Ig @evikawaiii. Jangan lupa like, vote, follow, dan share!
Dilarang mengambil atau copy paste karya watashi, ingat! Tuhan memberimu otak untuk berfikir wahai ninggen....
.
.Debu halus yang masih menempel tak membuat Elvano beranjak dari duduknya, jari jemarinya mengusap pelan piano hitam kesayangannya dimana ada foto sang bunda yang terpajang diatas meja. Lampu ruang musik masih menyala terang dengan keheningan yang senantiasa menemani, melodi indah yang tercipta dari piano yang El mainkan membuat pemuda itu memejamkan matanya.
El memang sudah sangat menghafal lagu ini, lagu pertama yang ia dengar saat pertama kali menginjakkan kakinya di ruangan ini. Setelah selesai mandi El langsung ke ruang musik sambil membawa buku album lama dari kamar sang bunda.
Setelah lagu selesai El tersenyum hambar sambil membayangkan wajah bunda Alice yang tengah tersenyum menatapnya.
"Pada akhirnya gw tetep main piano juga".
"Bunda.. El hari ini ulang tahun lho, bunda ga mau ngucapin? Mana hadiah yang bunda janjiin ke El? Katanya kalo El udah 18 tahun bunda bakal ngasih buku kesayangan bunda ke El?", dengan suara yang sedikit bergetar El meraih bingkai foto itu dan mengelusnya pelan.
"Tadi El bahagia banget pas di pantai, tapi sekarang kenapa El ngerasa ada yang kosong ya bund? Bunda tau ga, ada cewe yang kalo lagi nangis imut banget. Pipinya tembem bund, El pengin cubit pipinya, dia juga cantik kaya bunda", dengan nada semangatnya El menceritakan sosok Barbara didepan foto bundanya.
"Bunda.. El kangen, El pengin peluk bunda", air mata El akhirnya berhasil luruh dan ia pun menangis dalam diam dengan segala pemikiran rumitnya.
Setelah puas bermain piano dan berkeluh kesah didepan foto sang bunda El pergi kekamarnya dilantai dua dan mematikan lampu utama diruangan itu. Jendela kamarnya sudah ditutup rapat dan gorden putih sudah tertutup dengan sempurna, kaki El yang panjang ia letakkan diatas guling dan kepalanya sudah bersandar pada bantal.
Notifikasi dari ponselnya beberapa jam lalu membuat El beranjak dan menyalakan kembali lampu belajarnya. Ia duduk sambil menatap layar ponselnya, senyum manisnya tercetak jelas saat membaca pesan dari seseorang. Mrs. Joy mengirimkan sebuah vidio ucapan selamat ulang tahun dari anak-anak Fulton Home dan mengirimkan sebuah kartu ucapan dari Kala.
"Gw ga nyangka mereka masih inget".
Mungkin perkataan Rey benar, masih banyak yang menyayangi dirinya dan El tentu saja tidak menginginkan orang-orang tersayangnya terluka lagi.
"Dia lagi ngapain ya?".
"Apa dia udah tidur?".
"Em apa gw chat aja ya kalo jaket dia di gw".
"Engga engga, nanti dia ke gr an lagi".
"Arggh gw harus apa?".
Mulut El yang terus bergumam pelan membuatnya frustasi dan kesal sendiri.
"Ko gw jadi mikirin tu bocil si".
"Sial, muka imutnya terus muncul diotak gw. Kalo lagi nangis tambah imut haha".
Dengan gusar El mencoba untuk memejamkan matanya tapi yang terjadi justru wajah Barbara yang terus bermunculan di kepalanya.
Dengan perasaan kesalnya El mengirim sebuah kata singkat di story WhatsApp nya.
Shit
Singkat memang tapi belum ada satu menit sebuah nama muncul di beranda chatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tsundere Boy
Teen FictionSemesta memang tidak bisa diprediksi, sesuatu yang tidak bisa dilupakan dalam sesaat kadang terjadi begitu saja. Perasaan hampa yang menyelimuti sudah Elvano rasakan sejak dahulu, setiap kali ia mencintai seseorang maka saat itulah Tuhan mengambil o...