Waktu berlalu dengan hari-harinya yang terasa dingin. Setelah malam perpisahan mereka lalu keesokan paginya Ethan mengantarkan Kama ke bandara. Hati Ethan berubah hampa seperti seseorang telah mengambil bagian penting di dalam sana. Namun Ethan tidak bisa menunjukkannya. Terutama di depan Kama yang pastinya akan kepikiran dan bisa saja nekat membatalkan penerbangannya.
Ethan telah berjanji pada orang tua Kama akan mendukung dan menunggu Kama penuh kesabaran. Sebelum ia kembali ke Jakarta setelah pertemuan dengan orang tua Kama—tanpa sepengetahuan Kama, Ethan bertemu dengan Erlangga dan Joanna di sebuah restoran. Mereka menghabiskan sore dengan minum kopi sambil berbincang-bincang ringan sebelum pembicaraan kembali pada hubungannya dengan Kama.
"Ethan, Tante senang banget kamu dan Kama udah bisa menyelesaikan kesalahpahaman kalian. Tapi kami memang sudah lama ingin tinggal bersama Kama lagi. Kamu tahu, dua tahun ini, Om dan Tante nggak pernah menetap dan Kama jadi sendirian di Jakarta. Makanya, kami mau mengambil kesempatan ini buat menghabiskan waktu lagi dengan Kama."
Ethan tersenyum. "Iya, Tante. Saya mengerti. Nggak mudah memang berjauhan dengan orang yang disayangi."
Joanna balas tersenyum. "Masalah cowok yang dijodohin sama Kama itu, Om cuma mau ngancem aja. Nanti juga nggak akan dikenalin. Iya, kan, Pa?"
Erlangga berdeham. "Lihat nanti,"
Joanna mendengus. "Alah, kemarin Papa udah bilang Ethan lulus ujian dari Papa."
Erlangga menoleh sambil melotot pada sang istri. "Mama, kok dikasih tahu sekarang?!"
Ethan tergelak kecil. Pertangkaran itu membuatnya makin mengerti alasan Kama bisa tumbuh penuh cinta. Sebab orang tuanya pun memperlihatkan keharmonisan hubungan yang membuat Kama memandang cinta sebagai sesuatu yang murni. Well, tidak ada yang salah memang dengan cinta. Cinta tentu adalah sesuatu yang indah, murni, dan tulus. Masalahnya, cara orang dalam menunjukkan cinta berbeda. Dan orang tuanya tidak seromantis orang tua Kama dalam menunjukkan cinta mereka.
Ethan pun bisa menjadi seperti sekarang karena Kama. Cara Kama menunjukkan cintanya begitu tulus tanpa keterpura-puraan. Kami pun tidak pernah gengsi atau malu mengatakan sayang padanya. Memberi perhatian tanpa menghitung-hitung apa yang sudah Ethan berikan padanya. Kama menunjukkan segalanya. Memberi segalahnya. Sampai terkadang Ethan takut tak bisa memberi sebanyak yang gadis itu berikan padanya.
Tapi Kama selalu berkata kalau cinta itu tidak perlu ditakar. Tapi cukup dirasakan.
Ah, mengingat itu Ethan jadi merindukan Kama. Padahal baru berapa jam yang lalu ia mengantar Kama ke bandara.
Bagaimana cara ia menangani rasa rindu untuk setahun ke depan?
***
"Mas Ethan, mau dibikin kopi juga?" pertanyaan dari Raya membuat Ethan mendongak lalu menggeleng.
"Nggak usah, Ya. Saya udah minum kopi tadi."
Raya mengangguk kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur menyiapkan cemilan untuk suami serta sahabatnya yang sore ini datang ke rumahnya.
"Baru juga ditinggal Kama sebulan. Muka lo udah nelangsa kayak ditinggal sepuluh tahun aja,"
Ethan berdecak. Mengikuti langkah Keandra yang mengajak duduk di teras belakang rumahnya. "Cobain deh lo LDR sama Raya. Muka lo mungkin bakal lebih tua sepuluh tahun."
Keandra hanya terkekeh kecil. Menyenangkan sekali menggoda Ethan sejak dia ditinggal Kama yang belajar ke luar negeri. Ethan memang menjalani hari-hari seperti biasa. Performanya dalam bekerja pun tetap stabil. Namun semua orang bisa menyadari pria itu memikirkan Kama di setiap detiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Heartbreak
Romansa[Completed] Dua tahun setelah pernikahannya batal dengan Ethan, Kama mendapatkan undangan pernikahan dari Mikaela--sahabat sekaligus adik kandung Ethan--yang akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Nicholas setelah enam tahun mereka berpacaran. Kam...