Bab 15 - Nyaris

312 30 5
                                    

Ruis dengan ditandu beberapa pemuda di bawa pulang ke hulu malam itu juga. Ruis telah berbaring di kamar, pipinya yang kena bola api telah dilumuri sejenis ramuan dari dedaunan yang telah dilumatkan oleh Tuk Rake. Aris diberi kepercayaan untuk membekal obat itu untuk rutin dioleskan ke pipi Ruis.

"Kalian pulanglah, terima kasih sudah mengantarkan saya" seru Ruis dalam bahasa Tarang kepada pemuda yang tadi mengantarkannya.

Para pemuda yang merupakan anak Tarang Hulu itu patuh terhadap Dangraka mereka.

"Kalian berdua juga tidurlah, pasti cepek. Aku tidak apa-apa!" Ucap Ruis pada Marot dan Dika.

Dika ingin membantah, tetapi Marot cepat menyeretnya menuju kamar tamu, hingga Aris dan Ruis tinggal berdua.

"Bagaimana perasaanmu Uis?" Tanya Aris khawatir, dia duduk ditepi ranjang disebelah Ruis yang berbaring.

"Panas bang!" Jawab Ruis jujur.

"Bagaimana aku menolongmu?"

"Agak merepotkan" ucap Ruis.

"Enggak. Untukmu tidak ada istilah merepotkan" keras Aris, yang sukses membuat Ruis tersenyum haru.

"Tolong usapkan kain basah ke seluruh tubuhku bang, tapi airnya dicampur dengan daun kembang sepatu dan juga daging tanaman lidah buaya, di halaman belakang ada tanaman itu"

Tanpa menunggu dua kali Aris melakukan hal itu, dia ke halaman belakang malam-malam buta bahkan menjelang pagi, memetik beberapa helai daun kembang sepatu dan juga beberapa potong lidah buaya. Tanaman Obat-obat itu dicampurkan ya ke dalam baskom kayu berisi air lalu dibawa ke dalam kamar Ruis.

"Gleekkk" Aris menelan ludah, karena diatas ranjang Ruis telah bertelanjang bulat. Indah sekali lelaki ini, kaki panjang, dada bidang, perut berotot, bahu kekar dan pastinya hemmm kalian taukan? Panjang, besar, kehitaman dan lebat.

"Kok bengong? Tolong basuhi tubuh saya!" Pinta Ruis, dia pun dudukan di atas ranjang.

Aris mengangguk, dengan kaos singlet  miliknya dia membasahi kulit tubuh Ruis dengan air ramuan yang dibuatnya tadi. Yang pertama di basuh oleh Aris ialah tengkuk, lalu punggung Ruis, dia tak dapat membasuh bokong Ruis karena lelaki itu sedang duduk. Setelah dibasuh, tubuh belakang Ruis menjadi bersih, hingga membuat Aris bersusah payah menahan gejolak darahnya yang mulai mendidih. Sumpah, Ruis adalah lelaki pertama yang tubuhnya pernah disentuhnya seiintim ini.

Tiba-tiba Ruis berbaring menelungkup, dan lagi-lagi Aris meneguk ludah, karena dia bisa menyaksikan dua bukit daging kenyal bokong Ruis. Dengan bergetar dia mengusap kedua bukit gagah itu, lalu turun ke paha hingga ke telapak kaki. Saat melewati paha, Aris sempat melihat sebagian kecil kelamin Ruis.

Aris pernah melihat milik Ruis sebelumnya saat mereka kelepasan melakukan coli bersama, tapi kenapa sekarang kok jadi lebih mendebarkan ya?

Selesai dengan tubuh belakang. Kini ganti tubuh depan, yang semakin membuat Aris menjadi gelisah. Tangannya yang mengusapkan kain basah jelas gemetar saat tengah menyapu dada dan perut Ruis, lalu paha dan kaki, hingga akhirnya sampai di pertengahan tubuh lelaki itu. Kain basah itu mampir di selangkangan Ruis.

Ruis mendesah kecil dan menggigit bibir, ada sentuh kenikmatan yang menggelitik selangkangannya saat Aris mengusap-usapkan kain basah disana.

Sepasang mata Aris menjadi nanar saat di depan matanya langsung dia menyaksikan ular kobra yang tertidur itu mulai bangkit bangun dan mengembang mekar begitu gagahnya, lengkap dengan tudung kecoklatan yang menutupi daging kepalanya yang kemerahan.

Aris menarik tangannya, namun Ruis telah menahannya. Ruis telah terpangsang rupanya.

"Bang, kau berjanji akan menciumku tiga kali" ujar Aris lirih.

Ksatria Lembah Tarang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang