Makan malam kali ini Shani memilih pesan dari luar. Seafood platter sudah rampung ia saji di meja makan. Mempersilahan dengan happy kedua adik kesayangannya, disambut antusias Feni selagi ia mendudukan dirinya di salah satu kursi sebelah kanan Shani. "Woaaa, ini pesan di tempat yang biasa kita makan itu kan, Ci?"
Shani mengangguk dengan senyum semringah. Sementara Gracia mulai mengambil duduk di kursi sebelah kiri Cici kesayangannya.
"Selamat makan! Pelan-pelan makannya ada beberapa yang awet panasnya."
Beberapa menit, ketiganya fokus dengan seafood masing-masing yang mereka suka. Gracia dengan ikannya, Feni dengan udangnya dan Shani dg cuminya.
"Lobsternya dianggurin, Mpen? Masih favorit kamu kan? Apa udh berubah skrg?"
"Ribet, Ci nanti aja kalo sempet."
Permpuan pemilik act of service itu refleks mengambil lobsternya, telaten mengupasnya lalu dagingnya ia pisahkan ke piring Feni.
Sekilas perhatian Gracia tercuri pemandangan di sebelah dirinya itu. Sesekali meliriknya kembali lewat ekor matanya.
Mendadak ikan yang awalnya enak dilidahnya menjadi hambar tak ada rasa. Entah apa alasannya.
Gracia mencoba yang lain memastikan rasa berbeda. Ikannya yang salah, atau lidahnya yang bermasalah, atau ada hal lain?
Ia memilih mengambil kerang, mengupasnya dengan susah payah. "Ambil yang udah kebuka aja, Ge," saran perempuan di sebelahnya. Selagi ia mengambilkan beberapa kerang yang sudah siap makan itu ke piring Gracia. Tak digubris, Gracia masih berusaha dengan kerang yang sudah terlanjur berada di tangannya.
Kerang itu berhasil Gracia buka.
"Awh!"
"Ge!?" Perhatian Shani seluruhnya tercuri. Ia langsung berbalik badan ke sebelah kiri dimana ada adik kesayangannya yang sudah sibuk mengibas-ngibas tangan di depan mulutnya. Matanya memerah menahan panas di lidahnya.
"Sini sini cepet!" Shani menengadahkan tangannya di depan mulut Grcia.
"Pake tisue, Ci." kata Gracia tak jelas karna kerang panas di mulutnya.
"Gausah, jauh. Ke sini aja buru itu nanti lidah kamu melepuh." titah Shani lagi.
Feni datang membawa sekotak tisue di tangannya. Beberapa detik ia terlambat. Kerang panas di mulut Gracia itu sudah berada di tangan Shani.
Selesai mencuci tangan, Shani kembali ke meja makan. "Lobsternya aman, Mpen?" Perempuan itu memastikan.
"Aman, Ci." sahut Feni masih asik dengan lobster favoritnya.
"Ge?" Kali ini ke Gracia yang selera makannya sudah kacau sedari ikan kesukaannya tadi mulai berubah rasa bahkan nyaris tak ada rasa.
"Aku udah, Ci. Lidah aku mati rasa ini kayaknya. Perih." jujur Gracia lalu ia beranjak berdiri membawa piring kotornya untuk dicuci.
•••
"Masih kebas lidahnya?" tanya Shani selagi ia mendudukan dirinya di sebelah Gracia yang fokus sekali dengan handphone di tangannya.
Hanya disahuti anggukan tanpa menoleh ke arah Shani sama sekali.
Shani menahan napas berat, mulai deh mulai. Ia paham betul mode diam Gracia. Kenapa lagi sih? Mpen?
Shani mengambil lembut HP itu di tangan pemiliknya. Disambut Gracia mengerlingkan mata tak suka. "Minum ini dulu sbentar nanti boleh dilanjut lagi handphonenya," kata Shani lagi, agak panik membaca bahasa mata Gracia.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lil'sist
Ficción GeneralBersama Shani, adalah jenis hubungan paling Gracia suka. Menemukan sosok saudara perempuan yang tidak ia miliki di rumah rasanya seperti ini adalah berkat dari betapa baiknya Tuhan kepada dirinya. Begitu juga sebaliknya. Memiliki Gracia di hidupnya...