Bab 24 - Rencana Penyembuhan

226 29 1
                                    

Apek, Tuk Dampo, Tuk Rakeh serta dua Tuk Dame wakil sedang berkumpul di rumah Apek, Ruis juga turut ada di sana. Dika dan Marot juga datang, kabar bahwa Aris mau diterkam harimau kejadian langsung menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru lembah. Dengan tergopoh-gopoh Dika mendekati Aris yang masih di landa demam tinggi.

"Aris! Ya ampun, ini semua salahku yang tak berhasil mencegahmu buat tinggal dirumah ini. Kan sudah kubilang jangan tinggal lagi bareng si Apek. Bawa sial!" Bisa-bisanya Dika mengoceh seperti itu di hadapan para petinggi lembah. Karuan saja mata Apek langsung melotot seperti mau keluar.

"Ayo sadar Ris! Aku janji jika kau sadar kita segera kembali ke kota. Aku yakin Lembah ini mulai tak beres. Banyak setannya" lagi-lagi ucapan Dika itu membuat para petinggi lembah menjadi tertohok.

"Kite' aur bapakat!" Seru Tuk Dampo kepada para petinggi lembah, dengan satu isyarat Tuk Dampo mengajak rekan-rekannya berkumpul di ruang tengah buat bermusyawarah.

Dika acuh pada orang itu dia sibuk serang mengompres temannya, demamnya masih tinggi. Belum pernah Dika menyentuh kulit manusia dengan suhu setinggi ini
"Aduh, panas kali badanmu Ris, bisa dipake buat goreng telur"

Marot karuan saja ngakak mendengarnya.

"Diam! Teman lagi sakit kau malah tertawa. Tidak setia kawan!" Geram Dika sambil melototi Marot.

Marot cepat-cepat buang pandangan menatap langit-langit kamar sambil bersiul-siul tanpa suara.

Adapun di ruang tengah, semua petinggi mulai terlihat pembicaraan serius.

"Harimau jadi-jadian itu kiriman Mahiyang" ujar Tuk Rakeh.

Ketiga Tuk pemimpin lembah terpekur sedang Apek dan Ruis langsung tercekat. Sebagai calon pemimpin lembah Tarang kedua pemuda itu sudah tahu siapa itu Mahiyang dan sepak terjang kejahatannya.

"Agaknya perempuan jahat itu masih mendendam, setelah berpuluh tahun terusir dari lembah kini dia kembali mengusik ketentraman Tarang" sambung Tuk Rakeh.

Tuk Dampo mulai memperkirakan sesuatu dengan akalnya, lalu berucap "Sudah hampir 24 tahun dia kita usir dari lembah. Sejak dia ketahuan mempelajari ilmu sesat dan berencana merebut tampuk kepemimpinan yang diwariskan kepada saya"

"Tapi Tuk kenapa dia menyerang Aris? Bukan saya yang jelas-jelas sudah ditetapkan sebagai penerus jabatan apak saya?" Tanya Apek.

"Agaknya dia sudah tahu bahwa Aris adalah titisan Raja Agia. Dia ingin membunuh Aris agar rencananya menghancurkan lembah ini terwujud" jawab ayah Apek, Tuk Dampo.

"Tadi malam saya memang mendengar suara auman Harimau Merah" terang Tuk Rakeh pula.

"Kami tidak mendengarnya" Tuk Dame Hulu dan Hilir menyahuti bersamaan.

"Saya juga tidak, saya tertidur terlalu nyenyak" ucap Tuk Dampo.

"Hal terpenting sekarang, saya ingin tahu apa yang terjadi kepada Bang Aris, kenapa panas badannya tinggi sekali?" Khawatir Apek, hal itu dapat dirasakan dengan sikap tangan Apek yang sudah saling menggesekkan telapak tangan. Wujud dari rasa cemas yang menggerogoti pikirannya.

"Dan juga cara menyembuhkannya" menambahi Ruis.

"Hemm tubuh Aris belum siap buat menerima peleburan dirinya dengan kekuatan Raja Agia yang ingin menyatu. Usianya belum cukup, mentalnya belum sanggup. Orang yang dititisi Raja Agia harus matang lahir dan batinnya. Setidaknya saat dia berusia 35 tahun baru bisa sedangkan sekarang mungkin usianya 27 tahun atau paling tinggi 29 tahun" jelas Tuk Rakeh.

"Bagaimana cara menyembuhkannya?" Desak Ruis lagi saat pertanyaannya belum dijawab.

"Kita harus melakukan upacara mandi darah!" Jawab Tuk Rakeh.

Ksatria Lembah Tarang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang