39

92 74 1
                                    

Ig @evikawaiii

Lampu dirumah Barbara sudah menyala sejak dua jam yang lalu, halaman rumahnya yang luas dijadikan tempat berkumpulnya 5 orang itu. Dhia, perempuan berusia 26 tahun itu adalah orang yang El suruh untuk menjaga dan merawat Barbara selama gadis itu sakit.

Disore hari ini mereka tengah disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Sisil dan Bora yang sibuk bermain catur, Rey yang mulai menata alat-alat yang akan digunakan untuk memanggang daging dan Barbara yang dilanda bosan karena sudah menunggu kedatangan El yang belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Dhia, kak El masih lama ga ya datengnya?", Barbara menoleh kesamping dengan tatapan lesunya.

"Maaf nona saya tidak tau"

"Huft, panggil aja Retta jangan nona", lama-lama Barbara kesal sendiri karena perempuan itu selalu memanggilnya nona.

"Maaf saya tidak bisa nona"

Tidak ada lagi obrolan antara kedua orang itu hanya ada suara dedaunan yang berjatuhan karena tertiup angin yang mulai kencang.

"Ngapain lo disini? Udah tau anginnya kenceng malah ga pake jaket", suara El yang baru saja Barbara dengar membuat gadis itu mendongak keatas dan menatap wajah El dengan senyuman hangatnya.

"Kak El.. Retta kangen", Barbara langsung memeluk El dengan erat meskipun pemuda itu tidak ada niatan untuk membalas pelukannnya.

"Kalau begitu saya permisi dulu tuan El", Dhia pun meninggalkan El dan Barbara karena ia tidak mau mengganggu momen kedua manusia itu.

"Cil lepasin", El mencoba untuk melepaskan kedua tangan Barbara yang menempel ditubuhnya.

"Nanti, Retta masih kangen kak El"

"Ck"

"Ehm dateng-dateng langsung bucin", Rey dengan sengaja mengeraskan suaranya supaya Bora dan Sisil dengar.

"Bacot",

"Pftt hahaha", Rey hanya tertawa melihat El yang pasrah dipeluk oleh Barbara.

"Cil lepas, mereka pada ngeliatin kita"

"Siapa?", Barbara langsung menoleh kebelakang dan mendapati ketiga temannya tengah menatapnya.

~©~©~

Dengan kasar El menyeret tubuh pria paruh baya yang terus memberontak itu ke dalam kantor polisi. Semua mata tertuju padanya namun El tidak memperdulikannya.

Tanpa mengatakan sepatah kata apapun El langsung pergi setelah mendudukan paksa pamannya yang amat ia benci didepan polisi yang tengah bertugas disana.

"Hei anak muda berikan dulu penjelasanmu sebelum pergi", teriakan dari salah satu polisi itu tidak membuat El menghentikan langkahnya.

Baru saja polisi itu akan mengejar El namun dua pria berjas hitam menghentikan langkahnya.

"Kami yang akan menjelaskannya"

"Bbbaiklah", melihat raut wajah pria yang menyeramkan itu membuat nyali polisi itu seketika menciut.

~~~

"Oy Rey, berkas dimeja gw ko makin numpuk si? Lu belum ngerjain yang gw suruh ya?", El menatap tajam Rey yang tengah duduk santai sambil memakan kacang kulit.

"Udah gw kerjain bro, yang diatas meja itu bagian lo. Lo nya aja yang jarang cek berkas"

"Shit, gw jadi males ngerjain satu-satu"

"Semangat El, lo sendirian"

"Brisik"

"Oh iya El yang waktu itu ngasih lo minum siapa?"

Tsundere BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang