#19 - this how it feels

23K 1.7K 110
                                    

Keesokan paginya, Kama terbangun pukul 06.15. Dia tidak ada kegiatan hari ini sehingga memutuskan untuk lebih lama di atas tempat tidur.

Ethan sudah pergi semalam. Seusai percakapan serius itu—suasana menjadi canggung. Kama tidak tahu harus berkata apa sehingga memilih terus diam. Bahkan ketika mereka mencuci piring, keduanya bergerak dengan kikuk tanpa saling mengobrol. Sampai akhirnya Ethan berdeham. Mencoba mencairkan suasana.

"Ode sering nginep di sini, ya?" tanyanya.

Kama mengangguk. Membilas gelasnya. "Kalau weekend dia biasanya nginep di sini. Tadi aja dia mau nginep, tapi karena aku nggak tahu kamu udah ambil koper atau belum. Aku bilang aja nggak pulang ke apart hari ini."

"Ode juga nggak setuju kamu balikkan sama aku?"

Kama mendongak. Melihat tatapan getir Ethan. "Mereka cuma khawatir sama aku, Mas," katanya.

"I know," Ethan mengangguk. "Aku senang banyak orang yang sayang sama kamu."

Tapi kenapa dulu kamu nggak bisa sayang sama aku?

"Nggak heran Aren sekeras itu ngejar kamu." Mendengar nama Aren disebut. Kama kembali mendongak dan menatap Ethan. Pria itu kini tersenyum masam. "I heard you guys had dinner at the Cloud Lounge."

Kama mendadak gugup. Seperti kepergok selingkuh padahal mereka tidak memiliki hubungan apa-apa. "Kamu tahu darimana?"

"Someone told me," Ethan memindahkan piring-piring yang sudah mereka cuci ke keranjang pengering. "Did you have fun?"

Pertanyaan blak-blakan Ethan membuat Kama terdiam sebentar sebelum akhirnya dia mengangguk."I did,"

Gerakkan tangan Ethan terhenti. Kama menatap punggung lebar Ethan yang membelakanginya. Sedikit ada rasa penasaran akan respon pria itu. Dia menunggu sampai Ethan kembali melanjutkan pekerjaannya lalu membalikkan badan, menatapnya tepat di mata.

"More than when you're with me?" tanyanya.

"You two are different people, Mas."

"That's why, kamu pasti bisa ngerasain bedanya ketika kamu sama dia dan sama aku. Did you have fun with him more than when you're with me?"

Ethan jelas hanya sedang ingin mengujinya karena pria itu tahu betul jawabannya. Ethan telah menciptakan banyak kenangan indah yang membuat Kama sulit move on. Sampai sekarang, tidak ada yang bisa menggantikan pria itu. Termasuk kenangan yang mereka ciptakan berdua.

"Kenapa kamu kayaknya haus pengakuan banget, sih?" decak Kama.

"I'm just amusing myself," Ethan mengangkat bahunya. "Berharap kamu juga masih belum lupain aku kayak aku yang nggak bisa lupain kamu."

Kama tahu dia hanya perlu lebih tegas pada Ethan jika memang tidak ingin kembali lagi dengan pria itu. Masalahnya, Kama tidak tahu cara melakukannya. Apalagi Ethan hapal tindakan-tindakan apa saja yang akan membuat Kama saling tingkah. Sekeras apapun Kama berusaha menolak segala perasaan membuncah yang ditimbulkan Ethan—mustahil dia bisa menghentikannya jika pria itu berada dalam jangkuan pengelihatannya.

Apa gue kabur ke luar negeri aja, ya?

Kama menggelengkan kepala. Dia tidak bisa bertindak pengecut seperti dulu lagi. Lagipula, Kama hanya perlu berusaha menghindari Ethan lebih keras. Mereka tidak mungkin akan bertemu setiap hari. Kama bisa mencari berbagai alasan dan menghindari segala tempat yang berkemungkinan ada pria itu. Dengan begitu, kesempatan untuk mereka bertemu akan semakin mengecil.

Bosan berada di tempat tidur dan perlu melakukan kegiataan produktif. Kama akhirnya beranjak dan mengganti pakaiannya dengan sport bra hitam dan legging warna senada. Setelah memasukkan segala kebutuhannya ke duffel bag, gadis itu lantas turun ke bawah menuju tempat gym.

Feel My HeartbreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang