Bab 16 - Wanita Binal

436 23 1
                                    

Pagi di Lembah Tarang memang indah dan damai, suara cicitan burung yang bernyanyi diselingi dengan suara gemericik air yang menentramkan.

Di area persawahan lembah Tarang telah dipenuhi para petani yang berasal dari lembah hulu, karena pekan ini masih jadwal mereka. Diantara mereka terdapat Ruis dan Marot yang turut turun ke sawah.

Dika dan Aris tidak kelihatan batang hidungnya, karena kedua lelaki itu memang tidak ikut. Mereka sedang memasak di rumah Ruis buat disantap siang nanti bersama Ruis di persawahan. Membayangkannya saja sudah membuat Aris senang. Alangkah nikmatnya menikmati makan siang istimewa di tengah sawah.

Ruis sendiri melihat sosok Apek yang ternyata ikut pula ke sawah. Dangraka putra Tuk Dame Sigar ini tidak mengerti mengapa Apek ikut kelompok hulu, bukankah hari ini belum giliran lembah tengah? Ruis pun bertanya kepada beberapa temannya.

"Apek dihaman apaknya" (Apek dihukum ayahnya)

Itulah yang didengar oleh Ruis. Meski Ruis sempat bertemu pandang dengan Apek tetapi lelaki itu lebih memilih cuek dan acuh. Apek juga terapkan hal yang sama. Bagi keduanya, mereka lebih memfokuskan diri dengan pekerjaan masing-masing.

Tak terasa, karena asyik bekerja, matahari telah menanjak naik kepertengahan cakrawala. Sudah saatnya bagi para petani itu beristirahat sambil menikmati makan siang.

Dan ternyata selagi beberapa orang sibuk bebersih dari lumpur dan juga menyiapkan tempat dan makanan, saat itu pula lah sebuah sepeda motor roda tiga muncul disana. Motor itu milik tim patroli polisi hutan. Kendaraan itu di sopiri oleh Robi, salah seorang personil polhut yang paling ganteng, lalu ada pula Nando, dan terakhir adalah Flora. Guru relawan itu terlihat cantik dengan topi koboi, kemeja kotak-kotak dan jeans panjangnya, sepasang kakinya juga tertutup sepatu bot.

"Bapak-bapak dan saudara-saudara sekalian. Hari ini saya ingin berbagi rejeki sedikit kepada saudara-saudara sekalian. Saya ingin berbagi bekal buat makan siang" ucapan Flora barusan sudah diartikan oleh Nando kedalam bahasa Tarang. Polisi satu ini memang cukup mahir berbahasa Tarang.

Mendengar dapat bekal gratis karuan saja penduduk desa yang bekerja kegirangan. Flora dengan di bantu oleh Robi dan Nando segera membagi-bagikan bekal yang dibungkus kertas nasi itu. Isinya ialah mie goreng, nasi, telur ceplok dan juga suiran daging ayam juga potongan tomat dan timun.

Beberapa penduduk berseru bahagia karena mie adalah makanan langka bagi mereka yang jarang sekali mereka cicipi.

Ruis dan Marot juga diberi oleh Flora.
Ruis menerima nasi bungkus itu dengan sewajarnya.

"Dimakan ya Dang Ruis. Ini buatan saya sendiri lho" tutur Flora yang dibalas dengan senyuman oleh Ruis.

Selanjutnya Flora memberi bekal kepada Apek yang terlihat murung.
"Kenapa dia duluan yang kau beri?" Protes Apek.

Flora cuma tertawa, dia tahu kalau Apek cemburu karena dirinya lebih mendahulukan Ruis yang sempat menjadi saingan dalam mendapatkan cintanya.

"Gitu saja cemburu, Ruis mungkin duluan dapat, tapi yang paling istimewa tentu saja buat pacarku yang gagah ini" ucap Flora. Bekal buat Apek memang lebih istimewa karena dikemas dengan menggunakan rantang. Rantang itu berjumlah empat, satu bagian buat nasi, satu buat mie goreng, satu buat telur ceplok dan daging ayam, dan terakhir ialah kue pencuci mulut.

Melihat makanan yang mengundang liur itu Apek pun tergugah.

Apek mengajak Flora buat makan di dangau, bersama mereka turut pula Nando dan Robi. Mereka berempat memilih dangau yang bersebelahan dengan gubuk Ruis dan Marot. Maksud Apek ingin memanasi Ruis karena mendapatkan bekal yang lebih baik.

Ksatria Lembah Tarang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang