(CHAP 55)

66 3 0
                                    


"Selamat datang Xavier." aku menoleh ke arah Anne  yang sedang bertepuk tangan sembari tersenyum dengan anggun bahkan aku lihat di perutnya yang sedang membuncit sehingga membuat aku pun langsung mel an ludah tepat berada di sampingnya.

"Jalang." ujarku dengan suara kencang sehingga membuat Anne  pun langsung berjalan mendekat ke arahku lalu tanpa aba-aba dia pun langsung menampar pipiku sehingga membuat aku pun langsung menoleh ke arah samping.

"Bajingan." gertaknya dengan mencengkeram daguku dengan kencang sehingga membuat aku pun merasakan ngilu teramat di bagian pipiku dan rasa pening yang luar biasa.

"Lihatlah para b******* ini yang sedang menolong jalang." setelah itu aku pun diikatkan bersama Adnan dan kami pun berjejeran bersama yang lainnya.

Aku lihat Airin sepertinya dia sudah sangat lelah dengan semuanya bahkan dia pun tidak memperdulikannya, aku mengkode ke arah Saddam dan Saddam pun mengerti kode ku dan langsung menyuruh untuk aku diam saja.

"Airin lihatlah seberapa banyak orang yang peduli terhadap lo?" dia maju dengan perlahan-lahan dan mendekat ke arah Airin lalu dia pun langsung menjambak rambut Airin dengan kencang sehingga membuat Airin langsung mendongak dengan air mata yang sudah bercucuran.

"Tolong jangan siksa mereka, mereka sama sekali tidak ada urusannya denganku." dengan suara terbata-bata samar-samar aku mendengar suaranya sehingga membuat anda pun langsung menamparnya wajah.

"ITU SEMUA KARENA LO MEREKA SEMUA ITU NOLONGIN LO DAN LO MASIH BILANG ITU NGGAK URUSAN SAMA LO SAMA SEKALI HAH?" teriaknya Anne dengan suara menggelegar, " Jika mereka tidak ada hubungannya sama lo berarti gue boleh untuk membunuhnya bukan?" Tanyanya seketika Airin pun langsung menatap tajam ke arah Anne.

"Sudah kukatakan mereka tidak ada hubungannya jika kamu bermasa denganku maka libatkan aku dalam masalahmu tapi mereka tidak ada masalah denganmu maka jangan libatkan mereka." tiba-tiba Airin menatap tajam ke arah Anne  sehingga membuat mereka saling pandang dengan tatapan tajam.

Dari sini aku mengetahui bahwa Saddam  mencintai  Airin bukan dari wajahnya melainkan dari hatinya yang tulus dan dia mampu mengorbankan orang dirinya sendiri tanpa  melibatkan orang lain. Rasa kepalaku teramat sakit sehingga membuat pandanganku kabur dan setelah itu aku pun tidak mengetahui apa yang terjadi karena tiba-tiba alam bawahku langsung menarik.

Xavier end POV

Saddam POV

Dua bola mataku kaget saat menemukan Stevie maupun atlas tertangkap dan aku lihat mereka pun sudah menyumpal mereka dengan kain dan tangan Mereka pun sudah diikat, aku menatap ke arah Airin dengan gelisah sedari tadi aku bersama manggil namanya dia tidak kunjung juga membuka matanya dan di saat itu pula aku langsung menatap nyata percaya saat Airin sudah melepaskan ikatan yang ada di tangannya. Dia menoleh ke arahku dengan tiba-tiba dan dia pun langsung menatap tajam karena aku sehingga membuat aku pun langsung tersentak  kaget saat pandangan itu bukan pandangan milik Airin.

Sejujurnya aku sudah mengetahui Airin mempunyai kepribadian ganda dan untuk pertama kalinya aku melihatnya dan membuat bulu kudukku merinding.

"Stop memanggil gw dengan Airin." belum sempat aku mengucapkan kalimat tiba-tiba dia menoleh ke arahku dan langsung menoleh ke arah Steffie dan Atlas secara bergantian.

' Aku yakin sekali itu adalah bukan Airin' batinku berucap. Kata kata yang keluar pun terkesan datar, cuek dan arogan  yang datar dan juga dia hanya mengamati setiap kata yang dikeluarkan oleh Anne kepadanya.

Di tengah keterkejutan aku lagi-lagi aku terkejut saat mendapati Adnan dan Xavier terluka parah di bagian perut dan kedua kakinya sehingga membuat aku pun langsung menatap tajam ke arah Anne. " "Airin lihatlah seberapa banyak orang yang peduli terhadap lo?" dia maju dengan perlahan-lahan dan mendekat ke arah Airin lalu dia pun langsung menjambak rambut Airin dengan kencang sehingga membuat air input langsung mendongklok dengan air mata yang sudah bercucuran.

"Tolong jangan siksa mereka, mereka sama sekali tidak ada urusannya denganku." suara terbata-bata samar-samar aku mendengar suaranya sehingga membuat Anne  pun langsung menamparnya wajah.

"ITU SEMUA KARENA LO MEREKA SEMUA ITU NOLONGIN LO DAN LO MASIH BILANG ITU NGGAK URUSAN SAMA LO SAMA SEKALI HAH?" teriaknya anu dengan suara menggelegar, " Jika mereka tidak ada hubungannya sama lo berarti gue boleh untuk membunuhnya bukan?" tanyanya seketika Airin pun langsung menatap tajam ke arah Anne.

"Sudah kukatakan mereka tidak ada hubungannya jika kamu bermasalah denganku maka libatkan aku dalam masalahmu tapi mereka tidak ada masalah denganmu maka jangan libatkan mereka." tiba-tiba Airin menatap tajam ke arah Anne.

"Anne jangan bawa mereka ke dalam masalah kita," teriakku dengan suara nyaring namun ia malah tertawa dengan menatap dan perlahan-lahan mendekat ke arahku. Tangannya menggerayangi badanku perlahan-lahan lalu dia mendekatkan bibirnya ke pipiku dan mengecup sekilas pipiku. Dengan refleks aku pun memalingkan muka ke arah lain dan setelah itu dia pun langsung mendudukkan diri tepat di pangkuanku.

"Mereka memang tidak ada masalah denganmu tapi mereka ikut campur dan dulu aku sudah peringatkan kepadamu bukan tapi kamu malah mengabaikan peringatan dariku."

"Muach.... Jadi sekarang menikmatilah hukumanmu karena cinta sudah dimakan oleh benci benci." setelah itu dia pun langsung beranjak dan duduk di kursi yang sudah disiapkan.

Dia mengambil sebatang rokok dan meniupkan asap ke arah kami, dia dengan santai merokok dan meminum wine  dari gelas namun kami berempat hanya saling pandang dan terdengar suara seseorang memasuki ruangan ini sehingga membuat aku pun langsung menoleh asal suara tersebut, "Mama." kedua bola mata aku hampir saja saat mendapati Mamaku berada di sini dan dia dengan elegan langsung menghampiri anda dan mencium pipinya. "Apaaaa yang mana lakukan?" Tanya aku dengan binatang ke arahnya sedangkan namaku tiba-tiba langsung mendekat ke arahku Dan Dia mencodongkan wajahnya Ke wajahku. " Stop panggil Mama, Karena aku bukan mamamu!" bagai tersambar petir siang bolong aku menatap mata percaya dan dia pun langsung ketawa terbahak-bahak.

"Aku bukan mamamu, Aku adalah orang yang membencimu."

"Pernahkah kamu menolak seseorang waktu kuliah?" tanyanya dan lalu aku mengingat kembali saat masa kuliah.

Bola mataku hampir saja melompat saat menyadari bahwa dia katingku yang menyukaiku dengan terang-terangan namun aku menolaknya karena memiliki pacar Airin sehingga membuat aku menolaknya.

Flashback

"Saddam ya?" tanya seseorang gadis dengan berparas cantik dan juga berkacamata dan aku pun langsung menganggukkan kepala saat dia menghampiriku di kantin.

"Aku suka sama kamu mau nggak kamu jadi pacarku?" katanya sembari menundukkan kepala dan tangannya memainkan kukunya masing-masing sehingga membuat aku pun menggaruk kepala dan menyuruhnya untuk duduk di hadapanku.

"Bukankah kakak itu kating ya?" tanyaku dan dia pun menganggukkan kepala sembari tersenyum dengan manis.

"Iya katingmu tapi aku benar-benar menyukaimu apakah kamu mau menerima confessku?" aku meneguk ludah dan menatap ke arah sekeliling rupanya kantin lumayan sepi sehingga membuat aku pun memberanikan diri dan menatapnya.

"Sebelum menjawab, kita berkenalan dulu boleh nggak?" menganggukkan kepala lalu dia pun langsung menjulurkan tangannya.

"Jesylin."

"Sejujurnya aku tidak enak denganmu tapi aku sudah memiliki pacar?" mata dia langsung berubah membesar dan dia pun langsung mengangkat kepala sembari menatapku dengan tak percaya.

"Jadi benar rumor yang beredar bahwa kamu berpacaran dengan perempuan yang lebih tua dari kamu?" aku menganggukan kepala dan dia pun langsung pergi beranjak dari kursi dan meninggalkan aku.

Saat itu aku tidak pernah melihatnya lagi bahkan teman-temannya sampai menanyakan apa yang dia katakan kepadaku karena aku yang terakhir ngobrol dengan dia namun aku pikir masalah itu sudah selesai tapi dia menyamar saat ini menjadi mamaku.

Flashback off

"Kamu?" 



Jakarta 17 januari 2024

Lubuk AksaraWhere stories live. Discover now