EKTRA PART DUA

130 3 0
                                    





Sudah mau tamat novel ini,

terima kasih sudah yangs udah vote dari awal sampe akhir, mengikuti cerita ini.

terima kasih semuanya.











Aku menatap mereka dengan pandangan bahagia, sosok yang aku perjuangkan sudah didepan mata. "Mari ke sini. makan telebih dahulu." mereka langsung menghampiriku sembari tersenyum dengan riang. "Mama hari ini masak apa?" tanyanya dengan menatapnya ke arahku namun aku hanya diam, tersenyum dengan tipis.

"Mama memasak kesukaan kalian, jadi kalian jangan tanyakan kepada mama." jawabku dan mereka langsung melirik satu sama lain.

"Apa kalian menyukainya?" tanyaku dengan menatapnya ke arah mereka dan mereka langsung menganggukan kepala.

"Kapan kita akan liburan ke indonesia Mama?" aku sedikit tercengang saat mereka bertanya soal kepulanganku.

"Mengapa bertanya soal itu?" mereka hanya diam sembari menunduukan kepala dan menyikut satu sama lain.

"Kita akan pulang kalau sudah waktunya dan Mama juga merindukan seseorang." kataku sembari tersenyum dengan lirih dan juga aku mengingat masa kelamku.

"Kita akan segera ke sana, jadilah bersikap baik supaya mama bisa bersemangat dalam bekerja."

"Hore.. horee..." aku hanya diam saat melihat mereka yang sangat bergembira.

"Ya sudah Mama masuk lagi dan mama juga akan melanjutkan pekerjaan yang belum selesai." setelah itu aku masuk kembali ke dalam rumah yang minimalis tersebut.

Aku menatap foto yang yang tersisa, mengusap nya dnegan pelan dan juga menatapnya dengan sendu. Air mataku tidak bisa di tahan kembali aku mengingankan mereka kembali tapi aku tak bisa. "Ibu aku sudah bahagia, aku titip anakku denganmu. Jaga dan sampaikan bahwa aku sangat merindukkannya." air mataku sudah tidak dapat di tahan kembali karena aku benar-benar merindukan ibuku.

Saat ini aku sedang berada di Inggris, aku mengingat kembali saat aku di ambang kematian.

Flashback

Saat aku sedang tertidur meskipun aku sudah sedikit dapat mendengar tapi aku juga belum bisa membuka mata, seperti ada seseorang yang berusaha untuk menarikku namun aku tidak terlalu mengerti.

Tiba-tiba Anne datang dan langsung menusuk  perutku dan seketika aku menjerit dengan tertahan karena dia langsung menutup mukaku dengan bantal. Aku meronta-meronta dan dia semakin menusuk semakin dalam dan nyawaku langsung terangkat bahkan aku juga merasakan sakit di bagin perut. Badanku mengejang, kepalaku berusaha menggelengkan kepala dan setelah itu aku langsung menarik nafas namun terasa sangat sulit dan aku juga sudah pasrah dengan perbuatan Anne.

Brak

Samar-samar aku mendengar bahwa seseorang telah memukul tenguk anne dan dia langsung terjatuh sehingga membuat bantal yang menutup wajahku seketika terjatuh dan nafasku langsung lega. Aku menghirup udara dengan sebanyak-banyak karena aku mulai udara masuk ke rongga dadaku sehingga aku juga merasakan sakit di bagian perut. aku membuka mata dan menatap sendu ke arah Adrian. Nyawaku belum terkumpul dan Anne berusaha ingin membunuhku juga. 

"Airin.." aku menoleh ke arahnya dan rupanya itu Adrian yang sudah menatapku dengan menangis, dia mendekat ke arahku dan memegang perutku yang terdapat pisau dan aku hanya bisa tersenyum.

"Adrian... " ucapku dengan suara terbata-bata dan juga nafas tersenggal-senggal.

"Tunggu biarkan aku panggil dokter." aku menggelengkan kepala dan setelah itu aku berusaha mengucapkan beberapa kalimat kepadanya.

Lubuk AksaraWhere stories live. Discover now