Bab 17 - Darah Apek

333 28 3
                                    

Aris yang membuntuti kepulangan Apek benar-benar terguncang saat melihat dari pintu yang terkuak sedikit apa yang terjadi di dalam.

Dia menyaksikan Apek dan Flora sedang bersetubuh. Bahkan tanpa terasa air matanya pun meleleh. Aris adalah lelaki yang tangguh, baginya pantang menjatuhkan air mata. Namun kenapa pemandangan itu begitu menyakitkan? Dia menyukai Apek, benar-benar suka. Tapi ternyata lelaki itu benar-benar straight dan tak memiliki perasaan apa-apa padanya. Buktinya, di depan mata sendiri dia menyaksikan Apek sedang bersenggama bertelanjang bulat dengan Flora.

"Anjing! Begini rupanya rasa patah hati itu!" Makinya dalam hati, Aris memilih buat mundur, tak ada gunanya lagi dia masih mengagumi Apek. Aris pun pergi meninggalkan rumah mesum itu.

Namun sebelum melangkah dia mengambil batu sebesar kepala anjing lalu batu itu dilemparkan sekuat tenaga ke jendela rumah Apek hingga jebol. Batu yang berhasil menghentikan perbuatan zinah di dalam rumah panggung itu.

Aris berlari asal-asalan, menerobos rapatnya pepohonan. Dia menerjang melompat ke dalam sungai lalu menyebrang lalu menghilang di kerapatan pepohonan. Apek yang mengejarnya ternyata tak begitu jauh tertinggal. Bagi pemuda Tarang yang sudah biasa menghadapi Medan berat di hutan perburuan semua rintangan alam itu tak jadi penghalang yang berarti.

"Bang Aris..." Teriaknya memanggil.

Aris mendengar panggilan itu dan langsung menyahut memaki.

"Mau apa kau mengikutiku anjing? Aku jijik kepadamu!"

"Jangan ke sana bang Aris, ada jurang!" Ingat Apek, dia benar-benar khawatir, memang ada jurang di depan sana.

"Bodoh amat! Kembali sana ke Flora mu itu! Lanjut ngentot!" Aris mulai toxic.

"Aku tidak melakukannya, bang!"

"Tidak usah bohong anjing! Jelas-jelas kulihat dengan kedua mataku kau bertelanjang dan bertindih-tindihan dengan perempuan itu"

"Sumpah demi Ambata di angkasa, aku tidak bohong! Aku tidak bersetubuh dengannya!" Apek semakin deg-degan, jarak Aris dengan jurang semakin dekat, maka dia pun mempercepat larinya sambil merapal mantra ghaib yang sanggup memberi kekuatan mistis mempercepat laju kaki, mantra itu disebut mantra Si Kancil oleh para penduduk lembah.

Apek berhasil mengejar, dengan satu lompatan dia berhasil menubruk tubuh Aris, keduanya bergulingan lalu brukkkk, punggung Apek membentur sebuah batu besar, kulitnya sobek dan berdarah, sedangkan Aris selamat di dalam pelukannya, semeter di belakang mereka terbentang sebuah jurang sedalam empat belas meter.

Apek gigit bibirnya menahan sakit yang melanda hebat di punggungnya, namun kemudian dia lega dapati Aris tidak kurang suatu apapun.

"Bang Aris tidak apa-apa kan? Tidak ada luka? Terlambat saja, kau pasti sudah jatuh ke jurang"

"Biarkan saja aku mati!"

"Tak akan kubiarkan itu terjadi! Aku sudah kehilangan Dang Tala. Aku tak mau kehilangan abang baruku lagi!" Apek memeluk erat Aris sambil menangis.
"Maafkan aku bang, aku salah, aku khilaf! Aku janji tidak akan melakukan hal itu lagi. Tapi aku mohon jangan tinggalkan aku, bang!"

Pelukan Apek semakin erat, hingga akhirnya Arispun luluh. Aris menyadari kebodohannya, dia telah egois. Dia membenci Apek karena sudah ngeseks dengan Flora, lalu bagaimana pula dengan dirinya yang juga sudah enak-enak dengan Ruis, meski sebatas oral dan coli.

Apek itu normal, adalah bodoh jika Aris masih mengharapkan balasan cinta darinya.

"Pek, sudah, lupakan kejadian yang tadi. Kau berhak melakukan apapun yang kau mau"

Ksatria Lembah Tarang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang