Saat ini aku sedang menatapnya dengan sendu namu dia memalingkan wajah ke arah lain sehiingaga membuat aku hanya bisa mneghela nafas dengan pelan. Aku juga merasa dengan semua permasalahannya namun kali ini aku harus bisa mendapatkan maaf dari Airin.
"Airin."
"Tetap bertahan karena aku akan menolongmu dan menyelamatkan anak kita,"
"Tutup mulutmu. Kamu terlalu menjijikan untuk menyebutkan bahwa mereka darah daging mu." setelah mengatakan tersebut dia pun langsung memanjamkan dan aku juga tidak berani untuk bertanya lebih lanjut karenaa keadaan Airin itulah hal yang terpenting saat ini.
Aku terus membangunkan Airin namun Airin masih menutup mata dan aku lihat ke arah arloji sepertinya waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam dan aku yakin bahwa Airin sudah mati kelaparan.
Pelan-pelan aku langsung menggeserkan kursi mendekat ke arah Airin, "Arin jangan pingsan terlebih dahulu." bisikku dengan suara pelan dan Airin pun membuka mata dengan malas sembari menatapku dengan sendu.
"Saddam aku sudah tidak sanggup lagi!" cicitnya dengan suara pelan lalu dan menatapnya dengan penuh harapan, "Airin tahan sebentar lagi mereka akan menolong kita." ucapku dengan menggunakan tangan yang ada di belakang dan berusaha untuk membuka ikatan tersebut.
"Airin maaf aku terlambat." dia hanya dia hanya menatapku dengan tersenyum tipis dan menutup mata.
Steffie POV
Saat ini badanku sudah hampir remuk bahwa aku sedang bertarung dengan tiga bodyguard yang memiliki badan besar, rupanya kami sudah masuk terlalu dalam dan kami juga menemukan satu sama lain dan aku lihat anak buah Sadam terlihat khawatir dan menghampiri kami. "Tuan sudah di tangkap dan mereka berada di suatu ruangan yang kami tidak bisa lacak." ujarnya sehingga membuat aku, Atlas, Xavier dan Adnan saling berpandangan satu sama lain karena mengingat bodyguard yang sudah tumbang membuat kami pun semakin percaya diri untuk memenangkan pertarungan kali ini tapi ketika kami berpikir tiba-tiba di depan sana sudah ada seratus orang yang bersiap-siap melawan kami. "Itu yakin anak buah Anne?" tanyaku. "Kalian siap?" aku dengan menoleh ke arah Atlas dan mereka pun langsung menganggukan kita lalu setelah itu kami berlima ditambah beberapa bodyguard langsung menyerang ke arah mereka semua.
DUG
DUG
PLAK
PLAK
AKHH
AKHH
KREK
KREK
KREK
KREK
KREK
DUG
DUG
KREK
KREK
PLAK
Entah sudah berapa banyak mereka yang tumbang ketika melawan kami dan dengan dari nafas terengah-engah, kami pun langsung mencari dimana Airin dan Sadam disembunyikan. "Ayo kita bergegas untuk segera mencari mereka berdua." pintaku kepada mereka dan mereka pun langsung bergegas untuk masuk ke dalam dan diikuti oleh beberapa anak buah yang tersisa. Disini kami bisa menemukan beberapa lorong yang terisi dengan jalan yang entah menuju ke mana dan kami pun tidak mengetahui petanya karena memang ini bangunan yang sudah tua.
Kami memutuskan untuk berpencar untuk menemukan Saddam lebih cepat dan ketika itu pula kami langsung pergi dari sana dan berpencar sesuai dengan masing-masing.
Aku hanya bersama atlas dan Adnan pun bersama Xavier, dan kali ini bodyguard hanya tersisa hanya beberapa saja sehingga membuat aku bersama Atlas pun saling menjaga satu sama lain dan diikuti oleh lima anak buah yang bersedia membantu kami.
YOU ARE READING
Lubuk Aksara
Historia CortaWARNING!!! BELUM REVISI Airin merupakan wanita berumur kepala tiga yang berstatus lajang. Ketika teman-teman sudah memiliki buntut dia masih betah sendiri, menikmati masa sendirian. Dia bekerja di sebuah penerbit buku yang lumayan besar di ko...