#45 - im still here

17K 1.8K 174
                                    

Kama mengerjapkan mata begitu terbangun. Sinar matahari pagi yang mengarah padanya membuat gadis itu mengangkat tangan menutupi wajahnya. Kepala Kama bergerak ke samping mengecek jam di atas nakas yang menunjukkan pukul sembilan pagi. Lalu pandangannya mengarah ke sekitar—mencari sosok Ethan.

"Mas?" panggilnya seraya bangkit duduk. "Mas Ethan?"

Kama menengok ke pintu yang terbuka kemudian masih dengan kesadaran yang sedang berusaha ia kumpulkan—gadis itu menurunkan kaki ke lantai marmer yang dingin. Mengayunkan kakinya menuju living room lalu mendekati kitchen island saat ia menangkap secarik kertas yang tertempel di atas tudung makanan berisi sarapan paginya.

Good morning, my love
Maaf ya, aku nggak pamitan sama kamu.
You sleep like a baby, aku nggak tega bangunin.
If you're wondering where I am, well, aku pergi menemui papa kamu
Aku butuh bicara sama beliau face to face.
Don't worry, I'll be fine
Love you, always.

Your Mas.

Kama menggigit bibirnya cemas lalu segara mencari ponsel guna menghubungi Mamanya. Sambil bolak-balik dengan gelisah, Kama menunggu panggilannya diangkat oleh sang ibu.

"Morning, Princess," sapa Mamanya ceria.

"Mama, Mas Ethan di sana?" tanya Kama cepat. "Udah ketemu Papa? Mas Ethan baik-baik aja, kan?"

"Satu-satu nanyanya, Sayang." Joanna terkekeh ringan. "Bukannya kamu harusnya minta maaf dulu sama Mama dan Papa karena pergi nggak bilang-bilang, hm? Untung Ethan ngabarin Mama kalau kamu lagi sama dia. Kalau nggak, Papamu pasti udah nelpon police buat nyari putrinya yang kabur."

"Aku nggak kabur," Kama meringis. Lalu duduk di pinggir tepat tidur. "I'm sorry. Aku semalam kalut banget dan nggak bisa mikir jernih."

"Kama tahu kan, Papa Mama sayang banget sama Kama. Ada nggak permintaan Kama yang selama ini nggak pernah Papa Mama turutin?" tanya Joanna dengan suara begitu tenang. "Mama Papa tahu, Kama udah besar, udah bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk buat Kama. Tapi sebagai orang tua, kami juga ingin yang terbaik untuk Kama."

Kama mengangguk pelan.

"Mama Papa mengajak Kama ke New York bukan karena hubungan Kama sama Ethan. Atau mau memisahkan kalian. Rencana ini udah ada sebelum Mama Papa tahu Kama balikkan sama Ethan. Memang Kama nggak mau tinggal sama Mama Papa? Nggak kangen? Lagian, Mama Papa merencangkan ini juga karena Kama pernah cerita mau ambil short course kalau ada kesempatan, kan?"

"Kangen," bisik Kama lirih. Ia mengakui enam bulan lalu—sebelum ia kembali bertemu Ethan setelah dua tahun—Kama berpikir untuk mencoba ambil short course demi menambah ilmu di bidang fashion dan bisnis saat pekerjaanya sudah mulai longgar.  "Tapi Papa mau aku kenal sama cowok lain padahal aku udah punya Mas Ethan."

"Papa nggak akan kenalin kamu sama Daniel kalau kamu mau ikut kami ke New York."

"Rasanya Papa kayak meragukan kesetiaan aku sama Mas Ethan," cetus Kama cemberut.

Joanna terkekeh. "Siapa yang bakal meragukan kesetiaan kamu, Sayang? Sejak awal sampai detik ini yang kamu suka cuma Ethan, semua orang tahu itu. Padahal Mama dulu juga sering kenalin kamu sama anaknya teman-teman Mama. Tetap aja kamu tertarik sama Ethan."

Kamu tersenyum kecil. "Aku juga nggak tahu kenapa cuma dia yang bikin aku kayak gini."

"Mama Papa nggak mungkin menghalangi kebahagiaan kamu. Waktu pertama kali kamu bilang mau nikah sama Ethan—sebenarnya Papa ragu karena kamu masih muda, tapi karena kamu kelihatan happy banget. Papa luluh. Meskipun sebenarnya dia berat dan sedih banget ngelapasin putrinya sama orang lain. Maklumin Papa ya, Sayang. Papa ngerasa bersalah karena nggak bisa jaga kamu."

Feel My HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang