ya?" godanya seraya mengetuk-ngetukkan jari telunjuk di dagunya.
"Drama ih!" protes Gracia melihat tingkah perempuan menawan di hadapannya itu. Tidak butuh jawaban, ia membawa Shani ke dalam pelukannya tanpa persetujuan.
Pelukan itu berbalas, Shani yang sudah berada di dekapan Gracia megeratkan pelukan seraya mengelus lembut punggung adik kesayangannya. Dibalik pelukan, senyum sayang mengembang diantara keduanya. Ada yang membuncah di dalam sana. Adalah perasaan keduanya yang sudah terkubur terlalu lama.
"Lagian mah peluk tinggal peluk, sejak kapan segala minta persetujuan?" Keduanya tertawa melepas pelukan satu sama lain.
"Sejak kapan? seriusan kamu nanya sejak kapan? bukannya selalu gitu , Ci? apa iya kamu gak sadar selama ini kamu se-denial itu?"
Shani enggan menggubris. Setelah pelukan dilepas, kemudian gadis yang kerap Gracia panggil Cici itu mendekatkan dirinya pada area kemudi. Wajahnya dekat sekali dengan wajah yang sudah setengah membeku di tempat duduknya. Semakin dekat, hembusan nafas Shani hangat menyapu wajah Gracia. Mengambil salah satu bagian seatbelt dengan pandangan masih pada wajah Gracia lalu satu ceklikan lolos, Shani berhasil memasang seatbelt itu tanpa ia melihatnya.
"Seatbelnya dipake lagi, ya, Sayangku. Keburu makin larut," perintah Shani tepat didepan wajah Gracia yang kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Kaku, merah, persis seperti kepiting rebus.
Gracia menelan ludah gusar. Shock akan tindakan gila perempuan yang sudah hampir lima belas tahun berstatus sahabatnya itu.
Selagi Gracia menata hati untuk utuh lagi setelah seenaknya di obrak abrik Cici kesayangan, si pelaku malah berulah lagi dengan segala acara mengacak-acak rambut Gracia sebelum ia meninggalkan tempat duduknya-turun dari mobil. Yaelah Ge, rambut yang diacak-acak kenapa hati yang berantakan coba?
Sepeninggal Shani, Gracia mengibas-ngibas tangan ke area wajahnya, "WHAT THE HELL AM I DOING?" ia mengutuk dirinya yang lemah itu. Sudah seperti es krim saja, mudah sekali meleleh.
Ia meletakkan kedua tangannya di dada, mengatur degubnya yang sedari tadi bertalu tak karuan. Belum selesai dengan dirinya Gracia dibuat shock dengan keberadaan Shani, menyembul di balik jendela. 'Ciii, can you stop? Aku gak bisa diginiin!' Gracia mengeluh dalam hati.
"Hati-hati, kabarin aku kalau sudah sampe," titah Shani tulus kemudian langkah ringan itu tertuju ke unitnya. Meninggalkan Gracia dengan segala kekacauan di dadanya.
Sementara mobil Gracia melesak cepat meninggalkan basment parkiran apartement milik Shani.
======•••======
Ci, kamu ngerasa ada ketinggalan sesuatu gak?
Iseng banget sih, Greee! Sengaja kan kamu?!"
No! Enggak! Aku aja baru nggeh pas dia ngigo tadi. Sumpah ci, Cici ngehnya kapan?
Ini pas kamu chat
Astaganagah!! Wah ini parah sih ini.
Puter balik buru
Nanti pulangku kemaleman, takut.
Udah sampe mana emang?
GI
Bohong banget, memangnya kamu naik burok, sekilat itu?
Gracia ngakak membaca pesan dari cici kesayangannya. Sejak kapan Shani punya jokes murahan seperti itu? Gracia masih dibikin tertawa meski pesan itu sudah ia baca ulang sepuluh kali.
Enzo biarin sama aku aja dulu lah, besok aku balikin ke Cici lagi.
Enggak! Nggak ada! Balikin sekarang.
Nggak dulu.
SHANIA GRACIA
Okay, siap meluncur, Paduka ratu!
======•••======
Pukul 23:09 mobil putih itu kembali merapat persis di posisi tadi Gracia memarkirkannya beberapa puluh menit yang lalu. Sementara di depan lift sana, perempuan yang tidak bosan Gracia puji cantik itu sudah stand bye menunggu. Dengan raut merasa berdosa di wajah rupawannya. Gracia turun dari mobil dengan bocah kecil di gendongannya, ia sedikit merunduk bersamaan dengan tangan Shani melindungi kepalanya dari kejedot pintu mobil.
"Hati-hati, Ge. Sini biar aku," Shani hendak mengambil alih Kenzo di gendongan Gracia.
"Gak apa Ci biar aku, kamu mandu aja."
Shani membuka pintu, membawa Gracia ke tempat tidur putra semata wayangnya itu. Hati-hati sekali Gracaia melepaskan bocah itu dari gendongannya, merebahkannya di tempat tidur tanpa sedikitpun pergerakan yang boleh mengganggu tidur berondong kesayangannya. Berhasi, Gracia tersenyum bangga pada usahanya, begitu juga Shani yang tak lepas memandangi haru keduanya; Gracia, juga anak kesayangannya.
Shani menyerahkan handuk lengkap dengan baju ganti miliknya kepada Gracia tepat saat Gracia bersiap untuk pulang. "Udah malem, nginep aja," ucap Shani santai. Sementara degub di dada Gracia bertalu sangat kacau. pikirannya melayang ke masa dimana dia dan Cici kesayangannya itu masih sering menghabiskan malam berdua. Membahas kegiatan yang mereka jalani bareng-bareng tadi siang, deeptalk masa depan sampai membahas hal paling random, main permainan jadul, netflix date, Ah, Gracia merindukan masa-masa itu lagi. Hatinya mencelos saat berprasangka bahwa hanya dia saja yang rindu masa itu, sementara Shani tidak.
"Udah buru sana, nanti gantian akunya. Kamu suka lama banget kalo mandi."
"Kaya yang paling kenal aja," Gracia menjawab sengit. Emosinya tersulut prasangkanya sendiri.
Mendapati itu, Shani takut adiknya menjadi asing dan dingin lagi. Takut tembok itu hadir lagi.
"Apa mau aku dulu? Kamu mau istirahat dulu?" Shani merayu.
"Nggak papa biar aku aja dulu. Sekarang mandiku ngga selama dulu asal Cici tau," Gracia beranjak dari duduknya, berjalan melewati Shani menuju kamar mandi dengan wajah ketus kali ini.
"Ge, kamu kenapa?" Shani meraih lengan Gracia yang membelakanginya, "aku harus gimana biar kamu bener-bener maafin aku?" mata Shani sudah berkaca-kaca kali ini.
"Biarin aku mandi dulu ya, ci? pinta Gracia lembut. Tapi dinginnya sampai ke tulang Shani. Dengan berat hati ia melepas genggamannya di lengan Gracia, menatap nanar punggung itu memasuki kamar mandi.
Mengabaikan dirinya dengan segala rasa bersalah. Dan masih bingung gimana caranya untuk menebus semuanya agar bisa kembali ke semula seperti dulu lagi. Pertemuan baru setelah lima tahun lalu jujur saja masih membuat dirinya canggung. Shani takut akan ada beberapa hal dari Gracia yang sudah tidak seperti dulu lagi, adik kesayangannya lima tahun lalu yang bahkan hal sedetil jumlah tahi lalat di wajah Gracia saja dia tahu.
Tvc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lil'sist
General FictionBersama Shani, adalah jenis hubungan paling Gracia suka. Menemukan sosok saudara perempuan yang tidak ia miliki di rumah rasanya seperti ini adalah berkat dari betapa baiknya Tuhan kepada dirinya. Begitu juga sebaliknya. Memiliki Gracia di hidupnya...