#21 - men on the moon

22.1K 1.9K 107
                                    

Sejak Ethan mengenalkan Freya sebagai kekasihnya pada keluarga pria itu—Kama tidak hanya patah hati, namun juga insecure pada dirinya sendiri. Freya adalah gambaran wanita sempurna. Apabila mereka berdiri bersebelahan—Kama tidak hanya kalah tinggi—tapi juga kalah anggun, cerdas, dan berprestasi. Freya merupakan high value woman yang jika bersanding dengan Ethan akan menciptakan kombinasi sempurna.

Bagaimana mungkin Kama yang pada saat itu masih anak SMA bisa mengalahkan Freya?

Bahkan meskipun dia berusaha meningkatkan value-nya—tetap saja, Kama tak ada apa-apanya dibanding wanita itu. Kerap kali Kama suka menyakiti dirinya sendiri dengan mengintip media sosial Freya—sekali-kali melihat kemesraaan Ethan pada Freya yang membuat hatinya perih tak tertahankan. Andaikan dia tidak jauh lebih muda dari Ethan, apakah pria itu akan tertarik padanya?

Melelahkan sekali menyukai pria yang tak hanya menganggapnya masih anak kecil—tapi juga memiliki kehidupan yang berbeda dengannya. Di saat Kama pusing dengan tugas kuliah, Ethan sudah melewati masa itu dan sibuk dengan urusan dewasanya.

Sempat Kama berpikir untuk menyerah saja pada Ethan. Mencoba membuka hati pada pria seumurannya—bahkan Kama beberapa kali berkencan pria-pria yang dikenalkan Mika—sayangnya, Kama tak bisa menahan diri membandingkan mereka dengan Ethan.

Mereka tak sedewasa Ethan.

Mereka tak secerdas Ethan.

Mereka terlalu banyak bicara, tidak seperti Ethan—yang meskipun irit dalam mengeluarkan suara—semua yang keluar dari mulutnya berbobot dan membuatnya kagum.

Pada intinya, mereka bukan Ethan. Bukan pria yang Kama mau.

"Thanks ya, udah mau nemenin," ucap Aren sambil tersenyum manis—menggandeng tangan Kama memasuki ballroom—membawa gadis itu menghadiri perayaan birthday party HM Entertaiment—yang mana adalah manajemen tempatnya bernaung.

Kama balas tersenyum. "Anytime, Aren. Kamu kan kemarin juga udah nemenin aku ke pernikahannya Mika. It's time for me to do something for you."

"Still, ini pertama kalinya kamu mau datang ke acara kayak gini berdua sama aku," ucap Aren yang tak menutupi rasa senangnya. "Tapi tenang aja. Aku udah briefing teman-temanku buat close friend kalau mau sharing di sosial media mereka yang ada kamunya."

"Thank you," ucap Kama tak enak hati.

Sebenarnya Kama sedikit gugup harus datang ke acara yang dipenuhi oleh para artis. Apalagi tidak ada satu pun yang kenal secara personal dengannya. Sebab itu, dia bersyukur Aren tak pernah meninggalkannya sendirian sehingga ia terhindar dari suasana awkwardwell, meskipun ledekkan dari teman-teman Aren sedikit membuatnya tidak nyaman, karena mereka juga menyeret nama ibunya.

"Pintar lo, ya, Ren. Tau aja mana cewek yang bakal memuluskan karir lo," ucap Daka blak-blakan. "Joanna Anastasia kan tahun ini bakal jadi juri FFI."

"Tanpa perlu ngelakuin itu karir gue udah mulus, tuh." Untungnya Aren dapat menanggapi hal itu dengan santai. "Nggak ingat lo siapa yang menang pemeran utama pria terbaik tahun kamaren?"

Salah satu yang membuat Kama memang sedikit pilih-pilih dalam mencari teman yang bekerja di dunia hiburan adalah karena lingkungan tersebut—yang menurutnya cukup toxic. Memang tidak semuanya, tapi kebanyakkan begitu. Tak heran ada yang mengatakan jika dunia hiburan sangat lah kejam. Melihat Aren yang bisa membatasi dirinya dengan baik membuat Kama cukup kagum dengan pria itu.

Harus diakui, setelah mereka sepakat untuk mencoba—membuka peluang pada hubungan yang lebih dari teman—ternyata Aren memiliki banyak keunggulan yang akan membuat para wanita semakin jatuh hati. Selain tahu cara membuat wanita nyaman, Aren juga bisa diajak bicara dan berdiskusi. Dia tidak pernah memikirkan keuntungan sendiri—pria itu pasti menanyankan bagaimana pendapatnya saat akan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kedekatan mereka.

Feel My HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang