Aris meneguk ludah karena keder, Apek tengah duduk di anak tangga rumah sambil memetik dawai kecapinya. Melihat kemunculan Aris sepasang mata Apek langsung menghujam tajam.
"Pulang juga" tegurnya dingin.
"Eh, iya Pek" duh, kok Aris gugup.
"Ku pikir kau pulang ke rumah Ruis" ucap Apek datar, lalu lelaki ini petik kecapinya kembali. Datar namun tajam, seolah-olah Apek tak menghendaki Aris di sana.
Aris bermaksud ingin duduk bersamanya namun Apek menolaknya.
"Jangan ganggu aku dulu!""Pek, katanya kau bertengkar dengan ayah...."
"Puki ajeg! Dinga tadek?!" Gusar Apek, suaranya keras. (Kemaluan anjing, dengar tidak?)
Dibentak seperti itu Aris mendadak ciut, hatinya langsung perih. Dia gigit bibir bawahnya, lalu dia pun pergi meninggalkan Apek dengan langkah gontai. Hatinya semakin nyelekit saat telinganya mendengar suara nyanyian Apek diiringi petikan kecapi.
"Flora...intan permata... Flora, seput nyawaku"
Nyesss, suara Apek bagus, namun ada nama Flora disana. Nama yang sanggup membuat hati Aris menjadi teriris sakit. Aris mempercepat langkahnya, dia ingin meninggalkan rumah Apek itu.
Beruntung separuh jalan dia menemui Ruis yang sedang bersepeda.
"Bang" tegur Ruis.Aris cepat-cepat buang kesedihannya dengan pasang senyum.
"Lho? Kok bisa sampai ke sini""Iya bang, jarang-jarang saya main di lembah tengah" Ruis turun dari sepeda. Keduanya pun melangkah bersama-sama sambil menuntun sepeda.
"Oh iya, kamu memang dari lembah yang mana?" Tanya Aris yang lupa.
"Hulu, bang"
"Hulu? Abang belum pernah kesana"
"Abang penasaran?"
Aris mengangguk.
"Ya sudah yok kita kesana naik sepeda" tawar Ruis yang dengan senang hati disambut oleh Aris.
"Abang yang bonceng" tawar Aris.
"Enggak!" Tolak Ruis dengan panik, jujur dia trauma dibawa oleh Aris yang ternyata ugal-ugalan.
Aris pun tertawa, dia mengalah, duduk di belakang."Kalau capek, biar Abang yang bonceng" ucapnya setelah sepeda berjalan.
"Lebih baik saya mati membonceng, dari pada mati terkencing di belakang" tolak Ruis lagi.
Aris seketika ngakak, sungguh tak disangkanya ternyata Ruis tak cukup berani buat diajak ngebut, padahal cuma sepeda, apalagi kalau motor?
"Hemmm, Uis, kau pernah ikut berburu?" Tanya Aris, entah mengapa dia begitu penasaran dengan berburu.
"Pernah, pemuda Tarang jika sudah dewasa wajib ikut berburu, kemarin juga ikut"
"Tapi kok Abang tidak lihat?"
"Ya iyalah, kan saya bukan bintangnya. Bintang utamanya kan Apek"
"Tapi kamu sama gagahnya kok dengan Apek" celetuk Aris.
"Kurru sumange" nyengir Ruis, mengucapkan terimakasih.
"Selama berburu pernah mengalami apes tidak?" Penasaran Aris lagi.
"Sering! Pernah dikejar harimau, untung selamat karena cepat memanjat pohon. Hampir terseruduk kerbau, pernah dipatuk ular. Ah pokoknya kalau tidak tangguh jangan coba-coba berburu kerbau jalang"
"Menurutmu Abang tangguh tidak?" Selidik Aris.
"Kenapa? Abang mau ikut berburu?"
"Kalau boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Lembah Tarang
RomanceBL story, yang anti LGBT, homophobia mending jauh-jauh, entar ketularan terus ketagihan. Hahahaha yang jelas ini bukan zona nyaman buat kalian. Jadi buat apa berkecimpung di zona yang bukan frekuensi kalian. Hormati saja. Boleh membenci tapi jangan...