Bab 1 - Menghibur Teman

710 35 0
                                    

"Ternyata benar ya, jodoh itu benar-benar tak dapat ditebak" Ucap Aris kepada seorang lelaki berambut sebahu dengan jenggot dan kumis tipis.

Gaya sisiran rambut sang kawan membuat sosoknya sekilas mirip tokoh Jack Dawson di film Titanic, dia adalah Dika, nama lengkapnya Dika Praja Syahputra, teman Aris yang paling klop dan paling setia hingga mereka sudah saling mengangkat sebagai saudara senasib sepenanggungan.

Dika cuma tersenyum tipis, senyum yang sulit ditafsirkan apakah mengandung kebahagiaan atau justru kekecewaan. Ya, lelaki itu seperti baru saja dipermainkan oleh perjodohan.

Baru sebulan yang lalu dia rela meninggalkan cinta sejatinya demi seorang gadis pilihan orang tua, eh kini dia malah menghadiri pesta pernikahan sang gadis pilihan orang tuanya itu yang malah menikah dengan Arif Kurnia Sukma, yang tak lain dan tak bukan adalah saudara kembar si Aris, termasuk temannya juga.

"Hoi, malah bengong. Kau ini sebenarnya sedih atau senang sih? Atau sebenarnya kau itu lagi kesal karena gak jadi menikah dengan Diana yang cantik dan bahenol itu karena ditikung oleh Arif?" Aris menepuk pundak Dika yang seperti lagi melamun.

"Kau ini, aku dengar kok kau ngomong apa. Aku diam karena bingung mau jawab apa" sahut Dika, keduanya tengah duduk di meja tamu, Dika meraih gelas minuman dan meneguknya dengan penuh dahaga.

"Jadi gimana sekarang?" Tanya Aris sekali lagi, pemuda ini ingat akan sosok Budi yang ditinggal begitu saja oleh Dika di sebuah kampung terpencil, Budi itulah cinta sejati si Dika ini. Ya, Dika temannya itu memang seorang gay.

"Apanya yang gimana?" Tanya Dika sok bodoh.

"Anjingnya otakmu itu! Pantas saja kau ditendang si Budi, sudah longor, plin plan pula!" Ledek Aris.

Jika bukan Aris yang berbicara setoxic itu, bisa dipastikan Dika akan mengamuk.

"Oh Budi ya?" Seketika d ibibir Dika mengembang seulas senyum tulus penuh kangen membayangkan pemuda itu.

Tuhkan, Dika masih cinta. Maka pria ini pun berkata
"Aku menyesal sudah mengatakan dia barang bekas, dia pasti sudah benci padaku"

"Bukan karena omonganmu saja yang buat dia benci, tapi karena sifat plin planmu itu!" Tukas Aris.

"Habisnya dia menjelekkan ibuku, mengatakan aku anak mami, gak bisa ambil keputusan sendiri. Bagaimana pun aku tetap harus menghormati ibuku kan?" Bela Dika.

"Ya memang kau anak mami, umur saja yang tua tapi jodoh masih harus ditentukan orang tua, goblok sih!" Ledek Aris lagi.

Dika melotot, sudah bertubi-tubi Aris mencacinya dengan sebutan anjing, plin plan, longor, goblok, ah ingin marah tapi memang faktanya benar sih, dia memang bego.

"Jadi bagaimana rencanamu seterusnya? Kau tak ingin menemui Budimu lagi?" Selidik Aris.

"Pengen sih, tapi... Aku tau Budi, kalau sudah sakit hati, bisa menutup diri sampai bertahun-tahun"

"Makanya samperin, minta maaf. Ngomong baik-baik, merendah diri akui kesalahan dan ketololanmu waktu itu. Bilang kau gagal nikah dengan Diana karena tuh cewek udah bolong duluan, akhirnya si Arif yang nyamber tuh cewek. Lagian ya si Arif, mau-maunya nerima cewek yang bunting bukan karena goyangannya" ucap Aris panjang lebar.

"Iya, nanti aku samperin Budi. Tapi aku butuh waktu, sebelum menemuinya aku harus coming out dulu ke orang tuaku agar mereka tahu warna asliku seperti apa. Aku tak mau orang tuaku menjadi penghalang lagi. Kali ini sekalipun mereka menentang aku akan tetap berjuang" tutur Dika berapi-api.

"Nah gitu dong, itu baru namanya Dika!" Ucap Aris bangga.
"Lalu kapan kau akan coming out?"

"Butuh waktu Ris, aku harus mempersiapkan diri dan mental dulu, aku butuh ketenangan..." Jawab Dika.

Ksatria Lembah Tarang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang