Bab 20 - Misi Aris

458 37 3
                                    

Malam merengkuh Lembah Tarang, segala keheningan langsung menyungkupi pelosok lembah, hanya ada nyanyian alam yang berkicau. Sesekali terdengar suara petikan kecapi dan juga nyanyian para pemuda desa yang sedang nongkrong diluaran. Atau suara tembang seorang ibu yang menidurkan sang anak.

Tentram, pemuda itu benar-benar menyukai ketentraman di sana. Lelaki ini bertelanjang dada dengan bawahan kain khas suku Tarang. Dialah Aris, dengan bahagia dia membawa sepiring nasi hangat, ikan bakar dan juga sambal kecap.

Menu makan malam itu akan disajikannya buat lelaki yang sudah menunggunya dengan lapar di dalam sebuah kamar. Ketika pintu terkuak, lelaki yang menunggu lalu tersenyum. Matanya berbinar-binar menatap Aris yang melangkah mendekat sambil membawa nampan.

"Nah, ini ikan bakar permintaanmu tadi siang" ujar Aris sambil duduk di sisi Apek yang menunggunya dengan sabar.

Dengan tangan bergetar Apek meraih pinggan dari anyaman beralas daun pisang. Di atasnya tersaji nasi putih dan ikan bakar berikut dengan kecap, dan lalapan. Apek kesulitan karena setiap tangannya bergerak kasar maka rasa sakit pun terpantik dari punggungnya yang terluka.

Aris yang sadar akan hal itu akhirnya menahan tangan Apek.
"Biar ku suapi!"

Apek tak kuasa menolak, malah dia memperhatikan wajah Aris yang tampak tekun menjumput ikan bakar dan nasi, setelah meniupnya dengan halus dia pun menyodorkan makanan itu ke depan mulut Apek.

Apek membuka mulut menerimanya, matanya membuka sempurna dengan binar bahagia saat mengunyah ikan bakar itu. Sepasang matanya seolah-olah berkata bahwa ikan bakar itu begitu nikmat.

"Sedap bang!" Akhirnya pujian itu terucap juga.

Aris tersenyum, "Aku diajari seorang teman"

"Siapa? Pacar?" Tanya Apek dengan dada bergetar, dia takut Aris telah dimiliki seseorang.

"Bukan, temanku. Pacarnya si Dika" Aris kembali menyuapkan nasi, seperti bocah Apek membuka mulut dengan riangnya.

"Oh, ternyata ada juga yang mau sama si bengal itu" ujar Apek setelah menelan kunyahannya.

"Pacar Dika seorang lelaki, namanya Budi" sahut Aris juga.

Sepasang mata Apek lagi-lagi melebar, dia tak menyangka akan hal ini.
"Dika yang tengil itu banci?"

"Bukan! Mereka hanya dua orang lelaki yang saling mencintai. Kalau banci kan lelaki yang bertingkah seperti perempuan"

"Tapi bagaimana mungkin sesama lelaki bisa berpacaran?" Apek benar-benar telah terdoktrin bahwa hanya lelaki dan perempuan yang boleh menjalin hubungan.

"Karena cinta, Apek. Cinta itu tidak mengenal apapun, dia tidak berjenis kelamin, tidak berstatus sosial. Dia cuma murni hasrat untuk berkasih sayang" jelas Aris.

"Binatang saja kalau kawin mencari betina"

"Karena mereka tidak punya akal, mereka cuma punya nafsu. Mencari betina tapi tidak pandang bulu, saudara sendiri bahkan ibu kandung sendiri juga binatang itu kawini"

"Tapi..." Apek ingin menyanggah lagi, jawaban Aris tidak memuaskannya.

"Sudahlah! Jangan bahas hal itu dulu! Cinta tidak butuh perdebatan!" Sela Aris pula.

Aris kembali fokus dengan kegiatannya menyuapi Apek.

"Kau ganteng bang" puji Apek polos begitu melihat tampilan Aris malam itu dengan pakaian Tarangnya.

"Baru kau yang bilang aku ganteng"

"Sumpah. Jujur aku iri! Abang lebih Tarang dari aku yang asli Tarang sendiri. Lihatlah kulit Abang, kulitnya para pejuang. Tubuh Abang juga tubuh para pejuang. Pasti banyak gadis yang naksir kepada Abang"

Ksatria Lembah Tarang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang