CHAPTER 42

75 3 0
                                    


Ketika aku sudah sampai berada di lobby apartemen, aku melihat seorang perempuan yang sedang merangkul pundak lelaki sehingga membuat aku pun langsung menatapnya dengan bingung, "Anne." gumamku dengan suara kecil lalu setelah itu pun dia langsung memasuki lift apartemen untuk menuju ke kamar.

Dengan segera aku pun langsung mengikutinya melalui tangga darurat. Dengan nafas yang terengah-engah aku pun langsung menaiki tangga darurat sekuat tenaga dan di tengah perjalanan aku merasa tidak sanggup karena aku sudah berjalan melalui tangga dalam waktu 20 menit. " Hosh.. cape!" ujarku dengan menyeka keringat yang terus menetes di keningku dan aku pun langsung membuka pintu darurat dan rupanya Anne bersama sosok lelaki tersebut sudah keluar dari lift dan menuju ke sebuah kamar yang tak jauh dariku saat ini.

Aku mengurutkan dahi saat Anne bisa masuk melalui akses kartu dan dia pun langsung masuk berdua bersama lelaki tersebut dan setelah itu aku keluar dari pintu darurat dan menghampiri kamar tersebut. Aku mengingat kamar tersebut dan hendak menanyakan kepada pemilki apartemen ini.

Dengan ingatan yang tajam aku pun langsung ke kamar tersebut dan berbalik arah menuju pintu lift untuk sampai ke kamarku.

Ketika aku sudah berada di dalam apartemen aku pun langsung melihat beberapa foto aku bersama Airin, ketika waktu bersama mungkin jika kakakku tidak menggacaukan kehidupan aku, aku sudah memiliki anak dengannya bahkan mungkin aku pun saat ini sudah dipanggil ayah oleh mereka. Satu hal tersebut membuat aku sangat membencinya bahkan dia mendukung aku menikah dengan Anne sedangkan aku benar-benar tidak tahan dengan semua orang yang mendukung atau mempermainkan hidupku dengan semudah itu.

"Saya harap kamu bisa menjaga ataupun mengandung bayi-bayi tersebut!" ucapku dengan suara pelan dan tanpa kusadari aku perlahan-lahan mulai tergelap di menuju alam bawah sadar.

Aku mengerutkan kening ssat tiba-tiba aku berada di suatu tempat yang tidak aku ketahui karena sedang berada di tanah yang kosong yang di sertai dengan tumbuhan ilalang yang banyak. Aku mendengar suara anak kecil sedang memanggilku namun mataku mencari asal tersebut tidak menemukannya juga sehingga membuat aku menatap ke arah sekitar.

"Ayah...ayah."

"Ayah."

"Jaga mereka ya, jangan sampai sepertiku." aku mengeryitkan dahi dengan bingung saat anak kecil sedang tersenyum kepadaku bahkan dia juga memakai baju putih polos dengan wajah sama mirip Airin sehingga membuat aku mendekat ke arahnya namun dia semakin menjauh dariku.

"Ayah aku bahagia di sini."

"Jaga mereka ya, aku sayang ayah, mama dan juga mereka. Jangan lupa berikan aku nama yang sesuai dengan cita-cita ayah dulu. Ayah I love you. dah!" aku berusah memanggilnya namun dia malah menjauh dariku dan dia tiba-tiba menghilang dari hadapanku, aku berusaha mencarinya namun dia benar-benar tidak ada. "Kamu dimana?" teriakku dengan suara kencang namun diatidak menampakkan wajahnya sehingga membuat aku berlari dengan arah tak tentu namun meskipun begitu aku tetap dapat mendengar suara dia yang tertawa dengan lebar.

"Nak kamu dimana?" teriakkku namun yang terdengar hanya suara tawanya saja.

"Dah ayah, aku sayang ayah!" setelah itu aku langsung terbangun dengan keringat yang menetes di dahiku.

"Hosh apa yang aku mimpikan barusan?" tanyaku dengan meneguk air putih di nakas meja.

"Apakah itu anak kami berdua dengan Airin?" tanyanya ku dengan menghea nafas kasar.

"Jadi jenis kelamainnya adalah cewek." mataku berkaca-kaca saat aku mengingat kembali wajahnya yang mirip sekali dengan Airin bahkan dia juga memilki paras yang sangat cantik.

"Maafkan ayah nak yang gagal menjaga kamu, andaikan saja waktu itu ayah menuruti hati ayah mungkin kita akan masih teteap bersama-sama," aku menangis dengan terisak saat gagal menjaga mereka. Aku menoleh ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul satu dini malam sehingga membuat aku langsung beranjak dari apartemen hendak pulang ke rumah. Dengan tergesa-gesa aku langsung keluar dari apartemen namun ketika aku sudah di basement mobil tiba-tiba ponselku berbunyi sehingga membuat aku mengambil, "Hall...." belum sempat aku menjawab tiba-tiba terdengar suara yang sedang mengumpatiku dengan keras.

"KAPARAT LO SADDAM, CEPET KE SINI SEKARANG JUGA," belum sempat aku menjawab tiba-tiba dia sudah mematikan sambungan sehingga membuat aku berdecak dengan kesak dan memutar arah dari hendak pulang ke rumah akhirnya aku harus kembali ke tempat rumah Steffi.

Jalanan yang lenggang sehingga membuat aku merasa membawa mobil dengan kecepetan di atas rata-rata dan dalam waktu dua puluh menit akhirnya sampai juga di rumah milki Steffi. Aku langsung masuk ke dalam dan kebetulan di dalam terdapat beberapa temanku yang pernah bersama ketika aku sedang kuliah di luar negeri. Dengan tanpa izin aku masuk dan menatap mereka semuanya dengan kerutan didahi yang teramat dengan jelas.

"Ada apa sialan," ujarku dengan menduukan diri dan rupanya di dalam sana beberapa teman dan aku langsung mendudukan diri sofa yang tak jauh dari mereka.

"Lo tau Airin dan Anne itu saudara tiri?" tanyanya kepadaku sehingga membuat aku mengangggukan kepala dan Atlas menatapku kerutan di dahi yang teramat dengan jelas. "Alkohol yang lo minu itu ada obat perangsang, dan menurut seorang staf di sana ada seseorang cewek yang menyurhnya untuk minum yang sudah mengandung obat perangsan dan ketika gue kasih liat orangnya Anne."

"Dimana orangnya?" tanyaku namun dia malah menunjukk ke arah kamar yang tak jauh dariku.

"Kita udah berusaha mencari bukti dan dia juga sudah kabur ke luar kota, karena ada yang mengancamnya jika memberitahukan soal itu."

"Bukti kedua bahwa Anne dan Airin itu teman sewaktu sekolah dasar dan juga itu membuat dia semakin benci dengan Airin."

"Fakta ketiga, dia punya simpanan atau pacar sebelum nikah sama, dia udah dua kali melakukan aborsi." bola mataku hendak keluar saat aku mengingat kembali apa yang aku lihat tadi.

"Kita udah mencari tau, namun rasanya mungkin cowok tersebut bukan cowok sederhana, dia juga memilki uang jadi seikit sulit untuk emncari tau tentangnya," aku menyugar kepala dengan tak gatal dan mneyenderkan kepala.

"Antara obsesi dan cinta," ujar Atlas sembari menyeruput kopi hitamnya yang tersaji di depan mata. "Gue udah juga udh bantu Airin melalui jejak digital atau akun sosmednya dan lokasinya terakhir berada di jakarta atau lebih tepanya waktu lo bersama Anne menikah,"

"Menurut lo, ada engga orang lain yang ikut campur urusan dengan Airin?" tanya Atlas.

"Mertua lu yakin engga ikut campur?" aku mengedikan bahu dengan acuh.

"Gimana mau melindungi, liat di acara kemarin dia menggampar anak sendiri di depan umum, emang itu yakin?"

"Di kantor ada yang deket sama Airin engga?" tiba-tiba pandanganku tertuju kepada Keenan yang lumayan dekat dengan Airin, " Sebentar, gue liat foto dulu keknya ada." aku mengambil ponsel dan membuka galeri dan rupanya aku menemukan Airin sedang berbicara dengan sosok lelaki kemayu dan itu terlihat sangat serius sekali terlihat dari pembicaraannya.

"Kayanya ini , Keenan." aku menyodorkan kepada Atlas dan rupanya dia juga mengetahuinya. "Ya cowok itu, dia emang bukan cowok tulen tapi dia juga salah satu anak konglomerat."

"Kita harus bertemu dengannya di kantor," ujarku namun Atlas menggepalk kepalaku dengan keras.

"Goblok dia udah keluar sejak Airin keluar,"

"Iya kah?" tanyaku dengan tolol sedangkan yang lain hanya berdecak dengan sebal.

"Kenapa pengin mangga muda yah?" ucapku dengan tiba-tiba namun semua orang yang berada diruangan ini menatapku dengan horor, " Jangan bilang lo ngidam?" aku hanya diam saja karena sejak dua bulan yang lalu tiba-tiba aku mengingankan sesuatu yang aku tidak sukainya.
"Fiks dia bentar lagi enjadi calon ayah." ujar Atlas sehingga membuat aku mendelik ke arahnya.


JAKARTA 23 DESEMBER 2023

AKU bakalan update untuk mnegekjar kekurangan update soal cerita ini.

Maaf telat ya

Lubuk AksaraWhere stories live. Discover now