CHAPTER 40

87 3 0
                                    

Perpisahan atau yang disebut dengan memulai masa sekolah menuju ke kejenjang serius. Akhirnya tiba, jantungku berdetak dengan cepat saat tiba-tiba juara 1 akan diumumkan pada saat ini. Sekilas aku tersenyum dengan canggung kepada mamaku namun mamaku langsung menatap ke arah lain dengan acuh. Sekolah mulai membacakan peringkat satu sampai yang ketiga dan itu dimulai dari peringkat yang ke-1 sehingga membuat aku pun tersenyum dengan tipis kepada Airin.

"Kita panggilkan untuk juara pertama adalah....."

"Maydlanne anggelina. Selamat untuk Ananda Maybelline Angelina telah peringkat pertama." dengan refleks aku pun langsung memeluk mamaku dan aku pun tersenyum dengan haru lalu pandanganku langsung menoleh kepada Airin dan sepertinya Airin pun kecewa karena tidak mendapatkan peringkat pertama untuk kelulusan sekolah dasar.

Dengan jantung berdetak dengan cepat dan langkah kaki yang gugup aku akhirnya dapat merasakan naik ke panggung dengan tepuk tangan yang meriah bahkan Airin pun seperti dia tersenyum dengan terpaksa namun aku dengan berjalan untuk naik ke panggung untuk mendapatkan piala tersebut.

"Terima kasih sudah belajar dengan baik sayang!" ujar kepala sekolah dengan mengelus kepala rambutku.

"Terima kasih Bu!" ujarku dengan menganggukan kepala lalu aku pun langsung memegang piala ini dengan tangan gemetar. Lalu setelah itu dilanjut untuk peringkat yang kedua yang dimenangkan oleh Airin lalu peringkat ketiga dimenangkan oleh Dela teman yang dulu sering membullyku.

Suara tepuk tangan langsung meriah dan disebut dengan adegan melepas balon untuk mengenang masa sekolah dasar.

"Anne selamat kamu mendapatkan peringkat pertama." aku menoleh ke arah Airin yang sedang menatapku dengan sendu dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Iya sama-sama Airin kamu juga sudah dapat peringkat kedua." ujarku dengan tersenyum dengan tipis lalu dia pun langsung memelukku dengan erat.

"Semoga kita dapat bertemu kembali!" ujar Airin sembari melepaskan pelukannya lalu aku pun terdiam dan tiba-tiba mamaku langsung berada di hadapan kami berdua.

"Sekolah di luar negeri dan tidak akan ketemu dengan kamu lagi." jawab mamaku sehingga membuat aku mengangkat alis dengan bingung.

"Kenapa Tan?" tanya Airin dengan sorot mata bingung.

"Dia akan pergi meneruskan perusahan keluarganya!" jawabnya dengan pandanganku langsung tak sengaja bertemu dengan mamanya Airin dan om Doni yang sedang tertawa bercengkrama dengan yang lain.

"O...oh seperti itu ya Tan!"

"Ya sudah semoga sukses ya Anne!" aku hanya menganggukan kepala dan tidak terlalu memperhatikan Airin namun sorot mataku tiba-tiba teralih kepada mamaku yang menatap Om Doni dengan ibunya Airin dengan sebal.

"Ya sudah kami berdua pulang dulu!" tiba-tiba mamaku menyeretku dengan paksa lalu tanpa berpamitan ataupun berbicara sepatah kata kepada Airin, aku hanya bisa melambaikan tangan sembari tersenyum dengan miring namun Airin hanya membalasku dengan senyuman lebar dan lambaian tangan.

Keadaan di mobil cukup senyap bahkan aku melirik hanya diam saja sembari menginjak pedal gas dengan kecepatan yang di atas atas sehingga membuat aku pun langsung memegang salah satu tangan mamaku. "Mama jangan terlalu kencang kasihan nanti adik Anne!" sontak membuat dia pun langsung mengerem mendadak dan kepalaku terbentur mengenai dasbord mobil/

"Siapa yang hamil?" tanya Mama dengan mengalihkan pandangan ke arah lain lalu aku pun hanya bisa memainkan kedua jariku dengan gugup.

"Mah, kita akan pergi ke luar negeri?" aku berusaha mengalihkan obrolan dan bertanya soal kepergianku yang akan bersekolah di luar negeri. Aku tidak terlalu memikirkan bahwa aku akan pergi meninggalkan tanah air namun sepertinya benar-benar menjadi nyata.

Lubuk AksaraWhere stories live. Discover now