"Beginilah rumah saya!" Ruis mempersilahkan tamu-tamunya memasuki rumah. Dika takjub, meski tidak sebesar rumah Apek, tapi rumah Ruis ini jauh lebih fresh dan beratmosfer positif, pertanda sering dibersihkan.
"Ini kamar tamu, maaf kalau sempit" ucap Ruis saat menunjukkan kamar tamu, meski kecil dari yang dirumah Apek namun ranjangnya terlihat lebih nyaman karena beralas kain sprei. Namun ukuran ranjang itu cuma buat dua orang.
Ruis dapat menangkap arti mimik wajah Dika, makanya Ruis cepat berkata.
"Bang Aris tidur bareng saya""Kenapa harus Aris sih? Kenapa bukan aku atau Marot?" Curiga Dika yang merasa sikap baik Ruis ini punya motif lain terhadap temannya, Aris.
"Kami harus lebih sering bareng-bareng. Sapa tauk kawa besayau-sayau" jawab Ruis sambil nyengir, dia telah kalungkan tangannya ke leher Aris dan mengajak lelaki itu ke kamar mereka.
"Apa itu besayau-sayau?" Tanya Dika kepada Marot.
Marot mengekeh,
"Sayur-sayuran" sekenanya saja dan jelas-jelas jauh melenceng, sejauh jarak Indonesia ke Bosnia Herzegovina.Plukk, Dika mengeplak pantat Marot yang berpakaian adat. Dika terkejut juga, seperti yang diketahui celana suku Tarang ini serba mini, saat mengeplak tadi Dika tak sengaja menyentuh kulit bokong lelaki itu.
"Awas kau! Ini pelecehan!" sungut Marot, sambil mengusap-usap pantatnya yang kena tabok.
Dika mencoba cuek bebek.
"Halah, macam suci saja pantatmu. Lagi pula sudah pernah lihat. Hitam seperti batok kura-kura""Eh jangan salah ya bro. Hitam-hitam begini, pernah diremas cewek bule" Marot tak mau kalah.
"Halah, baru diremas doangkan? Belum ditusuk?"
"Heh maksudnya?" Tanya Marot yang tak paham. Ditusuk? Apanya yang ditusuk?
Dika tersenyum jahil, Marot menangkap sinyal-sinyal bahaya. Benar saja, tiba-tiba Dika melompat menerkam tubuhnya. Bukkk, dua tubuh jatuh ke atas ranjang. Keduanya bergulingan di ranjang hingga Dika berhasil duduk di punggung Marot.
"Mau apa kau? Menyingkir!" Bentak Marot.
Namun Dika si jahil mana peduli? Dia mengangkat sehelai kain yang menutupi pantat Marot. Karuan saja daging bokongnya terlihat, belahan pantatnya hanya di lapisi sehelai kain tebal. Dengan dua jari telunjuk yang disatukan diapun mencoblos tepat dipertengahan kain itu. Dan hasilnya, jlebbb. Rasanya anjing banget.
Marot sampai berteriak dan mengaduh-aduh, Marot telah melompat turun dari ranjang dan langsung lari keluar rumah sambil menyumpah serapah. Marot lari ke sungai berair terjun beberapa puluh meter dari rumah Ruis, disanalah dia bertelanjang bulat guna memeriksa pantat. Dika hanya tertawa lalu berbaring dengan entengnya diatas kasur tanpa merasa bersalah sekalipun.
***Apek tinggal sendirian di rumah, hidupnya kembali normal seperti sebelum kedatangan tiga tamu yang tak diinginkannya itu. Sesaat setelah rombongan Aris pergi, Apek pun melangkah masuk ke dalam rumah namun wusss, sesaat dia melewati pintu tiba-tiba saja kuduknya merinding, telinganya berdenging kuat dan jleebb di hadapannya muncul tiga sosok makhluk, yang pertama lelaki gagah dan ganteng berpakaian seperti seorang raja, sedangkan di kiri kanannya dua pria yang bertindak seperti pengawal. Kaki ketiga makhluk itu tidak terlihat karena tertutup kabut.
Sepasang mata Apek membeliak, dia buka mulut ingin berucap namun tak ada suara yang keluar. Hanya suara erangan seperti manusia kesulitan bernafas.
Raja itu menudingkan jari ke wajah Apek.
"Ikau panteng banar! Panteng! Panteng!"Wajah Apek memucat, dan tiba-tiba saja dua pengawal di samping raja itu melompat ke depan sambil membabatkan golok.
"Arghhhh, tulak! Tulak!" Seru Apek sambil mengangkat kedua tangannya menutupi wajah. (Tulak=pergi)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Lembah Tarang
RomanceBL story, yang anti LGBT, homophobia mending jauh-jauh, entar ketularan terus ketagihan. Hahahaha yang jelas ini bukan zona nyaman buat kalian. Jadi buat apa berkecimpung di zona yang bukan frekuensi kalian. Hormati saja. Boleh membenci tapi jangan...