47

107 65 10
                                    

Arigato ne udh nungguin bab selanjutnya, selamat membaca cyng ^•^.. Jangan lupa dibaca, vote, and share. Jangan copy paste karya gw su! Tuhan nyiptain otak dikepala lo buat mikir...

 Jangan copy paste karya gw su! Tuhan nyiptain otak dikepala lo buat mikir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Psstt, liat tuh. Cogan yang duduk sama dua cecan itu", seorang pemuda yang masih mengenakan seragam SMP nya melirik kearah Jeff.

"Mana?".

"Itu yang duduk deket jendela bego".

"Oh yang pake kaos coklat".

"Iya".

"Kenapa emang?", tanya teman yang duduk didepannya.

"Gila ya, sekalinya ngafe ngajakin dua cecan gitu. Gw jadi iri".

"Sadar diri dong bro, lo muka aja pas-pasan. Cecan model mereka mana mau sama lo".

"Sialan lo, malah nampar gw pake realita".

"Dari pada lo harus halu terus".

Dua orang gadis cantik saling menatap satu sama lain ketika menyadari keberadaan Jeff yang masih tetap tenang duduk didepan meja mereka.

"Oy El kakak lo ganteng banget tapi mukanya ke orang oon si?", Bora berbisik pada Barbara dengan suara sepelan mungkin.

"Ck gw juga tau kalo tampang dia minta ditabok", dengan tatapan tajamnya Barbara berusaha untuk membuat Jeff pergi dari cafe secepat mungkin.

Yang ditatap hanya tersenyum santai sambil sesekali meminum hazelnut latte pesanannya.

"Lo ngapain masih ada disini? Pergi lo, ini urusan cewe tau. Sibuk banget si lo", usir Barbara.

"Suka-suka gw lah".

"Jadi lo manggil gw kesini mau ngajak gw ngapain?", Barbara bertanya pada Bora yang masih saja sibuk menatap cat kuku barunya.

"Shopping"

"Asu! Kenapa lo ga bilang dari tadi si? Gw kan ga bawa duit", panik Barbara saat menyadari isi dompetnya hanya berisi uang lima puluh ribu.

"Tenang aja nona-nona, gw yang bakalan bayarin belanjaan kalian", dengan senyum cerahnya Jeff mengeluarkan black card nya dan membuat mata Bora berbinar.

"Ok, abangnya Retta boleh ikut kita kok sampe dia puas", final Bora.

"Dih ga bisa gitu dong", Barbara tidak menyetujui ucapan Bora.

"Udahlah El, dia tu dompet berjalan yang bisa bikin kita happy tau. Lo pasti mau beli sepatu yang waktu itu lo tunjukin ke gw kan?".

"Iya sih", saat mengingat harga dari sepatu berwarna silver incarannya Barbara menelan ludah sendiri karena harganya yang lumayan mahal dan hampir setara dengan harga mobil baru.

Tsundere BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang