EKTRA PART 4

130 2 0
                                    



Sebelum kalian menjadi Airin, kalian juga pernah mengalami masa yang sulit bukan?

Terkadang kita hanya perlu bersabar.

Cinta emang seeffort itu dan juga butuh keyakinan soal masa depan.

Terlepas kalian sudah memilki umur yang cukup, finansial sudah stabil pikirkanlah tentang masa depan seperti apa.


Malam sudah berganti dan saatnya kami makan malam, namun aku juga tidak kunjung menemukan kedua anakku di kamar sehingga membuat aku berpikir, mereka ada di bawah dan benar saja, samar-samar aku mendengar seseorang yang tertawa dengan kencang.

 "Ayo tendang yang jauh biar Opa  yang akan menjaga ini." Dari tangga aku bisa melihat bahwa kedua putraku sangat bahagia memiliki pasangan paruh baya tersebut dan aku lihat Adrian sudah berada di ujung tangga bawah dia hanya tersenyum dengan tipis.


Aku berjalan dan menatapnya kembali aku tidak akan menyangka bahwa aku akan melabuhkan cintaku kepadanya di saat umurku sudah memasuki empat puluh satu tahun.

 cinta terakhirku kepada Adrian.

"Kamu selalu bikin saya khawatir." saat ini aku sudah di tangga dia langsung mencubit hidungku aalu aku pun langsung melepaskannya.

"Sudahlah itu tidak penting karena karena yang sekarang aku sudah di sini," dia langsung mengangkat salah satu tangannya dan meraih tanganku. Dia mencium tanganku dengan lembut dan dia menatapku seolah-olah aku adalah barang yang mudah terjatuh.

Perbedaan lelaki yang menggenggammu akan kamu rasakan ketika kamu bersama seorang lelaki yang benar-benar menginginkan kamu bukan?

"Terima kasih sudah menerima saya," setelah itu dia pun langsung mengajakku untuk makan malam.

"Hai kid's saatnya makan malam ayo!" kali ini aku langsung mneghampiri mereka dan aku lihat mereka berkeringat dengan banyak sehingga membuat mereka langsung menghampiriku dan mencium kedua pipiku.

"Duh cucu Oma sangat pintar sekali." aku hanya bisa tersenyum saat pasangan paruh baya ini benar-benar memperlakukan anakku begitu baik dan menerima mereka tanpa melihat kesalahan di masa lalu.

"Iya dong Oma biar bisa bahagiain mama," kedua putraku langsung menatapku dengan penuh cinta bahkan dia pun langsung memelukku dari samping meskipun tingginya hampir sama denganku.

" Kalian sudah siap?" aku langsung menoleh ke arah sosok Tante Riani yang menatapku dengan tersenyum tipis.

"Mama....!" ucapan Adrian sembari menatap mamannya dengan raut wajah yang sulit aku artikan kali ini aku bukanlah seorang anak kecil yang tidak mengetahui kemana arah tujuan pembicaraan ini.

"Saya sudah siap Tan," aku lihat saya Adrian pun langsung menoleh ke arahku sembari menatapku dengan penuh haru.

"Ap..apa?" tanyanya dengan gagap lalu dia pun langsung memegang kedua tanganku.

"Terima kasih sudah berjuang bersama!"ucapku dan dia langsung memelukku dengan erat bahkan dia juga langsung menangis di hadapan orang tuanya dan anakku.

"Be.. beneran kamu sudah siap?" aku menganggukkan kepaala dan dia langsung benar-benar menangis dengan kencang dan kedua anakku langsung menahan tawa sembari menutup mulut dengan kedua tangan mungilnya.

" Sejak kapan kamu mencintaiku?" tanyanya Lalu aku pun mengedipkan mata, sontak  hal tersebut membuat pasangan paruh baya langsung tertawa dan menyoraki Adrian yang masih setia dengan tangisnya, "sudah kamu ingin sangat cengeng, tidak malu kah dengan anakmu?" seketika Adrian pun langsung mencibirnya dengan kesal lau aku menggelengkan kepala.

"Ihh papa nangis kenapa tuh?"

"Udah gede masih nangis." berbagai ledakan terlontar dari kedua anakku kepada Adrian sontak membuat Adrian pun langsung Cubit pipi mereka dengan gemas.

"Ih siapa yang udah gede minta di temani tidur Mulu!" seketika mereka pun langsung menghentikan tawanya dan menatap ke arah Adrian dengan sebal sembari bersedekap dada.

"Papa udah besar tetap aja nangis."

"Iya nih gak malu sama kami."

"Sudah selesaikaan makan kalian ini urusan orang dewasa.". ucap Tante Riani dan mereka pun langsung menurutinya dan memakan makanannya.

"Silakan kalian nanti bicarakan  lagi, saatnya kita makan malam terlebih dahulu." setelah itu kami langsung makan malam bersama. Suasan yang ramai sehingga membuat aku tersenyum dengan tipis, saaat mereka baru merasakan arti cinta sesungguhnya.


Aku meminum coklat hangat  di tera. Aku tidak menyangka bahwa kedua orang tua Adrian menerima dan memperlakukan kami dengan baik. Beberapa kali dia bermain dengan si kembar saat berada di luar negeri di tambah dia yang menjaga kedua anakku di saat aku terpuruk, makanya tidak heran jika mereka begitu akrab dengan kedua pasangan paruh baya tersebut.

 "Airin apakah kamu benar-benar sudah melupakan segalanya?" aku di kagetkan sosok Adrian yang langsung mendudukkan di samping sembari memegang coklat hangat.

"Sejatinya aku belum pernah melupakan semuanya tapi aku ingin kedua anakku bahagia dan aku juga tidak percaya siapapun," aku menjeda kalimat lalu menatap lurus ke depan.

"Apakah kamu masih mengharapkan Sadam?" aku menolehkan kepala dan tersenyum dengan tipis.

"Aku sudah melupakan Saddam." ungkapkku lalu dia mengernyitkan dahi dengan heran.

"Aku masih bisa bersabar menunggumu selamanya Airin!".tiba-tiba Adrian berbicara seperti itu sehingga membuat aku merasakan sesak di dada.

" Adrian butuh berapa lama agar aku benar-benar mencintaimu?" tanyaku lalu dia terdiam dan memalingkan wajah ke arah lain.

"Aku... tidak tau!" jawabbnya dengan tergagap.

"Adrian mungkin aku terdengar seperti perempuan tidak tau diri tapi ketika kamu menerima Perempuan sampah sepertiku aku merasa aku tidak pantas dengan siapapun!" aku menundukkan kepala kalau dia pun mendekat ke arahku dan menatapku dengan penuh kelembutan.

"Kamu sudah menungguku selama sepuluh tahun, dan mungkin saatnya aku membalas cintamu!" dengan detak jantung yang berpacu dengan cepat aku langsung mengungkapkan semuanya.

"Tap..tapi kamu tidak pernah mencintaiku!" tanyanya dan aku langsung menautkan tangannya dengan tanganku, "Aku memang tidak pernah memperlihatkan aku benar-benar mencintaimu tapi aku harap kamu mengerti jika aku akan bertindak jika aku mencintaimu."

"Airin.."

"Aku memang belum melupakan Saddam bagaimana pun dia ayah dari anak-anakku tapi apakah aku harus terikat dengannya seumur hidupku?"

"Terima kasih sudah berjuang dan mencintaiku dengan begitu hebat!" dia langsung memelukku dengan erat.

"Airin terima kasih!" dia menangis kedua kali hari ini sehingga membuat aku merasa di cintai olehnya.

"Adrian mungkin aku dulu sudah terikat dengan Saddam tapi seiring waktu ikatan tersebut terlepas."

"Aku akan tetap bersamamu!" setelah aku mengucapkan kata seperti itu aku langsung tersenyum dengan lebar.

Entahlah aku semenjak kejadian itu aku tidak perah tersentuh dengan sosok yang di anggap teman dan juga lelaki. Hatiku benar' sakit dengan semuanya baahkan aku merasakan frustasi sehingga membuat aku sering ke psikolog untuk menolong mentalku. Selama aku berada di rumah sakit, aku juga membantu masalah mentalku dan untuk seseorang yang ada di jiwa ini dia tidak akan mudah lepas meninggalkan aku begitu saja.

'Terima kasih masa lalu yang begitu kejam, mengajarkan aku untuk bisa melallui semuanya.' ucapku di dalam hati dan aku langsung membalas pelukan dari Adrian untuk pertama kali selama kami berpelukan.

Jakarta 2 februari 2024

Lubuk AksaraWhere stories live. Discover now