#31 - slow hands

26K 2K 219
                                    

Memiliki brand sendiri dengan pekerjaannya yang juga seorang influencer sebenarnya cukup memudahkan Kama dalam urusan pemasaran. Namun itu saja tentu belum cukup. Dia juga membutuhkan KOL lain yang memiliki brand identity yang sesuai dengan apa yang brand-nya mau. Dan untuk mendapatkan KOL yang sesuai bukanlah hal yang mudah. Sebab itu, Kama menyarankan agar mereka meminta bantuan agency agar mereka bisa fokus pada pemotretan produk.

Kantor Kam's belakangan memang sibuk sekali. Hampir semua pegawai pulang larut malam mendekati launching. Sedikit banyaknya, hal itu mendistraksi kegelisahan Kama terkait Ethan. Well, walaupun tidak sepenuhnya. Sebab Ethan makin hari makin gencar dan terang-terangan mendekatinya.

Pria itu baru saja mengirim catering makan siang ke kantornya. Membuat kehebohan dan juga godaan yang bikin Kama meringis kecil. Hampir semua anak kantor tahu kegagalan pernikahannya. Meskipun  sampai sekarang Kama tidak mendengar adanya gunjingan—tetap saja, dia tidak begitu nyaman. Bayang-bayang kegagalan pernikahan—dimana berita itu sempat viral dan menjadi buah bibir membuat Kama sekarang sangat menjaga privasi kehidupannya. Terutama soal asmara.

Tapi karena Kama memang tidak bisa marah—apalagi pada Ethan. Dia mengirim chat berupa ucapan terima kasih pada Ethan. Dan meminta pria itu tidak melakukannya lagi.

Mas Ethan
Kenapa gak boleh?

Tentu saja, Ethan pasti akan bertanya alasannya.

Kama
Aku gak nyaman

Mas Ethan
Kenapa gak nyaman?
Did I make a mistake?
I'm sorry
I didn't mean to make you uncomfortable
I just want to do something for you.

Karena Kama tak membalas. Beberapa menit kemudian, Ethan kembali mengirim

Mas Ethan
Kamu marah ya?
Please replay
Whatever your answer is

Kama
Aku gak marah, Mas Ethan
Cuma lain kali, nggak usah.
Aku gak mau ngerpotin

Mas Ethan
Aku sama sekali gak merasa direpotin
But if you don't like it, I won't do it anymore.

Kama lantas menyimpan ponsel di saku celana dan memantau MacBook yang manampakkan hasil pemoretan hari ini.

"I've told you, semakin lo menyangkal. Perasaan itu hanya akan semakin menyiksa lo," ucap Ode.

Belakangan Kama memang sangat fokus pada pekerjaannya. Tentu Ode senang melihat gadis itu tahu apa yang harus ia prioritaskan—akan tetapi, semakin Ode perhatian, Ode menyadari jika Kama memforsir dirinya terlalu keras. Seolah ada sesuatu yang sengaja gadis itu hindari.

"I'm not," sangkal Kama ketus. "Lo tahu kerjaan kita banyak. Gue nggak mau terdistraksi oleh apapun." Setelah melihat hasil foto untuk produk kedua—Kama meluruskan punggungnya dan berkata, "Gue mau lihat Fini dulu." Katanya yang kemudian berlalu meninggalkan Ode dengan ekspresi keruh menuju ruang ganti.

Ode menghela napas. Mereka memang sedang sangat hetic. Jadi, kesalahan-kesalahan kecil membuat mereka super sensitif. Hanya saja, itu tidak pernah berlaku untuk Kama. Ode mengenal Kama sejak gadis itu duduk di bangku SMA. Kama bukan tipe orang yang suka melampiaskan emosinya dengan terbuka. Apalagi pada orang yang salah. Cuma belakangin ini Kama mudah badmood—yang tentunya membuat orang-orang heran.

"Badmood lagi dia?" tanya Viona mendekati Ode.

Melihat anggukkan Ode, Viona kembali berkata. "Tuh anak lagi ada masalah, ya? Biasanya dia kan selalu paling chill soal kerjaan. Sekarang dia kayak bossy banget. Ya, bagus sih, soalnya gara-gara dia kebaikan, anak-anak yang lain suka lempeng kalau kerja. Tapi ini ... agak beda, sih."

Feel My HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang