CHAPTER 3

436 10 0
                                    


Hari ini adalah hari malam sabtu dan aku sudah membuat janji dengan Jefri Adrian. Yap setelah aku berpikir tentang masa depan, sedikit demi sedikit aku sudah mulai menata kembali masa depanku. Aku ragu untuk memulainya tapi jika aku berada di lingkaran sama terus aku mungkin akan merasa tersiksa seumur hidup.

"Tumben kamu keluar?" aku yang hendak minum mengurungkan saat kanjeng Ibu sudah mulai bertanya dengan penasaran.

"Mau pergi Bu!" jawabku dengan sederhana

"Mau bertemu dengan nak Jefri?" tanyanya dengan raut bahagia dan dengan malas aku menganggukan kepala. "Nah gitu dong. Anak ibu memang paling cantik." aku memutar bola mata dengan malas.

"Cantik banget anak ibu ya," dia menoel pipiku dan itu membuat aku tersenyum dengan tipis.

"Ya sudah kalau begitu, Airin pamit dulu ya." aku berpamitan kepadanya dan tak lupa mencium pipinya, aku lihat Ibu tersenyum senang saat aku mulai menghikang di telan pintu.

Aku sudah melihat mobil Jefri yang sudah terparkir di depan rumah, seketika aku terdiam sejenak dan menatap ke arah rumahku yang minimalis. "Ayo jangan takut di coba saja dulu." aku menarik nafas dan mengetuk pelan kaca mobil.

"Ayo dek," dia langsung keluar dari mobil dan membuka pintu mobilnya sehingga membuat aku tersenyum canggung.

Hanya ada suara dari radio, bibir kami saling terkunci dengan rapat. Ini petama kalinya kami jalan bersama dan itu membuat aku merasa gugup. " Khem... jadi gimana soal kerjaan?" aku langsung menoleh dan juga terdiam sejenak, memikirkan kosa kata yang sudah aku susun sebelumnya.

"Lancar mas," ujarku dengan suara gugup seketika dia langsung menatapku menahan tawa.

"Dek, engga usah gugup. Kaya biasa aja!" aku meremas tanganku dan dia hanya mengelengkan kepala.

"Mas gimana kabarnya?" tanya balikku dan dia hanya tersenyum menatapku meskipun lampu penerangan minim tapi itu masih terlihat. Senyum yang menawan dan juga terlihat tulus.

"Ya seperti biasa, namun kali ini cukup ada masalah besar sehingga membuat Mas harus berpikir lebih keras," ceritanya sehingga membuat aku menganggukan kepala.

"Masalah yang waktu mas cerita soal itu?" tanyaku dengan nada pelan sehingga membuat dia mengangguan kepala.

"Ya masalah itu ternyata melibatkan orang kepercayaan mas jadi terlihat sedikit susah." diam-diam aku merasa tidak enak, "Maaf ya Mas mengganggu waktu luang mas," dia menggelengkan kepala dan membantah ucapanku.

"Mas gak merasa terbebani ataupun terganggu sebab mas juga butuh udara yang segar!" aku hanya mengangggukan kepala dan menatap ke arah luar jendela mobil.

"Kita makan di resoran seafood gppkan?" tanyanya dia dan aku mengiyakan ajakannya.

"Atau kamu punya alergi terhadap seafood?" seketika ingatan aku jatuh kepada seseorang yang ada di masalalu yang alergi dengan seafood.

flashback

Hari ini makan bersama di sebuah pantai yang cukup jauh dari rumah, "Jadi kamu mau makan apa?" aku bertanya dan sembari menatap menu yang cukup banyak pilihan.

"Terserah Kakak saja, aku bebas asalakan jangan seafood. Aku alergi." jawabnya dengan tersenyum menatapku.

"Jadi kapan Kakak tahu kak Natalia sedang hamil?" aku langsung menatapnya dengan pandangan yang sulit di artikan. " Kamu sudah mengetahuinya?" tanyaku dengan suara pelan sehingga membuat dia mengangkat alis dengan bingung.

"Jadi benar dugaanku?" aku meneguk air ludahku dengan susah payah.

"Kenapa kamu tidak bertanya langsung dengannya?" aku bertanya balik dia malah berdecak dengan sebal.

Lubuk AksaraWhere stories live. Discover now