Ig @evikawaiii. Baca, vote, follow!
Senja sudah menghilang sejak beberapa menit yang lalu kini menyisakan suasana malam yang dihiasi beberapa bintang dilangit. Namun pemuda berjaket kulit itu masih enggan untuk beranjak dari kursi panjang ditaman rumah sakit.
Sebenarnya Rey sudah menawarkan bahwa ia bisa menemani El untuk menjaga neneknya dirumah sakit namun El menolaknya dengan tegas.
Saat semua orang tengah terlelap dimalam hari, mata hitam legamnya masih terbuka dan enggan terpejam. Perasaan hampa mulai ia rasakan saat menyadari bahwa perlahan orang-orang yang ia sayangi mulai pergi meninggalkannya.
Tangannya terulur kearah langit yang dihiasi bintang seolah ia bisa menggapai benda itu. "Bunda apa kabar? Apa bunda disana udah bahagia?".
Untuk yang kesekian kalinya helaan napas terdengar dari Elvano yang kini tengah menatap langit malam.
Tak terasa satu pekan sudah berlalu sejak neneknya dinyatakan kritis. El hanya bisa menjenguk neneknya sehari sekali dengan menggunakan pakaian medis yang telah disediakan.
Dua hari yang lalu dokter berkata bahwa kondisi neneknya kian memburuk dan harapan hidupnya kurang dari 10%. Elvano sungguh frustasi dibuatnya, setiap pulang sekolah ia selalu mendatangi rumah sakit dan sesekali Rey menemaninya.
Hingga sebuah peristiwa yang membuatnya kembali merasakan kesedihan pun terjadi, dokter menyatakan bahwa nenek Maria telah wafat karena kondisinya yang kian memburuk dan tidak bisa ditangani oleh medis.
Air mata dari pemuda tampan itu tak ia perlihatkan, justru ia terlihat tegar saat mengantar nenek tersayangnya ketempat peristirahan terakhir.
Nisan bertuliskan 'Maria' terlihat jelas dimatanya, ucapan bela sungkawa dari tetangga, kerabat, dan teman dekatnya mulai berdatangan.
"El gue turut berduka cita".
Tangan Rey menyentuh pundak sahabatnya yang kini tengah berjongkok dihadapan nisan neneknya.
Elvano hanya menanggapinya dengan senyuman. Setelah semua orang mulai meninggalkan area pemakaman tak bisa lagi dicegah air mata pemuda tampan itu luruh kepipinya.
"Grandma kenapa ninggalin El kaya bunda? El nakal ya? Kenapa grandma ga ajak El ke tempat bunda?.. El cape".
Suara serak diikuti air mata yang menetes perlahan membuat El merasa sesak. Jujur ia sangat benci situasi seperti ini, dimana ia menjadi orang yang paling sakit karena orang yang ia sayang meninggalkannya.
Entah sudah berapa lama ia menangis dihadapan nisan itu, kini rintik gerimis mulai turun ke bumi disertai angin yang berhembus.
El segera bangkit dan menghapus jejak air matanya dan berpamitan. "Grandma El pulang dulu ya, semoga grandma bisa bahagia sama bunda disurga".
Motor yang ia parkir didepan area pemakaman masih dalam posisi seperti awal. Kunci motornya ternyata masih menempel dimotornya, setelah mengenakan helm full face nya motor mulai melaju kencang membelah jalanan yang tidak terlalu dipadati pengguna lain.
Satu hal yang Elvano lakukan saat dirinya sedang marah adalah membawa motor sportnya pergi tak tentu arah dengan kecepatan diatas rata-rata.
Hari ini El tidak menggunakan jaket, pikirannya yang sedang kalut berhasil membuatnya lupa bahwa ia mudah sekali masuk angin jika berkendara menggunakan motor tanpa jaket.
Merasa ada yang mengikuti El segera mencari jalan yang jarang dilewati pejalan kaki. Ia turun dari motornya dan mendekati Jonathan, ternyata Jonathanlah yang membuntutinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere Boy
Teen FictionSemesta memang tidak bisa diprediksi, sesuatu yang tidak bisa dilupakan dalam sesaat kadang terjadi begitu saja. Perasaan hampa yang menyelimuti sudah Elvano rasakan sejak dahulu, setiap kali ia mencintai seseorang maka saat itulah Tuhan mengambil o...