Kama langsung memutar badan hendak pergi kalau saja suara Ethan tak menghentikannya.
"You're lying," ucap pria itu terdengar tajam, tapi sedikit parau.
Kama membeku. Kakinya mendadak seperti dipaku seolah ia tak diizinkan beranjak—padahal akal sehatnya menyuruhnya untuk segera pergi. Sebelum Ethan melakukan sesuatu yang mengacaukan pikirannya.
"Kamu bilang kamu nggak benci aku," suara Ethan tertahan seperti ada gumpalan yang mencekik tenggorokkannya. "Kamu bohong, Kama. You hate me," lanjutnya.
Kama bergeming sebentar. Mengepalkan tangan sebelum akhirnya membalikkan badan.
Pria itu bangkit berdiri dan berjalan ke arahnya menjauhi kegelapan. Kening Kama mengerut. Ethan tampak ... berantakan. Jasnya sudah dilepas, menyisakan kemeja hitam fit body yang agak kusut. Rambutnya acak-acakkan, matanya terlihat lelah dan kurang tidur.
"I don't hate you, Mas." Sangkalnya. Bersikap setenang mungkin. Mengenyahkan rasa peduli di hatinya. "I've told you."
Entah darimana Ethan mendapatkan pemikiran itu. Padahal Kama sudah mengatakan dengan jelas dia tak pernah membenci Ethan. Oh, seandainya dia bisa, Kama juga ingin membenci Ethan agar bisa melupakan pria itu. Namun pada kenyataannya, dia tak bisa.
"Terus kenapa kamu ngehindar dari aku?" tanya Ethan melangkah maju dan spontan membuat Kama mundur. Sudut bibir Ethan terangkat dengan sinis, lalu berkata. "See, kamu memang menghindar."
Kama memejamkan mata sejenak. "Gimana aku nggak menghindar kalau kayak gini?"
"Kayak gini gimana?"
"Kamu," Kama menelan ludah sebelum melanjutkan," ngajak aku start over—"
"I'm serious," potong Ethan tegas. "Aku--"
"No, you're not," Kama menggeleng. "Kamu cuma masih ngerasa bersalah dan pengin perbaiki sesuatu yang sebenarnya nggak bisa lagi diperbaiki, Mas."
Setelah berpikir keras dan mengingat sikap Ethan ketika mereka berpisah dan kembali bertemu, Kama menyimpulkan Ethan melakukannya karena rasa bersalah yang terlalu besar.
Alis Ethan naik ke atas, dahinya berkerut. "What?"
"Semua udah berlalu, Mas. Aku juga udah bilang aku nggak benci kamu, dan kamu nggak perlu merasa bersalah atas perpisahan kita." Kama manatap Ethan untuk menegaskan kalimatnya. "Well, aku memang patah hati banget. Rasanya benar-benar kayak mimpi buruk. Tapi perpisahan kita bikin aku akhirnya sadar buat mencintai diriku sendiri sebelum mencintai orang lain."
"Good for you," sela Ethan datar dan tenang. "Tapi aku tetap mau start over sama kamu."
"Mas!" seru Kama bersungut. Mulai emosi. "Kamu bisa nggak sih nggak egois?"
"Kalau aku egois aku nggak bakal setuju kamu batalin pernikahan kita dua tahun yang lalu," sambar Ethan yang sejak tadi tak melepaskan pandangannya dari Kama.
"Karena itu yang terbaik buat kita," balas Kama. "Hubungan kita diawali dengan kebohongan."
"Nggak semuanya bohong," sela Ethan. Perlahan-lahan mendekat dan tatapannya melembut. Begitu pun suaranya yang membuai. "You can definitely feel it, Kama. All of our togethereness ... do you think it's all lying?"
Kama menggeleng samar. Tak ingin tertipu dengan cara Ethan memandangnya.
Seperti yang sudah pernah dikatakannya, dia sangat mencintai Ethan sampai begitu bodoh dan apatis. Andai saja Kama lebih jeli dan peka, dia pasti menyadari adalah suatu keanehan Ethan tiba-tiba memberinya perhatian. Padahal selama ini Ethan menganggap Kama hanya lah sahabat adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel My Heartbreak
Romantizm[Completed] Dua tahun setelah pernikahannya batal dengan Ethan, Kama mendapatkan undangan pernikahan dari Mikaela--sahabat sekaligus adik kandung Ethan--yang akhirnya memutuskan untuk menikah dengan Nicholas setelah enam tahun mereka berpacaran. Kam...