seriusan kaya gini mau jauh dari aku?" Goda Shani tiba-tiba.
Disusul Gracia mengangkat dirinya dari bahu Shani, kebetulah memang sudah merasa cukup juga akan pelukannya. Energinya sudah terisi sembilan puluh delapan persen sakarang. Lebih empat persen dari milik Shani.
Memberi senyum paling hangat selagi menatap tulus perempuan di hadapan dirinya. "Sepertinya memang perlu, Ci. Akan lebih berat kalo semakin kita tahan lebih lama. Aku mau menang, seperti lomba tarik tambang." Maksud Gracia adalah menang dengan cara mundur. Karena ia tahu, jika dipaksa untuk terus maju, egonya yang menang, tapi nuraninya sudah pasti kalah.
Kekhawatiran itu kembali menghantui Shani. Jujur saja belakangan ini wajah serius Gracia menjadi yang paling tidak ia suka. Karena pasti tiba-tiba ada saja kejutannya dan selalu berhasil memancing kesabarannya.
"Serius? Ini mungkin akan jadi kali terakhir aku memastikan ya, Ge. Kalo kamu masih tetap kekeh mau aku jauh dari kamu, itu akan saat ini juga. Dan setelahnya tidak ada lagi tawar menawar soal apapun entah itu berlabel bercanda atau sejenisnya." kata Shani dengan mata berkaca-kaca. Meyakinkan Gracia untuk terakhir kalinya.
Gracia mengangguk masih dengan wajah teduhnya. Masih tenang seolah kata-kata Shani tidak akan ber-impact apa-apa. "Di setiap pertarungan itu akan selalu ada yang kalah dan menang, Ci. Ngga ada tuh seri seri. Dan kayaknya aku rasa durasi pertarungan kita ini melebihi dari batas waktu seharusnya deh. Kaya alot banget rasanya soalnya aku ngerasanya udah capek banget ini."
Gracia menjeda untuk mengambil napas.
"Cici diem dulu aku belum selesai. Kita gantian tapi kali ini bagian aku dulu gapapa kan?" selak Gracia saat Shani baru saja akan membuka mulutnya untuk bicara.
"Diantara kita memang seharusnya ada yang mengalah, Ci, dan orang yang harus itu adalah aku." Sambung Gracia dengan hati yang mulai terasa perih lagi dan lagi, akan ucapannya sendiri.
Gracia masih mencoba melanjutkan padahal jujur saja napas itu sudah mulai berat. Ditambah melihat bulir-bulir itu terjun bebas di mata Shani. "Aku takut semakin lama akan semakin banyak hal yang harus terpaksa ikut terlibat, takut akan lebih banyak lagi konsekuensinya nanti. Takut aku semakin ngga bisa jauh dari kamu, takut akan rasa kepemilikan itu membuat aku semakin lupa diri nantinya, Ci." Napas Gracia semakin tercekat. Rasanya sudah tidak sanggup lagi melanjutkan.
Rahang Shani mengeras seiring air mata yang semkain deras. Sakit sekali memang, tapi usaha Gracia mencoba menjauhkan diri dari dirinya yang konsisten dan berkali-kali itu, tidak kalah sakit kalau boleh jujur. Rasanya seperti sudah sebegitu tidak diinginkan lagi keberadaannya.
Shani menyeka air mata di kedua pipinya. Mengangguk dengan senyum paling perih, "Meskipun ini akan menjadi kali terakhir aku melihat kamu?"
Gracia paham betul apa yang dimaksud Shani, dan dia terpaksa setuju meski di dalam sana sesak sekali rasanya. "Iya."
Sebetulnya banyak sekali kata yang masih ingin Gracia ucap dan terpaksa ia biarkan menumpuk di kepalanya. Rasanya sudah benar-benar tidak sanggup, sebab bahkan hanya mengeluarkan kata 'iya' saja energinya seperti sudah terserap banyak sekali.
"Oke," Perempuan kesayangan Gracia itu menjeda untuk menahan sesak yang semakin mendesak. "Hidup lebih lama ya, Ge. Harus bahagia lebih banyak setelah ini. Aku minta maaf kalo selama kamu dekat dengan aku, banyak sekali rasa sakit yang sudah aku buat. Aku minta maaf kalo apa yang sudah aku usahain selama ini masih belum cukup untuk kamu."
Shani mengambil napas agar isakan itu tidak semakin menjadi. "It's fine. Benar kata kamu, semua ada waktunya. Dan milik kita mungkin memang sudah seharusanya selesai. Jangan bikin aku menyesal karna setuju sama keputusan kamu ini, ya?" Lanjutnya lagi selagi menepuk-nepuk lembut tangan Gracia yang sedari tadi berada di genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil'sist
General FictionBersama Shani, adalah jenis hubungan paling Gracia suka. Menemukan sosok saudara perempuan yang tidak ia miliki di rumah rasanya seperti ini adalah berkat dari betapa baiknya Tuhan kepada dirinya. Begitu juga sebaliknya. Memiliki Gracia di hidupnya...