CHAPTER 22

117 3 0
                                    


Jalanan sudah semakin sepi sehingga membuat aku merasakan angin malam yang membuat aku merasa menghirup udara dengan segar. Aku merasakan bahwa seseorang sedang mengikuti aku di belakang sehingga membuat aku beberapa kali menoleh ke arah belakang dan benar saja mobil milik Saddam mengikuti aku sehingga membuat aku langsung menambah kecepatan motor dan sepertinya dia juga mengejarku sehingga membuat aku berdecak dengan kesal. Dengan perasaan dongkol aku langsung mampir ke dalam indoapril dan benar saja bahwa Saddam keluar dengan menggunakan pakaian jas mahalnya.

"Airin kita bisa bicara sebentar?" tanyanya dengan wajah datar tapi aku menggelengkan kepala dan dia pun langsung mengekori aku masuk ke dalam. Aku mengambil keranjang dan mengisi dengan berbagai cemilan sehingga membuat aku langsung melihat ke arah Saddam dan benar saja dia masih mengikuti aku. "Bapak ada urusan apa dengan saya?" tanyaku dengan nada ketus dan juga menengok ke arah belakang dan dia masih menatapku dengan datar.

"Anak siapa?" aku langsung cengo saat dia bertanya soal anak.

"Apa?" tanyaku dengan kaget sembari gugup

"Anak yang ada di perutmu?" seketika aku langsung meremas baju dengan gugup.

"Saya engga hamil." jawabku dengan sedikit suara terbata-bata sehingga membuat dia malah berdecak dengan sebal.

"Engga usah berbohong, siapa lelakinya?" dia mendekat ke arahku dengan reflek aku langsung mundur ke belakang saat dia mendekat ke arahku.

"Buk..bukan urusan anda pak. Permisi." aku langsung kabur dari hadapannya namun dia malah mengcekal tanganku sehingga membuat aku langsung menyentak dengan kasar. "Bapak tidak perlu tau karena ini bukan urusan bapak," ujarku dengan sinis tapi dia malah menatapku dengan sinis balik.

"Adrian?" aku langsung mengeryitkan dahi dengan bingung.

"Bajingan itu Adrian?" seketika aku langsung menamparnya dengan kencang.

PLAK

"Lancang sekali mulut anda berbicara seperti itu." dengan kesal aku menatapnya dengan marah namun dia hanya diam sembari menyeka darah yang keluar dari bibirnya.

"Benar bukan?" dia masih bertanya sontak membuat aku maju selangkah dengan menujuk menggunakan jariku. " Ku peringatkan sekali bahwa kita sudah tidak ada hubungan baik itu sebagai kekasih di masa lalu atau sebagai atasan dan juga bawahan karena saya sekarang bukan karyawan bapak lagi jadi saya meminta bapak untuk berhenti mencari tau tentang saya." setelah itu aku langsung membayar ke kasir dan langsung pergi meninggalkan Saddam yang masih terdiam di tempat namun di sisi lain aku langsung menahan mual saat barusan berhadapan dengan Saddam.

Air mataku sudah jatuh sedari tadi saat dia memandangku dengan penuh hina bahkan dia juga sempat memandangku dengan jijik. "Sehina inikah aku di matamu?" ujarku dengan suara sendu, dengan pelan-pelan aku mellirik ke arah perutku yang sedikit membuncit. " Kamu yang kuat ya nak," ujarku dengan suara terbata-bata dengan menyalakan momo.

Dengan kecepatan cepat aku langsung menarik kecepatan. Angin langsung menerpa wajahku bahkan tanpa aku sadari bahwa aku menarik kecepatan dengan kencang sehingga membuat aku merasa oleng dan di depan sana ada mobil truk yang sedang berlawan arah denganku sehingga membuat aku membanting stir ke kanan. "Aaaaaaaa......BRAK." seketika aku langsung terpental dengan cukup kencang dan membuat aku merasa melayang. Jantungku berdetak dengan kencang, tanganku gemetar saat aku melihat motorku sudah sedikit hancur karena aku menabrak pohon sehingga membuat beberapa pengendara langsung berhenti dan menolongku saat kaki dan badanku terjepit oleh motorku sendiri.

"Neng gpp?" beberapa orang langsung menolongku dengan mengangkat motor dari badanku. Aku meringggis saat kakiku sepertinya terkilir dan juga keningku merasa berdarah dengan banyak. Kepalaku pusing saat beberapa orang berusaha melihatku yang hampir ambruk namun aku mendengar beberapa orang mengusulkan untuk membawa ke rumah sakit saja namun aku kepalaku benar-benar hampir pecah saat rasa pusing langsung membuat aku menutup mata dengan perlahan-lahan dan sontak hal tersebut membuat beberapa orang semakin panik dengan aku menuutp mata.

Lubuk AksaraWhere stories live. Discover now