Bab 14 - Sepak Api

269 28 2
                                    

Aris berhasil menemui Ruis yang sedang bercengkrama bersama pemuda lainnya. Begitu ketemu, Aris langsung menarik Ruis menjauh, mencari tempat yang sepi, cukup jauh dari rumah Tuk Dampo.

"Kenapa bang?" Tanya Ruis sambil memandang heran kepada Aris, seingatnya tadi Aris memakai kaus hitam kenapa sekarang cuma memakai sarung khas Tarang.

"Aku kecewa samamu Uis" ucap Aris.

"Kecewa? Maksudnya?" Bingung Ruis.

"Kau sudah menipuku, kau tidak tulus berteman denganku" cecar Aris lagi.

"Kalau saya tidak tulus tidak mungkin saya selalu siap sedia menolongmu bang?"

"Kau punya motif lain berteman denganku" tuduh Aris.

Ruis terdiam, dia mulai menebak-nebak maksud pembicaraan Aris.

"Kau ingin menjebakku kan? Kau ingin memanfaatkan ku untuk melepaskan kutukan lembah ini, dengan cara memilikiku lalu memaksaku untuk tetap tinggal di tempat ini. Apek sudah bilang semuanya" Aris pun berterus terang.

Ruis pun terhenyak, ternyata Apek telah membocorkan semuanya, sebenarnya Ruis tidak bermaksud merahasiakan ini terus menerus kepada Aris, tapi dia butuh waktu. Dia akan berterus terang kepada Aris disaat Aris sudah mau membuka hati untuknya.

"Aku akan pulang ke kota besok. Kalian, orang-orang lembah ini aneh" Aris pun melangkah meninggalkan Ruis.

Namun Ruis seketika berlari mengejarnya dan memeluk tubuh Aris dari belakang.

"Jangan pergi bang! Saya minta maaf. Tapi sumpah saya tidak bermaksud buat menipumu"

"Lantas? Kau mendekatiku agar aku mau menikahimu kan? Untuk membebaskan kutukan desa kalian?"

"Salah rupanya jika saya ingin menyelamatkan lembah ini bang? Saya seorang Dangraka, sedikit banyaknya masa depan lembah ini ada di tangan saya. Saya hanya ingin lembah ini terus lestari dengan kehidupan yang damai"

"Tentu salah, karena kalian membuat keputusan sepihak tanpa melibatkan aku" geram Aris.

"Seandainya Abang tahu sejak awal apakah Abang bersedia?" Tanya Ruis dengan hati lirih, dia terus saja memeluk Aris dari belakang.

"Kau percaya kutukan dan ramalan buruk itu?" Tanya Aris.

Ruis pun melepaskan pelukan diantara mereka, "Bagi kalian memang sulit mempercayai hal ini. Tapi inilah kehidupan kami bang, kami percaya akan wangsit yang diterima Tuk Rake. Bukankah Abang sempat bertemu dengannya?"

"Siapa?" Tanya Aris dengan cemas, jujur dia benar-benar takut terjebak dalam peristiwa mistis kembali, seperti waktu di kampung Budi.

"Leluhur kami, Raja Agia" ucap Ruis.

Degh, jantung Aris berdegup tatkala mendengar Ruis menyebut nama itu, bahkan untuk sesaat sosok Raja itu muncul di depan mata Aris.

"Seharusnya ini tanggung jawabnya Apek, tapi dia menolak hingga saya yang harus menjalankannya. Demi keselamatan lembah saya rela bang. Meski saya sebenarnya belum ada rasa sayang buat Abang, namun saya akan terus berusaha agar rasa itu akan muncul seiring dengan kedekatan  kita" Ucap Ruis.

"Saya hanyalah seorang pemuda Tarang yang bodoh. Tapi saya tidak ingin melihat desa ini habis terbakar, saya tidak ingin egois. Sekarang Abang sudah tahu bahwa Abang juga akan dijadikan korban demi lembah ini. Abang boleh pergi meninggalkan kami, mudah-mudahan Ambata masih memberikan jalan kepada kami untuk lepas dari kesulitan ini" Mendengar kata-kata Ruis itu kok Aris jadi tidak tega ya, malah dia jadi kasihan kepada Ruis yang harus menerima imbas dari keegoisan Apek.

Ksatria Lembah Tarang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang