KEJADIAN YANG TAK TERDUGA( CHAP57)

92 3 0
                                    


Aku berusaha membangunkan Airin tapi Airin tak  kunjung juga bangun sehingga membuat aku pun langsung mengguncang pelan bahunya dan aku juga khawair dengan keadaanya.

"Airin... bangun.. bangun.. jangan menutup mata." aku menepuk menepuk pelan pipinya berusaha membangunkan.

"Airin jangan tidur," Steffie maupun Atlas mendekat ke arah kami untuk membangunkan Airin.

"Airin bangun." Steffi mencoba memegang perutnya dan dia pun merasakan bahwa bayinya bergerak terus menerus sehingga memuat Steffi pun panik, " Kita harus membawanya pergi ke rumah sakit sebelum janin ataupun ibunya meninggal." aku melihat  beberapa mayat yang sudah tergeletak bahkan Adnan pun mengalami pendarahan yang cukup serius di perutnya.

"Ayo kita. Keluar!"

"Gak sanggup. Kalian keluarlah aku bersama Adnan dan Xavier." ucap  Atlas sembari mendekat ke arah mereka berdua yang sudah tak sadarkan diri lalu aku pun langsung menangis karena memikirkan apa pilihannya.

"Aku bersama mereka, aku akan membantumu untuk menolong mereka." ujar Steffi lalu  dia pun berusaha menggeret Airin.

"Kita semuanya akan pergi dari sini." kataku kepada mereka lalu mereka pun menggelengkan kepala dan berusaha untuk meyakinkan bahwa mereka akan meninggal di dalam gedung ini.

"Ayo cepat pergi sebelum api membesar," dengan suara terbata-bata Steffie pun menyuruh Sadam untuk keluar dari sini bersama Airin lalu sadar pun menggelengkan dan berusaha untuk meyakinkan kepada mereka bahwa mereka mampu.

"Kalian harus ikut bersama aku tidak ada boleh yang pergi hanya karena ini,"

"SADDAM WAKTU KITA TAK BANYAK AYO CEPAT PERGI BAWA AIRIN SEBELUM BAYINYA MENINGGAL!" teriak Stevie dengan suara kencang dan aku lihat rupanya Steffie sudah merasakan batuk karena asap sudah mulai banyak asap  dan suhu udara juga mulai terasa panas.

Uhuk

Uhuk

"Aku akan menolong Airin," setelah itu dia pun membantu Airin dengan cara menggeretnya karena air ini sudah tidak sadar dan membuat aku bersama Steffie langsung mendorong ke arah pintu belakang.

Di tengah-tengahnya kami berusaha untuk menolong Airin tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sangat banyak dan aku lirik sepertinya Atlas sudah pingsan karena terlalu banyak menghirup asap.

"Pergilah selamatkan ya, aku sudah tidak mampu lagi," setelah itu Steffie  langsung jatuh dan tidak sadarkan diri dan seketika air mataku langsung menetes tanpa aku sadari bahwa banyak sekali korban yang terlibat saat ini.

"Airin..."

"Saddam."

Samar samar aku mendengar suara seseorang yang memanggil namaku bersama AIrin lalu aku pun berusaha menjawabnya namun karena asap terlalu banyak sehingga membuat kami pun langsung menjawabnya dengan suara kecil.

"Airin ...." di saat itu pula kesadaranku mulai menipis dan aku merasa aku gagal menyelamatkan mereka semua.

"Airin .. bangun .." samar-samar aku mendengar suara lelaki yang memanggil nama Airin namun aku hendak membuka mata tapi tak kunjung juga membuka mata sehingga membuat aku pun hanya bisa tersenyum dan mendoakan bahwa airnya selamat beserta anak-anak ku.

"Saddam... nak bangun " aku merasakan bahwa seseorang menemukan pipiku dan aku hanya menarik nafas dengan perlahan-lahan karena udara semakin menyempit dan juga asap semakin banyak

"Tol...tolong selamat.khan mereka pah!" setelah itu aku benar-benar tidak menyadari apapun karena alam bawah  mengambil alih dan juga aku sudah tidak sanggup lagi menahan sesaknya di dada.

"Ayahhh..." kecil yang sedang tersenyum manis ke arahku dia melambaikan tangan sembari tersenyum.

"Ayah udah bertemu dengan Mama?" aku menoleh ke asal suara tersebut dan rupanya dia sudah ada di hadapanku lalu ketika aku hendak memegang tangannya dan di pun menjauh dariku.

"Ayah apakah ayah bahagia dengan Mama?"

"Ayah apakah ayah akan bertemu denganku sementara atau ayah akan menemaniku di sini selamanya?" pertanyaan berturut-turut dia ajukan kepadaku namun sudah semuanya tidak bisa aku jawab karena melutku  serasa dikunci sehingga membuat dia pun merasa sedih atas keterdiamanku.

"Ayah aku bahagia sekali melihat mama dan adik-adikku tapi aku juga merasa sedih bahwa aku telah tidak bisa bersama mereka."

"Ayah jangan pernah menyakiti mereka lagi karena mereka semuanya orang yang menyayangiku. Aku menyayangi papa tapi mengapa dengan begitu kejam denganku?"

"Ayah apakah suatu saat kita akan berkumpul dan bermain  Barbie?"

"Ayah aku menginginkan ayah di sini tapi mama lebih membutuhkan ayah."

"Ayah..... hihihihihi." dia tertawa dengan suara yang lalu dia pun berputar-putar sembari memegang bunga yang dia pegang. Kulihat dia seperti bahagia sekali dan juga di sini aku tidak tau di mana tempat ini namun putih dan juga tidak ada siapapun selain kami berdua.

"Aku mencintai ayah..." dia mengulurkan tangan dan dengan ragu aku pun langsung mengambil tangannya dan pertama kali aku megang tangannya yang terasa lembut dan halus dia langsung memeluk kakiku dengan kuat dan kencang.

"Ayah tinggal di sini bersamaku?" aku pun mensejajarkan tingginya dengan tinggiku dan dia pun menatapku dengan penuh harap lalu aku menatap sekeliling  rupanya tidak ada siapapun dan aku merasa aku ingin bersamanya tapi entah mengapa hatiku merasa sangat bimbang dan gelisah secara bersamaan.

"Ayah terima kasih sudah menemaniku." dia memelukku dengan erat lalu bibirku dengan reflek mencium kepalanya seketika wangi Airin langsung hinggap di kepalaku dan membuat kedua bola mataku membuka dengan lebar.

"Ai...Airin." jantungku berdetak dengan cepat lalu dia pun menatap ke arahku denganmu dan setelah itu aku pun merasa terjatuh dari langit dan benar-benar merasakan bahwa aku sedang melayang di atas udara.

Aku tidak mengerti mengapa aku bisa terjatuh, pandanganku buram bahkan aku bisa merasakan baahwa aku sedang terjatuh.

'Airin  apakah kamu bisa bertahan?'

 Berbagai pertanyaan hinggap di kepalaku juga namun aku benar-benar tidak bisa membuka mata melainkan aku seperti sedang melayang di atas udara.



Jakrta 19 januari 2024

Lubuk AksaraWhere stories live. Discover now