Apek meneguk ludahnya, dia kini duduk di hadapan Arif, sang calon abang ipar. Meski wajah Arif dan Aris hampir sama namun kesannya berbeda, Aris itu menyenangkan, sedangkan Arif orangnya lebih seriusan, dan keseriusan Arif itu yang membuat Apek merasa seperti sedang dihakimi.
Pesta itu telah berlalu lima hari yang lalu, kini Arif sengaja mengajak Apek buat bicara empat mata di sebuah gazebo di halaman samping rumah.
Siapa nama lengkapmu?" Tanya Arif dengan tegas.
"Apek Awang Moraga," jawab Apek apa adanya.
"Pekerjaanmu?" Arif masih mencoba mengenali Apek lebih dalam.
"Tidak ada, paling berburu dan mengurus kerbau liar," jujur Apek.
"Bangke! Kalau kau pengangguran, mau kau beri makan apa adikku?" Cerca Arif.
"Tapi abang ipar, di Lembah Tarang uang bukanlah segala-galanya." Jelas Apek.
Arif mendengus, "Memang uang bukan segala-galanya, tetapi tanpa uang hidup jadi susah!"
"Tidak!" Bantah Apek, "Buktinya orang-orang di Lembah Tarang tidak pernah kesusahan meski tidak punya uang. Kami masih bisa makan, kami punya rumah, dan yang terpenting ialah kami tidak kenal apa itu miskin dan kaya. Uang hanya membuat manusia menjadi terkotak-kotak dalam tatanan sosial. Ada si kaya, ada si miskin. Ada si konglomerat, ada yang melarat. Sekalipun kita punya segunung uang, tidak menjamin kita memiliki moral dan martabat."
Terkejut juga Arif mendengar petuah yang tercetus begitu mantap dan bijaknya dari mulut seorang Apek.
"Maksudmu?" Tanya Arif untuk menyembunyikan rasa takjubnya."Begini abang ipar. Saya percaya uang adalah rejeki yang diberikan oleh Tuhan. Namun rejeki itu tidak sepenuhnya milik kita. Ada hak orang lain di sana. Hak mereka para kaum miskin. Tapi faktanya? Masih banyak orang-orang miskin dan terlantar di sekitar kita. Lantas kemana hak-hak orang miskin yang dititipkan oleh Tuhan lewat orang-orang kaya? Apa orang-orang kaya terlalu pelit hingga enggan berbagi."
"Tak bisa kau berpikir seperti itu, orang kaya dan orang miskin jumlahnya tidak seimbang. Kalau kau mau kaya harus bekerja dengan keras."
"Apa kabar para petani dan nelayan? Kurang keras apa mereka bekerja, bahkan dengan nyawa sebagai taruhannya. Semua ada tempatnya, bang, sesuai ketetapan Tuhan. Orang kaya tidak akan terasa kaya jika tidak ada orang-orang miskin. Bayangkan jika seluruh manusia mendadak kaya raya. Manusia akan sombong dan malas buat bekerja lagi karena ranjang mereka telah dipenuhi oleh uang. Harta tak lagi punya nilai. Jika itu terjadi, maka kiamat sudah dekat. Kaya dan miskin harus saling menghormati, kaya tidak menjadikanmu tinggi, namun miskin juga tidak membuat harga dirimu rendah. Itulah hakikat kekayaan yang sebenarnya."
Arif terperangah mendengar penuturan panjang Apek barusan, dia tak menyangka lelaki udik dari pedalaman hutan ini bisa berpikir sedalam itu, agaknya kerasnya kehidupan di Lembah Tarang menjadikannya pribadi yang bijaksana.
"Di Lembah Tarang berbeda bang, kekayaan alam kami kelola bersama-sama, hasilnya pun kami nikmati bersama-sama. Saya sendiri adalah seorang Dangraka, putra pemimpin suku. Namun kami tak pernah merasa bahwa kami adalah orang-orang kaya. Kami sama seperti penduduk Tarang yang lain, tidak punya uang. Tapi kami bangga sebagai orang Tarang. Kami hidup tentram tanpa pernah kekurangan. Karena persaudaraan kami begitu erat. Maka saya berani jamin, Bang Aris tidak akan sengsara jika hidup bersamaku kelak."
Arif lagi-lagi takjub, rasa jengkelnya kepada Apek mulai berkurang karena dia mulai mengagumi calon adik iparnya ini.
"Baiklah, aku ijinkan kau mendekati adikku. Cuma ingat, kau harus dapat restu dari orang tua kami terlebih dahulu.""Saya akan cari kesempatan yang baik buat bicara dengan orang tua abang berdua."
"Satu lagi, jangan sekali-kali kau menghianati cinta adikku. Sekali saja kau menyakiti hatinya, apalagi menyelingkuhinya aku tak akan segan-segan menembak kepalamu!" Ancam Arif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Lembah Tarang
RomanceBL story, yang anti LGBT, homophobia mending jauh-jauh, entar ketularan terus ketagihan. Hahahaha yang jelas ini bukan zona nyaman buat kalian. Jadi buat apa berkecimpung di zona yang bukan frekuensi kalian. Hormati saja. Boleh membenci tapi jangan...