Aris dan Dika yang sedang berlari mencari-cari tempat aman mulai rasakan matanya perih dan nafasnya sesak karena menghirup asap yang semakin tebak.
"Aku tak kuat lagi, Ris! Agaknya disinilah akhir petualangan hidup kita!" Ucap Dika yang matanya mulai berkunang-kunang.
"Kau bicara apa? Bertahanlah Dika. Kita pasti selamat!" Aris cepat menahan tubuh Dika yang akan jatuh.
Dika terbatuk-batuk dengan nafas sesak karena kesulitan bernafas. Air mata Aris pun mulai menetes, dia edarkan pandangan mata. Dia melihat lidah-lidah api yang menyala semakin mendekat. Aris benar-benar bersedih dan putus asa sekarang, dan rasa putus asa itu pula yang berhasil memancing sesuatu yang terpendam di dalam dirinya keluar. Mendadak Aris merasakan tubuhnya menggigil hebat, matanya mendelik-delik menatap ke aras langit, mulutnya pun mengoceh mengucapkan kata-kata asing. Sedangkan kaki menghentak-hentak ke bumi.
"Ris, kau kenapa?" Tanya Dika dengan suara lemah. Dia telah lepas dari pegangan Aris dan jatuh tak berdaya di atas tanah.
Aris tak menjawab, dia masih terus mengocehkan kalimat-kalimat berbahasa aneh. Yang dilakukan Aris ialah menuruti naluri yang tiba-tiba membimbingnya tanpa sadar, mulutnya membacakan mantra langka sekaligus yang paling sakral di dalam tradisi Lembah Tarang yang masih sarat dengan ilmu kebatinan. Tiba-tiba saja Aris menggigit pergelangan tangan kirinya fengan kuat sekali hingga mengeluarkan suara robekan kulit yang mengerikan.
"Aris!" Teriak Dika kaget, laksana mendapatkan kekuatan baru, Dika ingin melompat memeriksa tangan Aris, namun Dika terkejut, dia merasa kakinya lumpuh tak dapat digerakkan.
Aris seperti seorang drakula menyedot darahnya sendiri, setelah mulutnya penuh oleh darah diapun menyembur. Darahnya muncrat memenuhi udara, mendadak petir menyambar-nyambar, awan gelap mulai menggumpal berbondong-bondong secara aneh. Aris kembali hisap darahnya kuat-kuat dan kembali menyembur, lagi-lagi geledek menyambar dengan lebih dahsyat dan bergemuruh, ketika semburan darah ketiga maka hujan teramat derasnya pun jatuh. Air benar-benar laksana ditumpahkan dari langit. Angin bertiup kencang membawa uap air. Terdengar suara desis api yang tersiram air. Kedua kekuatan alam itu saling berusaha menunjukkan siapa yang paling berkuasa. Namun hujan ini terlalu lebat dan dahsyat, angin juga membawa hawa dingin yang mencucuk tulang, api perlahan-lahan mengendurkan perlawanan. Kabut pun demakin tebal karena api yang padam meninggalkan jejak-jejak asap.
Setelah hujan turun, Aris merunduk buat membawa Dika ke dalam gendongan, lalu laksana hantu dia membawa Dika berlari menembus kabut dan juga rapatnya pepohonan. Dika gamang sekaligus merinding, Aris berlari secepat setan, tak ubahnya seperti laju pacuan kuda. Dika pun teringat akan perkataan Ruis dan Marot kemarin hari, yakni jika Aris sekarang adalah titisan Raja Agia yang memiliki kekuatan supranatural di luar logika.
***Mahiyang yang menyaksikan kebakaran di kejauahan itu dari mulut goa persembunyian terkejut bukan main ketika mendadak hujan turun dengan begitu dahsyatnya.
"Apa yang terjadi? Mengapa langit tiba-tiba gelap mendung, mengapa ada hujan tiba-tiba?" Kacau hati perempuan jahat itu. Dia masih terus saja bertelanjang ditemani Robi murka bukan main, hatinya diam-diam merinding, "Apakah kutukan telah dipatahkan? Siapa yang melakukannya?"
Kabut asap hasil dari api yang padam telah sampai pula di goa itu, Mahiyang dengan kesaktiannya menghalau kabut itu, namun saat itu pula dia melihat bayangan manusia bergerak cepat dari samping kanan dan bukkk satu tendangan menghantam lengan atas kanan dengan keras dan telak. Mahiyang terpelanting ke kiri dan berguling-guling.
Selagi dia berusaha bangkit, tahu-tahu datu tangan kekar telah mencekik leher dan menggantungkannya di udara.
"Aris!" Seru Robi yang melihat bahwa manusia yang menyerang Mahiyang adalah Aris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Lembah Tarang
RomanceBL story, yang anti LGBT, homophobia mending jauh-jauh, entar ketularan terus ketagihan. Hahahaha yang jelas ini bukan zona nyaman buat kalian. Jadi buat apa berkecimpung di zona yang bukan frekuensi kalian. Hormati saja. Boleh membenci tapi jangan...